Dunia yang Sama

"Pintu?"

Theo masih tidak mengerti akan apa maksud gambar pintu itu, dia menatap ke arah Damian yang terlihat tenang. Apa pria itu tau maksud gambar ini?

"Kau tau?"

Damian mengangguk pelan, membalikkan halaman buku itu "pintu itu seperti portal dan aku berada di sini juga karena pintu itu" jawab Damian dengan santainya.

Theo bingung, sebenarnya apa yang di maksud Damian? Portal? Apa itu hal yang penting hingga dia ada di sini?

"Jangan bilang ada yang menyebabkan portal itu tercipta hingga kau bisa berada di sini!?"

Damian mengangguk lagi "aku juga berpikir seperti itu karena awalnya aku berada di kamar tidurku"

Theo menggelengkan kepalanya merasa tidak percaya akan apa yang baru saja dia pikirkan saat ini "karena wanita yang kau ceritakan itu!?"

Lagi-lagi Damian mengangguk, tapi kali ini dia menunjukkan tatapan penuh kemarahan. Tentu saja Theo tau alasan Damian begitu marah, itu karena wanita yang dia sebutkan tadi. Sejak dulu Damian pasti akan menunjukkan amarah saat dia menceritakan soal wanita yang sering muncul di mimpinya itu.

Dan itu sebabnya Theo mengatakan bahwa Damian akan menunjukkan isi hatinya saat membahas hal yang berhubungan dengan alasan dirinya terjebak di dunia ini. Mungkin saja memang sejak awal wanita di mimpi Damian itu ingin menunjukkan atau memberi tahu Damian atas hal yang Damian tidak ketahui.

Tapi itu hanya sebuah pemikiran tanpa bukti yang membuat Theo urung mengatakannya. Memilih untuk diam dengan tatapan yang jatuh pada sebuah tulisan yang dia tidak mengerti.

"Itu tulisan di duniamu?" tanya Theo mengamati dengan baik tulisan itu.

Damian mengangguk "iya dan aku bersyukur karena bahasa yang di gunakan adalah bahasa tempatku tinggal"

'Kenapa rasanya tidak asing'

"Apa kau tertarik untuk mempelajarinya?" tanya Damian menatap Theo yang terlihat tertarik pada bahasanya.

"Tidak!"

Theo bergerak bangkit, menggelengkan kepalanya sebelum pergi meninggalkan Damian yang terlihat kebingungan. Menatap ke arah kepergian sang pria yang sudah banyak membantunya hingga dia di kejutkan dengan sebuah teriakan dari Theo.

Bukunya terlempar, berlari menuju ke arah Theo yang sudah terjatuh di atas tanah. Menatap khawatir pada sosok pria yang sering membuatnya kesal dan berakhir tidak bisa melakukan apa pun karena tidak paham.

"Theo!" Damian bersuara, memanggil nama Theo berulang kali sebelum dirinya melihat sebuah cahaya merah yang muncul dari tubuh Theo.

Damian semakin panik, menatap tidak percaya akan apa yang terjadi saat ini. Tangannya bergerak berniat menyentuh bahu Theo sebelum dirinya di kejutkan dengan suara teriakan kesakitan dari Theo.

'Sebenarnya ini kenapa!'

Tangannya bergetar, mengambang di udara dengan perasaan takut jika ada hal buruk yang terjadi pada Theo. Tidak lama sebuah buku jatuh di atas telapak tangannya, buku itu terbuka lebar menunjukkan sebuah halaman yang berisi tentang hal yang membuat Damian penasaran.

Buku itu adalah buku jingga miliknya, dan Damian bisa melihat jelas sebuah gambaran batu berwarna merah yang sama seperti di sakunya. Tangannya merogoh sakunya, mengambil batu yang dia ambil hari itu. Memilih batu yang berwarna merah sebelum dirinya menaruh batu itu di jantung Damian.

Cahaya merah itu mulai pudar di gantikan dengan Theo yang tidak sadarkan diri. Batu itu juga menghilang tanpa tersisa membuat Damian terdiam dengan pandangan kosong, merasa tidak percaya akan apa yang baru saja dia lihat walau sebenarnya itulah kenyataan yang ada.

Tubuhnya terjatuh dengan berbagai pemikiran yang membuatnya tidak bisa berpikir jernih. Mengabaikan segala hal hingga dirinya melihat sebuah gambar yang tidak asing baginya.

Maniknya membulat, menarik napas sebanyak yang dia bisa sebelum menarik buku itu mendekat ke arahnya "ini tidak mungkin!"

Apa dia bisa percaya ini, bahwa Theo ternyata....

"Uh..."

Damian terkejut, menutup buku itu rapat-rapat lalu bergerak bangkit dengan pandangan yang mengarah pada Theo. Melihat bola mata merah menyala yang mulai menunjukkan wujudnya dengan baik, sesekali manik itu berkedip dengan tangan yang menyentuh kepalanya.

Theo bergerak bangkit, menatap Damian dengan tatapan kesakitan "apa yang terjadi?" tanyanya dengan pelan.

Damian tidak menjawab, memilih pergi meninggalkan Theo yang bingung akan sikap pria itu. Meringis untuk kesekian kalinya sebelum mulai berjalan mendekati gua tempat mereka akan tidur malam ini. Memilih untuk bersandar di dinding gua dengan manik yang tidak lepas menatap Damian.

Dia hanya merasa aneh, seperti baru saja melupakan sesuatu yang penting tapi dia tidak ingat. Yang dia ingat hanya rasa sakit di kepalanya lalu pingsan, dan sebuah kejadian yang terasa tidak asing baginya namun aneh untuk dia rasakan.

"Damian.."

Damian terkejut, menyembunyikan buku jingganya sebelum menatap ke arah Theo "kenapa?"

"Seharusnya aku yang bertanya, rasanya kau menyembunyikan sesuatu dariku?" Theo menatap Damian dengan tatapan intens, itu semua karena dia yakin bahwa ada yang Damian sembunyikan.

Mereka bukan orang asing mengingat mereka sudah bersama selama lima puluh hari lebih dan Theo sangat tahu ekspresi dan tindakan Damian saat gelisah. Dia sangat yakin jika Damian tahu sesuatu yang dia tidak ketahui.

"Tidak ada!" sahut Damian cepat, menarik tangannya untuk dia jadikan sebagai bantal lalu berbaring membelakangi Theo.

Theo memilih diam, menatap Damian tanpa berniat mengatakan apa pun. Menghembus napas panjang sebelum menatap ke arah gua yang terlihat gelap "bahasa itu, aku tau" ucap Theo dengan pandangan yang kembali mengarah pada Damian.

Manik ungu itu terbuka lebar, tubuhnya menegang saat mendengar hal yang sudah dia ketahui beberapa saat lalu. Ini jelas tidak masuk akal, tapi itulah kenyataan yang ada. Bahwa Theo bukan berasal dari dunia ini, dia sama seperti dirinya.

Mereka sama-sama dari dunia yang sama, tapi yang tidak bisa Damian percaya adalah sosok Theo yang terlihat tidak panik sepertinya. Padahal dia ingat jelas bagaimana dirinya yang panik dan tidak bisa mengerti akan situasi yang dia dapatkan saat menyadari dirinya berpindah dimensi.

Theo terlihat seperti seseorang yang kenal dengan dunia ini, dan ini jelas tidak mungkin terjadi. Lalu apa yang dia lihat tadi salah, di mana dia melihat Theo yang berdiri di depan gedung tinggi dengan tangan membawa ponsel.

Damian bangkit, menatap manik merah milik pria itu. Menghembuskan napas kasar sebelum dirinya mengeluarkan buku bersampul jingga itu "lalu kenapa kau tidak ingat tentang dunia kita?"

Theo menggelengkan kepalanya pelan "jika aku tahu maka aku tidak akan seperti sekarang"

Apa yang di katakan Theo benar, mungkin ada alasan sama sepertinya yang berada di sini. Tapi Damian merasa penasaran saat ini, penasaran akan sosok Theo.