"Jadi kau melihat malaikat?" ucap Damian dengan pandangan yang menatap penuh rasa tidak percaya pada sosok pria bersurai merah di hadapannya itu.
Apa Theo gila, tidak ada Angel yang akan menunjukkan wujudnya di hadapan manusia seperti mereka. Dan Damian jelas tidak percaya pada apa yang di katakan Theo saat ini, mau dia mengatakannya seribu kali pun dia akan tetap tidak percaya.
Karena hal itu sangat tidak mungkin!
"Tapi aku benar-benar melihatnya! Dan sepertinya dia bukan malaikat biasa!" sahut Theo lagi dengan tatapan penuh binar.
"Sudahlah aku mau mencari makan" Damian bergerak bangkit, memilih mengabaikan ucapan aneh Theo.
Bagaimanapun ini adalah hal yang tidak mungkin terjadi dan Damian tidak mau ikutan gila seperti pria itu. Melangkah keluar dari gua dengan tenang namun tatapannya langsung jatuh pada objek yang membuat tubuhnya mati membeku.
Ingatan tentang mimpi itu seakan kembali hadir seperti kaset rusak, menarik dirinya dalam ketakutan yang tiada akhir. Untuk berkedip saja dia kesulitan, apalagi menggerakkan tubuhnya menjauh dari sana. Yang ada hanyalah sebuah ketakutan dengan perasaan yang sama seperti hari itu.
"Damian.."
Sosok itu tertawa, terlihat jelas bahwa dia tidak terlalu peduli akan apa yang dia katakan. Sedangkan Damian sendiri entah kenapa hanya bisa pasrah akan tatapan mengejek pria itu yang di tujukan padanya.
"Semakin kau berusaha mengubah takdir, maka kau akan kehilangan semuanya!"
Setelahnya sosok itu menghilang dalam cahaya terang membuatnya menyipitkan matanya. Menarik tangan kanannya untuk di jadikan alat pelindung matanya sebelum dirinya di kejutkan dengan suara Theo yang berisik.
Maniknya terbuka, berkedip berulangkali sebelum dirinya sepenuhnya sadar. Yang pertama kali dia lihat adalah wajah panik Theo yang menatapnya penuh akan rasa khawatir. Ingatannya kembali di saat dia keluar dari gua lalu setelah itu dia melihat cahaya aneh sebelum sosok aneh muncul dari sana.
"Kau baik-baik saja..?"
Tatapan Damian kembali fokus pada Theo, mengabaikan pertanyaan pria itu dan memilih untuk bangkit. Menatap ke tempat di mana dia melihat pria itu sebelum kepalanya berdengung sakit.
"Kau tiba-tiba pingsan setelah keluar dari gua! Kau yakin tidak apa-apa!?" tanya Theo lagi berharap kali ini dia mendapatkan jawaban dari pertanyaannya.
"Diamlah Theo! Kepalaku rasanya mau pecah kau tahu!"
Bukan jawaban seperti ini yang ingin Theo dengar, hah.. apa yang dia harapkan dari pria dingin seperti Damian. Lebih baik dia segera menyiapkan sarapan untuk mereka sebelum mereka kembali berangkat.
Theo memilih pergi, meninggalkan Damian yang masih terdiam dalam ingatan anehnya. Dia jelas yakin apa yang dia lihat tadi adalah nyata, tapi kenapa Theo mengatakan bahwa dia tidak sadarkan diri setelah keluar dari gua.
Ini aneh!
Namun dia juga tidak punya bukti apa pun untuk menunjukkan bahwa yang dia lihat adalah nyata. Jika itu mimpi maka yang dia rasakan tadi bukanlah kenyataan, hanya sebuah perasaan ketakutan dari mimpi yang aneh.
"Ah.. aku tidak tahu!" teriak Damian melangkah mendekati Theo yang sibuk pada masakannya.
Dia ikut duduk di hadapan pria itu, melihat apa yang di masak Theo sebelum dia mendengar suara dengusan dari pria bersurai merah itu.
Damian tidak menyahut, baginya tidak penting apa yang di pikirkan pria itu tentangnya. Karena dia tahu bahwa pria itu tidak akan pernah bisa diam lama-lama. Dan mungkin dalam hitungan kelima maka pria itu akan bicara panjang lebar padanya.
Satu!
Dua!
Tiga!
"Cih!! Kau itu sebenarnya kenapa! Jangan diam saja! Katakan apa yang terjadi padamu!? Lalu kenapa kau bisa tidak sadarkan diri di sana! Apa yang kau lihat!? Dan bagaimana dengan ingatanku yang katanya akan kau pulihkan! Sampai sekarang masih belum ada peningkatan selain fakta bahwa aku itu sama denganmu!"
Napas Theo kacau, pria itu langsung mengatakan semuanya dalam satu kali tarikan napas. Bahkan Damian sampai terkejut karena Theo yang tiba-tiba mengatakan hal seperti itu. Baru saja hitungan ketiga, tapi pria bersurai merah di depannya ini langsung mengatakan apa yang ingin dia katakan.
Tentu saja Damian semakin tahu bahwa pria itu tidak akan bisa diam lebih lama dari perkiraannya. Ya cukup bagus untuk saat ini, tapi dia akan kesal jika pria itu berisik di waktu yang tidak tepat. Dan dia harap hal itu tidak akan terjadi.
"Hah.. hah.. kau punya mulut bukan! Cepat katakan semua yang aku tanyakan!!?"
Theo kembali berteriak dengan tangan yang sibuk menggulung makanan mereka dengan tatapan yang masih menatap tajam pada bola mata Damian.
"Iya! Iya! Aku mengerti! Tapi Theo apa kau pikir akan semudah itu untuk mendapatkan apa yang kau mau!?" sahut Damian menunjukkan sebuah senyuman miring pada Theo.
"Apa maksudmu! Kau tidak mau menjawab pertanyaannya ku!?" kesal Theo, bergerak bangkit dengan tatapan tajam yang mengarah pada Damian.
"Kau ingat pria yang kita temui di mimpi hari itu! Siapa namanya aku lupa, tapi intinya dia mengatakan bahwa aku tidak boleh merubah takdir apa pun saat ini! Itupun jika aku tidak ingin kehilangan orang-orang yang aku sayangi!" Damian bersuara menatap tepat pada manik Theo yang terkejut.
"Tapi sayangnya aku tidak memiliki siapapun yang aku sayangi di dunia ini, dan di dunia yang sebelumnya! Apa pria itu tidak waras dengan mengancam seperti seorang anak kecil! Bagaimana jika kita putar balikkan faktanya. Jika dia melarang kita berbuat seenaknya maka kita tinggal membuatnya tidak bisa berbuat apa pun tentang kita!" ucap Damian lagi, menunjukkan tawa kecilnya di akhir kalimatnya.
"Tunggu! Tunggu! Aku masih tidak paham akan apa yang kau katakan sebenarnya!?" Theo menyahut, menunjukkan raut wajah kebingungan akan apa yang di katakan Damian tadi.
Seperti ada hal yang dia lewatkan dan membuat dirinya menjadi tidak paham sama sekali akan apa yang di katakan pria itu.
"Intinya buat pria bersurai biru itu tahu bahwa dia sudah mencari lawan yang salah!" ucap Damian membuat Theo langsung sadar, mengangguk paham akan maksud pria itu sebelum dirinya memberikan gading gulung pada pria itu.
Mereka mulai makan bersama, saling terdiam dengan pandangan yang fokus pada makanan mereka. Tanpa tahu bahwa ada seorang pria yang kesal akan sikap mereka. Pria dengan surai biru yang menjadi pembicaraan mereka, pria itu marah menatap tajam pada dua pria itu sebelum dirinya di kejutkan dengan sebuah tangan di bahunya.
"Bagaimana? Aku sudah mengatakannya bukan! Mereka tidak terikat oleh siapapun selain diri mereka sendiri" ucap gadis itu tertawa setelahnya, merasa lucu akan fakta yang membuat pria itu marah.