Nama Pria Itu

Kak Weiwu berbalik dan berjalan keluar sambil membawa buku teks.

Diikuti dengan suara kursi yang digeser ke belakang, Li Shunan berdiri dengan raut muka kelelahan dan kedua tangan dimasukkan ke dalam saku celana. Sosoknya yang kurus dan tinggi berjalan keluar lewat pintu belakang tanpa tergesa-gesa.

Suasana di dalam kelas seketika kembali ramai karena para siswa sedang sibuk bergosip.

Ada beberapa dari mereka yang tidak mengenal murid pindahan itu dan bertanya-tanya ke murid-murid lain tentang perbuatan masa lalunya.

Kelas berikutnya adalah pelajaran bahasa Inggris. Jiang Lingzhi memasukkan kembali buku-bukunya yang ada di meja dan mengeluarkan buku bahasa Inggris yang akan dipelajarinya.

Wen Yujing mengitari sebagian besar ruang kelas dan bergegas penuh semangat menghampiri Jiang Lingzhi. "Ya Tuhan! Lingling, situasi apa ini?!"

Setelah menahan diri selama satu pelajaran, dia merasa hampir mati saking tersiksanya!

Mata indah Jiang Lingzhi terbuka lebar dan menatapnya dengan polos. "Apa maksud pertanyaanmu itu?"

"Menurutmu apa..." Wen Yujing terdiam sesaat, lalu kembali berujar, "Jangan bicara berbelit-belit padaku. Kamu ternyata mengenal pria tadi?"

Kenal?

Mungkinkah seperti itu bisa dianggap kenal?

Namun, dia masih belum tahu namanya.

Jiang Lingzhi mencoba memikirkannya, kemudian dia mengangguk. Namun setelah memikirkannya lagi, dia menggeleng.

Wen Yujing sungguh penasaran setengah mati. "Apa maksudmu? Kamu itu kenal Li Shunan atau tidak?"

"Li Shunan?" Jiang Lingzhi mengulang nama itu dengan lirih. Gerakan jari-jari tangannya dalam mengambil buku terhenti sebentar, kemudian dia bertanya, "Apakah itu namanya?" 

Wen Yujing bertambah bingung.

"Kamu bahkan tidak tahu namanya? Jadi, kamu tidak mengenalnya? Lalu, mengapa dia tadi mengambil bukumu?"

Adegan tadi sungguh keren sekali!

Bukankah itu adegan skenario drama yang hanya dimainkan oleh artis idola?!

"Jadi, tidak saling kenal, ya?" Wen Yujing seperti bicara pada dirinya sendiri. Alisnya yang sebelumnya tegang kini kembali rileks. "Untunglah kalau begitu. Kupikir ada hubungan di antara kalian berdua." 

Jiang Lingzhi hampir tersedak saking terkejutnya. "Apa? Kamu bicara omong kosong."

Wen Yujing masih sangat ingin tahu. Matanya begitu berbinar, dan tiba-tiba sebuah ide muncul di kepalanya. Dia menyenggol pelan bahu Jiang Lingzhi dan berkata, "Jika dilihat dari penampilanmu, menurutmu mungkinkah dia telah jatuh cinta padamu pada pandangan pertama?"

Jiang Ling pun menghela napas. Dia benar-benar tidak mengerti jalan pikiran Wen Yujing. Dia segera mencegah otaknya agar tidak berpikir liar ke mana-mana. "Sungguh, bukan begitu."

Di mata laki-laki itu, Jiang Lingzhi hanyalah seorang penipu. 

Dia sudah menyerahkan semua uang ganti rugi, dan jelas-jelas laki-laki itu yang tidak mau menerimanya. Tapi, laki-laki itu masih tetap saja melabelinya sebagai pembohong. 

We Yujing kembali bertanya. "Jadi kalau begitu ..."

Belum sempat dia melanjutkan ucapannya, siswa perwakilan pelajaran matematika masuk dari pintu belakang dan memberi pemberitahuan. "Jiang Lingzhi, guru bahasa Inggris memintamu untuk pergi ke kantor." 

"Oh, baik." Jiang Lingzhi meletakkan bukunya ke atas meja, lalu berujar pada Wen Yujing. "Aku tidak akan berbicara panjang lebar padamu. Aku pergi ke kantor dulu." 

"Oke." Masih memiliki sedikit keraguan, Wen Yujing pun berteriak dengan suara keras dari belakang Jiang Lingzhi. "Oh ya, nanti beritahu aku lebih lengkapnya saat jam makan siang."

"..."

Sosok ramping Jiang Lingzhi menghilang di balik pintu kelas.

Ketika Jiang Lingzhi tiba di kantor, guru bahasa Inggris sedang mengoreksi kertas ujian yang baru diterima.

Siswa perwakilan mata pelajaran bahasa Inggris, Xia Sicai, sedang duduk di meja seberang guru sambil membantu mengoreksi pekerjaan rumah para siswa. Ketika melihat Jiang Lingzhi masuk, dia menundukkan kepalanya.

Jiang Lingzhi menarik kembali pandangannya dan berjalan ke meja guru bahasa Inggris. "Guru, Anda mencari saya?"

Guru bahasa Inggris adalah guru wanita yang sangat lembut. Begitu mendengar suara Jiang Lingzhi, dia mengangkat kepalanya, dan gerakan pena di tangannya terhenti. "Ling Zhi, aku baru saja selesai mengoreksi kertas ujianmu. Kamu mendapat nilai sempurna lagi."

Ekspresi Jiang Lingzhi tampak sangat tenang. Dia jelas sudah biasa menerima pujian seperti ini. "Terima kasih, Guru."

Jiang Lingzhi memang memiliki paras yang sangat cantik. Melihat tatapannya saja sudah cukup membuat orang lain merasa bahwa dia adalah gadis yang patuh dan berperilaku baik. Guru pun merasa tidak enak mau mengucapkan kata-kata yang menyakiti hatinya.