Bullying

Setelah dikenal banyak orang melalui tulisan, banyak yang mulai mengenalku bahkan orang - orang di kota tempat gua tinggal. Banyak mungkin yang tidak senang denganku. Karna gua sendiri selalu berkata tentang kejujuran. Bukannya pujian yang aku dapat, justru pembullyan secara frontal yang gua dapatkan. Hal itu sempat membuatku putus semangat dan gua sempat berfikir bahwa ada baiknya untuk mengakhiri hidup saja.

Setelah berbagi cerita sesama konten kreator lain, justru gua mendapat dukungan dari mereka. Yang membakar semangat gua lagi. Orang - orang yang sejak dulu telah gua kenal melalui sosial media yaitu instagram. Kami memiliki komunitas yang terhubung tidak hanya secara online, melainkan batin sebagai konten kreator. Satu sakit semuanya merasakan sakit. Kepedulian yang seharusnya kudapatkan dari orang - orang sekitar. Bang joel adalah teman sesama kreator atau bisa dibilang dia adalah seorang mentor yang memberiku saran untuk meninggalkan kota ini karena ini sudah kelewat batas.

Saat bermain bulu tangkis gua terus dipaksa untuk mengikuti apa kata mereka. Sehingga gua harus bermain hingga 3 set berturut - turut Dan dalam setiap Set Ruber Game, gua sendiri ditertawakan disitu. Pada saat gua memilih menolak untuk bermain pada saat setelah Set Kedua. Mereka semua melihat ke arahku dan memanas - manasiku untuk bermain lagi.

Gua sangat - sangat tidak terima dengan hal itu,

itu sangat membuatku kehilangan karakterku.

Walaupun gua selalu memenangkan permainan,

Mereka tetap saja menertawakanku.

"Dimana kamu yang dulu?"

"Kenapa kamu membiarkan mereka menertawakanmu?"

"Kenapa kamu diam saja?"

"Apa itu yang mereka suka?"

"Apa yang salah dalam diriku?

"Apa yang membuat mereka tertawa sampai terbahak - bahak?

"Apakah ada yang lucu disitu?"

"Apakah aku sangat lucu hingga mereka tertawa?"

"Hey kemana dirimu?"

Gua pulang dengan kondisi badan yang remuk dengan rasa kesal yang begitu mendalam. Bukannya gua gak tau main bulutangkis tapi gak gitu juga kali. Mengapa mereka begitu kepadaku, padahal gua sudah berusaha baik dengan mereka. Tapi apa yang gua dapatkan, hanya sebuah tertawaan dan lelucon yang mereka anggap itu lucu. Itu sangat tidak lucu untukku.

"Mengapa mereka melakukan hal itu kepada orang lain?"

"Apakah mereka sudah frustasi dengan hidup mereka sendiri atau bahkan apa ada yang salah dengan diriku padahal gua berusaha selalu tersenyum dan bersikap ramah disitu?"

Hal itu terus muncul dikepalaku.

Buat gua pribadi bulutangkis adalah wadah untuk menyalurkan hobby, bermain 1 atau 2 kali saja sudah cukup untuk merilekskan otak. Tidak memilih untuk bermain secara terus menerus. Itu namanya bukan olahraga tapi malah yang ada menyiksa diri sendiri. Gua sangat menghargai diri Gua sendiri dan Gua sangat menghargai diri orang lain, oleh sebab itu Gua tidak memilih untuk bermain secara terus menerus seperti yang mereka lakukan terhadap diri mereka sendiri. Yang ada makin lama, diri kita sendiri yang jengkel sama olahraga tersebut jika tidak diporsir sedemikian rupa sama diri sendiri. Apa yang ku lakukan itu sudah baik menurutku yaitu bermain 1 atau 2 Set saja dalam 1 hari, dalam 1 minggu, itu sudah cukup. Tidak terlalu Over seperti yang melakukan yaitu bermain hingga 4 sampai 5 set. Jika ada apa - apa dengan diri mereka sendiri bagaimana? Bukannya sehat tapi justru itu bisa sangat membahayakan.

Akhir - akhir ini Gua sangat merasakan itu dalam lingkungan tempat dimana Gua tinggal. Apakah saat ini Gua sedang tidak bekerja dan tidak mempunyai penghasilan seperti mereka? Gua sendiri gak tau, kenapa mereka sangat membenciku. Apakah begini rasanya mendapat tekanan sosial secara langsung atau nyata di kehidupan yang sangat abstrak. Padahal gua cuman pengen hidup damai tanpa adanya kebencian satu sama lain. Kenapa mereka menanamkan hal itu kepadaku? apa gua juga harus menanam rasa kebencian itu dalam diri gua pribadi? Gua rasa sih gak, karna kalo gitu Gua sama aja dong sama mereka.

Ya mungkin beginilah hidup di dunia yang memperlihatkan kepalsuan dalam hidup, apa bahagianya menjadi seseorang yang seperti itu? Meskipun Gua gak bisa nunjukin apapun, Gua rasa Gua bisa kok menghargai hidup. Tidak ada kebencian dalam diri Gua pribadi. Itu hanya akan merusak mental bahkan fisik Gua sendiri. Walaupun orang berfikir buruk tentangku, Gua akan terus berusaha untuk selalu berfikir positif tentang orang lain tidak perduli bagaimana dia memperlakukanku.