“Kita ngapain sih?”
“Stt, jangan berisik ah.”
“Ck, kalau enggak boleh berisik ya gue keluar aja.”
“Eh, jangan coba-coba!” Nilam yang sedang menyembunyikan diri di balik selimut menggeram kesal, Rara dan Nik sejak tadi terus saja berisik di kamarnya.
“Udah lah, kita biarin aja dia. Salah sendiri naif, pake sok-sokan bilang orang munafik lagi.”
“Nik..” Laki-laki itu mengangkat tangan tanda menyerah, sedangkan Rara meletakan nampan makanan yang sejak tadi di bawanya di atas meja.
“Makan dulu Nilam, lo cuma bikin masalah baru kalau kayak gini.”
“Ck, ayolah kembang desa. Buka dulu selimutnya dan kita ngobrol sebentar.” Kali ini Nik yang membujuk.
“Jangan merasa jadi yang paling teraniaya Nilam, karena di sini lo bukan satu-satunya. Semua orang yang tinggal di rumah ini udah pernah ngerasain gimana rasanya di posisi lo.”’ Lanjut Nik tanpa perasaan.
"Gue berusaha ngasih lo petunjuk." Rara akhirnya bersuara