Ya Tuhan hatiku benar-benar gelisah.
Aku terus saja mengingat apa yang terjadi bulan lalu.
Bulan lalu tepatnya tanggal 24 Juni ayah dan bunda pindah ke Bandung. Saat itu rasanya sepi. Di rumah sendirian, hanya ada bibi yang bersama Ara. Namun, itu hanyalah sepucuk kuku dari kegundahan Ara. Karena setelah dua harinya mimpi buruk seorang Ara Alba baru di mulai.
Aku menemukan sebuah berkas adopsi. Aku terkejut bukan main saat mengetahuinya. Aku menangis semalaman. Hingga esok harinya (Minggu, 27 Juni), aku masih terpaku dalam kamar. Setelah sholat subuh aku merasakan rasa yang selama ini tak pernah aku bayangkan, aku yang di sayang aku yang di manja. Ternyata bukan anak kandung mereka.
Saat itu, aku pergi pagi sekali dan hanya meninggalkan sepucuk surat untuk bibi, aku bang padanya kalau aku ada urusan.
Aku sempat ingin menelpon mereka, tapi siapa sangka, ternyata menanyakan ini sangatlah menyedihkan. Aku tak sanggup kalau harus mengatakan kalau aku bukan anak mereka. Hingga sudah lewat satu bulan aku berdiam dengan segala rasa sedih yang selalu membara.
Dan aku sekarang mulai memahami, aku mulai memahami alasan kakakku sangat cuek kepadaku. Dia tidak memarahiku, dia juga tidak membenciku. Tapi dia selalu menganggap diriku orang asing. Menjawab pertanyaan ku dengan singkat. Dan berinteraksi denganku sekedarnya.
Di hari itu aku hancur benar benar hancur.
Oh ya, dulu full me time ku di hari Minggu sengaja ku lakukan untuk mengasah kemampuan karya sastra ku. Aku membuat puisi, novel, dan membaca buku untuk menambah pengetahuan. Namun, sekarang Mingguku seolah adalah tempat merenung.
Belum lama...
Bulan lalu aku masih bersemangat, aku bertekad membuat banyak novel, dan suatu hari saat aku lulus aku akan menguploadnya ke webnovel atau langsung menerbitkannya. Beberapa novelku sudah selesai ku buat, dan ada yang baru dalam tahap penyelesaian dan terbengkalai karena runyamnya otakku.
Aku sengaja menumpuk karya-karya ku dulu. Karena nanti aku ingin menerbitkannya beberapa waktu sebelum wedding anniversary ayah dan bunda pada tanggal 3 April. Mereka sempat berkata padaku kalau mereka ingin anak mereka menjadi penulis novel. Aku yang memang sudah jatuh cinta pada sastra hanya berusaha untuk membuat mereka bahagia.
Aku yang awalnya takut, malu, dan tidak pede dengan segala ceritaku kini berniat maju. Karena ayah... karena bunda... tapi kini, membuat novel hanya membuatku semakin larut. Aku hanya akan semakin ingat pada ayah dan bunda.
Lalu apa yang aku lakukan. Ya....aku hanya diam dan menguatkan mental ku untuk menerima semua kepahitan.
Bahkan MY LITTLE BESTIE pun tidak mengetahui tentang ini.
Hanya diriku....
Hanya aku.....
Hanya Ara Alba yang yang tahu kalau dirinya sedang diguncang.
***
Aku pergi ke sebuah tepi danau.
Aku menyukai tempat ini.
Tempat ini begitu tenang.
Aku senang disini untuk memikirkan banyak hal. Dulu aku senang memikirkan betapa bahagianya aku, tetapi sekarang aku hanya dapat memikirkan betapa kesepiannya aku, dan mengapa aku diciptakan dengan sebuah fakta yang sulit aku terima.
Aku memungut 3 buah kerikil
Aku melempar sebuah kerikil ke danau sejauh-jauhnya, dengan harapan aku dapat melepaskan kekesalanku terhadap semua takdir.
Aku melempar kerikil kedua, dengan harapan aku bisa membuang rasa tidak terimaku terhadap takdir.
Aku melempar kerikil yang ketiga, dengan harapan tuhan akan membuang rasa sepiku dan mendatangkan seseorang yang hidupnya penuh dengan kebahagiaan untuk membagikan kebahagiaannya denganku.