Akhtar yang lain

Aku melangkahkan kaki ke dalam sekolah.

Masih sama sejak awal masuk hingga sekarang, hingga aku sudah beranjak ke kelas terakhir. Namun, aku meragukan kebahagiaan di balik senyumku yang sekarang.

"Ara...."

"Akhtar? Ada apa?" jujur aku masih risih dengan yang kemarin.

"Ikut aku....", Akhtar menarik tanganku.

"Ta..."

"Udah ikut aja", sautnya cepat.

***

"Kantin? Mu ngapain kita ke kantin?"

"Tuh ada es cream varian baru, cornerda rasa buble gum + coklat"

"wahhh....gila sih, kamu tahu aja apa yang aku mau"

"Kamunya aja yang aneh"

"Aku? Aneh?!!!!", aku kesal tidak terima.

"Iya aneh, penggemar es cream macam apa yang belum tahu kalau ada es cream hitz"

"Darimana tahu aku suka es cream?"

"Mesty"

Ya, beginilah nasibku ketika temanku tahu segalanya.🙄

____________________________________________

Dan sekarang kita duduk di kantin menikmati es cream.

"Ini mah bukan enak lagi, ini itu surganya es cream", aku puas penuh kenikmatan.

"Kalau es cream nya seenak gini aku rela deh habisin ni es cream ku dalam 2 menit".

"Tar...! Es cream mu masih banyak, baru juga 1 gigitan, emang bisa?"

"Bisa lah"

"oke aku waktu dulu ya.....", seketika aku terkejut.

"What Happen?"

"3 menit lagi masuk jamnya guru killer"

Dan alhasil bukan hanya Akhtar yang makan dalam dua menit, tapi aku juga. Untungnya kita tipe orang yang makan es cream digigit dan dikunyah. Jadi bisa dengan cepat melahapnya.

Dan setelah itu, kita harus berlari terbirit-birit.

***

Waktu pulang sekolah telah tiba. Ketiga temanku telah pulang. Aku tidak ikut bersama mereka karena aku mau langsung ke rumah kakak, ada sesuatu yang membuatku ingin segera menemuinya.

"Akhtar..."

Akhtar berbalik badan.

"Kenapa kamu yang begitu tenang bisa ceria dan lawak kayak tadi?", tanyaku heran

"Seseorang bisa melakukan apa yang di luar pembawaannya dengan alasan tertentu".

"Alasan tertentu?"

"Alasan seperti apa?", lanjutku

"Lupakan saja"

Dia kembali dengan cara bicaranya yang datar dan sedikit puitis. Namun, kata terakhir 'LUPAKAN SAJA' Membuatku rasanya terlalu malas untuk berkata-kata