Hukum keterbukaan (timbal balik)

Anda ←✉️

"Bisa kita bertemu sore ini pukul 17.00 di taman dekat rumah? aku akan bertemu teman-temanku dulu"

✉️→Akhtar

"Kamu mau bertemu dengan Your TREE BESTIE?, aku tahu panggilan itu dari Mesty. Aku akan datang tepat waktu.

nice to meet you! "

***

"Assalamu'alaikum... ", teriak Mesty, Hening, dan Anira.

"Waalaikumsalam..."

Mereka masuk dan menempati ruang tamuku.

"Ayah sama Bunda kamu masih di Bandung?", tanya Hening.

"iya, kan mereka menetap di sana", jawabku

"owh iya ya.... hehe"

"By the way..... kamu bener-bener nggak minat ikut mereka, keluarga kamu kan Happy family banget nih.... kenapa", seperti yang pernah aku katakan, meskipun kata-katanya menyebalkaaan...., tapi dia selalu peduli.

"Udahlah.... emang kalian mau ditinggal Ara?!!! Kan Aca cayang ama kita-kita", dia tersenyum, kali ini senyumnya membuatku geli.

"Gue bikinin minum dulu ya?", aku hendak beranjak dari kursi.

"Tunggu", kata Mesty

"Kamu kenapa? kenapa diam?", kata Mesty.

Kata-kata Mesty membuatku berpikir aneh-aneh, apakah mungkin dia mengetahui sesuatu?

"Kamu kenapa akhir-akhir ini jadi pendiam, What's happen? Are you okay?", lanjut Mesty

"I'm fine, kalau aku diam berarti aku lelah...", jawabku sembari meninggalkan ruang tamu.

Ya.... aku lelah..., aku lelah dengan keadaan ini, aku lelah... menyembunyikan luka ini dari kalian, aku juga lelah saat harus bersandiwara bahagia saat berbincang dengan bunda dan ayah lewat telepon. Bagaimana bila tiba-tiba bunda pulang? Apa aku akan sanggup mengatakannya? Apa mereka akan meyakinkanku kalau mereka menyayangi diriku? Bukannya aku meragukan kasih sayang mereka. Namun, sepertinya ada sesuatu yang salah di hatiku.

***

Dulu di setiap pandanganku pada taman ini menunjukkan keindahan

Dulu di setiap aku kemarin selalu membawa kebahagiaan

Dulu saat aku kemari aku selalu lepas dari tekanan ataupun ketegangan

Mengapa sepertinya duniaku berubah?

Mereka masih menyayangiku

Mengapa aku harus bersedih?

Lagi pula mereka adalah orang yang paling mengerti akan hal ini

Lalu mengapa aku harus takut?

Apa aku merasa seperti ini karena aku hanya bisa mendengar dan melihat mereka lewat telfon

bahkan itupun hanya setiap pagi

Ada apa denganku, bukankah aku selalu kuat?

Tapi kenapa masalah ini seolah memiliki bom dibalik nyamannya jerami

"Jangan berpikir terlalu jauh....", Akhtar memudarkan lamunanku, kemudian duduk di sampingku.

"Apa maksudmu? kau bahkan tak tahu masalahku. Asal kau tahu... Aku bukan anak kandung orang tuaku, aku bukan anak kandung dari mereka yang selama ini sangat aku sayangi"

"Kau berpikir terlalu lama untuk hal yang sederhana, ini tidak rumit, kembalilah ke jalanmu dan semuanya akan berakhir"

"kau yakin aku bisa membuat seolah tidak ada yang berubah?"

"Memangnya apa yang berubah kalau mereka bukan orang tua kandungmu?"

"Kau benar, tapi aku yakin masih banyak hal tersembunyi dibalik fakta ini, fakta kalau aku adalah seorang anak angkat"

"Kalau begitu cari tahu dulu, kemudian barulah kau dapat menceritakannya kepadaku", kemudian berbalik badan, memandangku dalam dan berkata "Ikatan darah tidaklah lebih kuat dari ikatan hati...", kemudian dia kembali berbalik, dan pergi setelah memberiku solusi.

***

Malam ini redup....

Malam ini sepi

Apakah mungkin kalau semuanya akan tetap sama kalau aku bersikap biasa?

KEMBALILAH KE JALANMU DAN SEMUANYA AKAN BERAKHIR.

kata-kata Akhtar sepertinya menyadarkanku kalau ketakutanku itu tidak benar. Ketakutanku kalau ayah dan bunda akan pergi dariku itu tidak benar. Mereka menganggkatku sebagai anak, maka mereka akan selamanya menganggap ku anak mereka dan akan selalu menyayangi diriku, sama seperti aku menyayangi mereka, aku harus bisa meyakini semua itu.

✉️→Akhtar

Maaf, tadi aku terburu-buru

Anda ←✉️

Apa masalahnya? Bahkan kau sudah menjawab pertanyaanku?

✉️→Akhtar

Bolehkah aku bertanya sesuatu?

Anda ←✉️

Tentu saja, katakanlah...

✉️→Akhtar

Apa yang sebenarnya kamu takutkan? Apakah kamu takut mereka tak menyayangimu lagi setelah kamu mengetahui? bukankah bahkan itu tidak logis?

Yang logis adalah mereka tidak menyayangimu lagi karena mereka yang baru tahu kalau kau bukan anak kandung mereka.

Anda ←✉️

Ya... aku mengakuinya, aku akan mencoba bersikap seperti biasa.

✉️→Akhtar

Baiklah

Goog night Ara....

Anda ←✉️

Good night Akhtar....

Aku sudah memutuskan kembali ke jalanku, bersikap seperti Ara yang dulu tanpa harus menutupi rasa rinduku lagi ke orang tua sendiri.

Tuttttt tuuuttttt tutttttt,

Tuttttt tuuuttttt tutttttt,

Tuttttt tuuuttttt tutttttt,

Tuttttt tuuuttttt tutttttt,

Aku sudah menelfon mereka 5 kali, tetapi mereka tidak mengangkatnya, baiklah..., kalau begitu lebih baik aku coba lagi besok...

Tiba waktunya belajar dan mengerjakan pr.

Aku mulai menulis jawaban untuk pekerjaan rumahku.

TOK TOOOKKK TOKK

Ada seseorang yang mengetuk pintu kamarku.

"Iya Bunda... masuk aja Ara lagi belajar nih....", jawabku reflek, setelah berkata aku tersadar, berhenti menulis dan mengambil nafas dalam-dalam, kemudian menghembuskannya perlahan, kemudian tersenyum sembari berkata

"Masuk Bi, maaf Ara lupa... "

Bibi masuk dengan senyum manisnya, meletakkan segelas susu dan sepiring biskuit di meja belajarku.

"Maaf ya non, bukannya bibi mau gantiin tugasnya ibu Sari, tapi bibi teh nggak mau kalau non nggak ada yang ngurus pas ibu lagi pergi...."

"Iya Bi..., nggak papa kok. Ara malah senang, kenapa nggak dari kemarin-kemarin aja, kan jadinya Ara nggak perlu kelaparan pas belajar"

"Uluh uluh..... si Enon teh tinggal bilang atuh kalau mau bibi bawain camilan, bibi teh bakal dateng atuh, yaudah sokk di lanjutkan belajarnya.... bibi keluar ya."

" Selamat malam bibi" kataku saat bibi hendak menutup pintu dari luar.

" Selamat malem non, semangat ya belajarnya"

Pintu seudah tertutup rapat. Namun, tanganku belum mulai menulis lagi. Otakku mulai membayangkan sesuatu,

"ARA SAYANG.... NIH BUNDA BAWAIN SUSU SAMA BISKUIT SPESIAL UNTUK ARA, COBAIN DEH"

"EEUUUMMMM ENAK BANGET MAH, ARA MAU NIH TIAP HARI ADA BISKUIT KAYAK GINI"

"IYA IYA.... APA SIH YANG NGGAK BUAT ANAK MAMAH YANG CANTIK INI"

"BISKUIT BIKINAN BUNDA THE BEST DEH POKOKNYA"

"KAMU YANG PINTER YA... APAPUN YANG TERJADI BUNDA AKAN SELALU DOAIN ARA , SEKARANG DAN SELAMANYA BUNDA AKAN SAYANG SAMA ARA, DAN AKAN SELALU ADA BUAT ARA",

waktu itu bunda mencium keningku, memelukku.

"Aku sayang mamah...", aku tersenyum, tetapi mataku yang berkaca-kaca tak bisa bohong.