Bisakah Kamu Menyukaiku?

Luo Tiantian berbaring di atas kasur besar yang empuk.

 Bahkan terdengar suara napas Xue Feimo di telinganya.

 "Benar saja, ada banyak pria tidak berperasaan sejak zaman kuno, tetapi tidak ada yang bisa menipuku. Hihihi…"

 Kalau Luo Tiantian sudah tahu lebih awal, dia tidak akan memilih Bos.

 Dia sudah lama tidak mengatakan hal-hal yang baik pada bosnya, namun kini malah menyinggungnya sampai kesal setengah mati.

 Jantungnya berdetak kencang.

Kakak Jing, kamu kuat! Bagaimana kamu bisa begitu takut?"

 Dia berbalik badan lagi dan melihat pria yang sedang tidur di sampingnya.

 Luo Tiantian mengulurkan jarinya dan mencolek pipi Xue Feimo dengan lembut. Kini mata Xue Feimo tampak penuh dengan amarah.

 Tetapi, kini Luo Tiantian mengucapkan hal-hal yang baik, "Paman, aku benar-benar tahu aku salah."

 "Bukan kamu yang jahat dan iri, tetapi aku yang iri padamu!"

 "Lihatlah, kamu kuat dan berkuasa. Pusat kehidupan bisnis negara ini juga ada di genggamanmu."

 "Tidak hanya memiliki kulit dan postur tubuh yang bagus, wajah tampan, pekerjaan yang bagus, bahkan kamu juga…"

 Saat ini, Luo Tiantian tercekat. Kata-kata lainnya seolah tersangkut di tenggorokannya dan tidak bisa diucapkan.

 Luo Tiantian kesal karena tidak sengaja mengucapkan perkataan yang membuat salah paham seperti itu. Pria yang sedang tidur di sebelahnya tiba-tiba membuka matanya.

 Kemudian dia berguling dan menekan tubuh Luo Tiantian. "Adik kecil, apa lagi?"

 "..." Luo Tiantian gelisah, "...ada banyak orang dewasa."

 Xue Feimo mengangkat alisnya dan menatap Luo Tiantian dengan penuh arti.

 "Paman… aku, aku masih di bawah umur."

 Luo Tiantian melihat wajah Xue Feimo yang tampan nan sempurna, lalu dia menelan ludahnya.

 "Ck ck ck... Fisik memang lebih jujur daripada perasaan."

 Xue Feimo melepaskan Luo Tiantian dan kembali lagi ke tempat tidur. "Jangan khawatir, Paman menyukai wanita dewasa dan tidak tertarik dengan anak kecil."

 "..." Luo Tiantian merasa jengkel dan gelisah, seolah-olah dia sedang disiram air dingin.

 Luo Tiantian memandang Xue Feimo dengan kesal, lalu dia berkata, "Paman, bisakah kamu menyukaiku?" 

 Mendengar suara Luo Tiantian yang sedih itu, Xue Feimo merasa pusing dan mencubit alisnya. "Kita bicarakan lagi besok, sekarang jangan ganggu aku."

 Akhir-akhir ini, dia menghadapi lebih banyak permasalahan, jadi tidak punya terlalu banyak waktu untuk istirahat.

 Padahal insomnianya sudah mulai membaik, namun sekarang muncul lagi tanda-tanda serius.

 Obrolan Luo Tiantian yang tanpa henti, rewel namun juga menghibur, membuat Xue Feimo tidak tahan.

 Ketika Luo Tiantian melihat Xue Feimo tidak mengusirnya, seketika suasana hatinya membaik.

 Dengan nada bicara yang terdengar lebih ceria, Luo Tiantian berkata, "Baik, Paman lanjutlah tidur~"

 Dia berbaring dengan tenang dan tidak mengganggu bos besar lagi.

 "..." Xue Feimo terdiam.

 Dia segera menutup matanya dan kembali tidur.

 Melihat Xue Feimo tertidur hanya dalam hitungan detik, Luo Tiantian tak bisa berkata-kata.

 Sepuluh jam lebih telah berlalu, tetapi pria yang ada di sebelahnya masih tidur dengan nyenyak.

 Luo Tiantian sedang memikirkan apakah dia perlu meminta bantuan orang lain untuk membangunkannya, namun di sisi lain, Bos kelihatannya akan marah kalau dibangunkan, karena akhir-akhir ini dia kurang tidur.

 Luo Tiantian diam-diam bermain ponsel.

 -

 Keesokan harinya, Luo Tiantian dibangunkan oleh dering ponselnya.

 Dia membuka mata dengan linglung. Setelah meraba-raba lantai cukup lama, akhirnya dia berhasil meraih ponselnya yang tergeletak di sana.

 "Halo? Siapa, ya?"

 Suaranya masih terdengar serak karena baru bangun tidur.

 "Luo Tiantian, aku memberimu waktu 30 menit untuk berdandan. Sampai jumpa setengah jam lagi di pintu gerbang."

 Terdengar suara yang tidak asing di ujung telepon. Mendengar perintah yang tiba-tiba seperti ini, Luo Tiantian pun terkejut sampai jatuh dari tempat tidur.

 "Kakak Jing?" Luo Tiantian bertanya dengan ragu.

 "Uh huh."

 Kakak Jing hanya mendengus dan menutup telepon begitu saja.

 "..." Luo Tiantian melihat ponselnya dengan tatapan kosong dan baru bereaksi sekitar sepuluh detik kemudian.

 "Aa, mati aku! Waktunya tidak cukup."

 Dia berbicara sambil bergegas ke kamar mandi tanpa alas kaki.

 Setelah lima menit, dia bergegas keluar dari lift.

 Dia berlari sambil berteriak, "Paman kepala pelayan, cepat bantu aku menyiapkan mobil. Aku harus segera pergi."

 "Nona Luo, jangan panik. Akan segera saya siapkan."