RENCANA

" Trima kasih untuk kesabaran Kak Arvin!" balas Bella.

Arvin mengurai pelukannya lalu dia menatap wajah Bella masih dengan penuh kelembutan.

" Bolehkah?..."

Bella tahu apa yang diinginkan Arvin terhadapnya, walau dengan masih sedikit berat, Bella menganggukkan kepalanya. Arvin memegang dagu lancip Bella, lalu perlahan mendekatkan wajahnya ke wajah wanita itu. Cup! Bibir Arvin menempel di bibir seksi Bella. Bella memejamkan kedua matanya dan mencari sesuatu yang bisa membuatnya yakin. Perlahan kecupan itu berubah menjadi lumatan kecil. Arvin menyesap bibir bawah Bella dan mengulumnya sejenak. Tidak ada balasan dari Bella, Arvin berpindah dengan bibir atas Bella, masih saja Bella terdiam. Arvin melepaskan lumatan itu, karena dia tidak mau terlalu cepat memaksakan keinginannya.

" Maaf!" ucap Arvin menatap mata Bella yang terbuka.

" Aku yang minta maaf..."

" Tidak! Aku yang terlalu tergesa-gesa!" ucap Arvin.

" Aku harap saat aku kembali, kita bisa saling menikmatinya!" kata Arvin.

Bella tersenyum, ingin rasanya dia marah karena belum bisa membalas Arvin, tapi hatinya masih belum bisa melakukan itu.

" Aku pergi! Salam untuk Rado!" kata Arvin lalu mengecup kening Bella dan pergi meninggalkan Bella sendiri yang termangu dengan berbagai macam perasaan dalam hatinya.

" Semoga ini yang terbaik untuk semuanya!" kata Bella ambigu.

" Kenapa Rado nggak boleh ikut?" tanya Rado saat diberitahu Bella jika dia akan ke Jakarta.

" Mami kerja, sayang!" jawab Bella pelan saat dilihatnya jagoannya itu sedang ngambek, karena tidak melihat dirinya yang dihadapannya.

" Mami selalu bilang kerja! Kenapa kalo kerja disini Rado boleh ikut tapi kalo jauh , nggak?" protes Rado dengan tangan di silang di depan dadanya.

" Karena Rado masih kecil, nak! Rado belum boleh pergi jauh-jauh!" sahut Bella.

" Rado udah gede , mi!" bela Rado.

" Tapi, sayang..."

" Bawa saja, Bel!" kata Malv.

" Kak!" sahut Bella.

" Biar dia tinggal sama Kendra!" kata Malv.

" Gimana kalo papa sama mama tahu? Gimana kalo Kak Kendra bilang sama mereka? Gimana kalo..."

" Bel! Sampai kapan?" tanya Malv.

" Entah!" sahut Bella menatap wajah polos putranya.

" Sudah waktunya lo kembali, Bel! Lo nggak bisa seperti ini terus! 5 tahun adalah waktu yang cukup buat lo dan keponakan gue sembunyi!" tutur Malv dengan lembut.

" Bel hanya takut kalo papa..."

" Lo sebenernya lebih takut papa akan ngebunuh dia'kan?" kata Malv menatap sayu adiknya.

Apa yang dikatakan Malv memang benar, Bella sangat takut jika papanya akan marah besar karena mengetahui kehamilannya karena Evan yang mana telah memiliki istri. Dia juga takut papanya akan menyakiti Evan bahkan akan membunuh ayah dari anaknya itu. Itulah kenapa hingga saat ini hanya kakaknya saja yang tahu tentang dirinya dan Rado. Arvin saja tidak tahu jika Rado adalah anak dari seorang pria yang telah beristri. Arvin tahunya Bella pernah meikah dan melahirkan anak tapi suaminya pergi meniggalkan mereka.

" Apa papa nggak akan melakukannya, Kak?" tanya Bella.

" Kakak akan mencegahnya, Bel!" jawab Malv.

" Tapi kakak tahu gimana papa kalo sama Bel! Itulah kenapa Bel takut sekali, Kak!" ucap Bella dengan mata berkaca-kaca.

Max sangat menyayangi Bella diantara saudara-saudaranya yang lain, tapi mereka tidak pernah mempermasalahkan itu. Max begitu mencintai putrinya itu karena wajah Bella yang sangat mirip dengan Netta saat muda dulu. Sifat Bella yang megitu mirip dengan Max membuat pria yang masih tampan diusianya itu begitu memuja putrinya itu dan memberikan dia kebebasan apa saja.

Malv menatap keponakannya yang sedang bermain Lego yang dia belikan kemarin di lantai rumah. Malv melihat dengan sedih ke arah anak kecil itu. Wajah Rado sangat mirip dengan Evan saat kecil dulu dan Malv sangat tahu itu.

" Kakak akan berusah semampu kakak agar papa tidak tahu tentang Rado!" kata Malv.

" Trima kasih, Kak!" ucap Bella memeluk erat kakaknya.

Hanya Malv yang bisa Bella andalkan, karena selama ini Malv lah yang telah membantunya sejak peristiwa kecelakaan Evan 5 tahun yang lalu.

" Kamu nggak papa?" tanya Malv pada Bella.

" Sedikit gugup!" jawab Bella.

Akhirnya Bella membawa serta Rado ke Jakarta karena permintaan Malv. Mereka telah sampai tepat saat makan siang dengan memakai pesawat pribadi Malv. Rado tertidur dipangkuan Malv, sedangkan Bella lebih banyak melamun selama perjalanan tadi.

" Malvvvv!" panggil seseorang saat Malv turun dari tangga pesawat.

" Vin!" sambut Malv saat melihat Arvin melambaikan tangannya.

Arvin berlari mendekati Malv dan langsung melihat ke arah Rado.

" Biar gue yang gendong!" kata Arvin.

Malv memberikan Rado pada Arvin lalu memeluk teman dekatnya itu.

" Dah lama?" tanya Malv.

" Lumayan!" jawab Malv.

" Arabella!" sapa Arvin melihat kekasihnya yang turun dari tangga.

" Kak Arvin!" balas Bella.

Arvin memeluk erat Bella lalu memberikan ciuman di kepala wanita itu. Bella sebenarnya belum merasa srek, tapi dia berusaha untuk menghilangkan semua itu.

" Kamu lelah?" tanya Arvin dengan lembut.

" Lumayan, Kak!" jawab Bella.

Arvin menggandeng tangan Bella dengan erat, sedangkan Malv tersenyum melihat semua itu.

" Kapan peresmiannya?" tanya Malv.

" Secepatnya, Bro! Gue udah lama menunggu dan nggak mau lama-lama lagi!" kata Arvin tanpa malu-malu.

" Dia nggak akan kemana-mana!" kata Malv yang masuk ke dalam mobil jemputan.

" Gue takut dia dibawa lari orang!" kata Arvin menatap Bella dengan sangat intim.

" Nggak akan ada yang berani sama keluarga gue!" sahut Malv.

" Lo tenang aja! Gue udah bilang sama ortu gue buat melamar adik lo!" kata Arvin.

Bella tersentak, dia terkejut mendengar ucapan Arvin, tapi dia hanya diam saja. Dia pasrah dengan semuanya, Arvin pria baik dan lembut, pasti akan mudah mencintai dia. Terlebih Arvin sangat mencintai putranya, Rado.

" Ada apa, Kak?" tanya Bella saat mereka sudah sampai di apartement Malv.

" Art telpon!" kata Malv.

" Kenapa nggak diangkat?" tanya Bella yang telah berganti pakaian dan duduk di kursi makan.

" Paling juga minta uang lagi!" kata Malv.

" Apa dia sering minta?" tanya Bella.

" Nggak juga! Cuma akhir-akhir ini dia sering ikutan bisnis temannya, katanya cuma buat belajar aja!" jawab Malv.

" Angkat saja, Kak!" kata Bella yang melihat lagi ponsel Malv bergetar.

Malv menggeser ikon berwarna hijau pada ponselnya.

" Apa, Art?" tanya Malv

..." Kak! Cepet pulang!" kata Art.

" Ada apa? Kenapa suara lo...ada apa Art? Kenapa ada orang teriak-teriak?"

..." Papa ngamuk, Kak! Dia menghajar Kak Evan.

" Apa? Tapi ada apa?" tanya Malv yang telah berdiri dan berjalan ke arah pintu apartement.

" Kakak kesini aja cepet!" kata Art.

" Iya!" balas Malv lalu mematikan panggilannya.

" Ada apa, Kak?" tanya Bella yang mengikuti kakaknya.

" Gue ada perlu sebentar, lo disini aja!" kata Malv.

" Siapa yang teriak-teriak?" tanya Bella ingin tahu.

" Gue cabut!" kata Malv keluar dengan berlari.

" Kak! Kak Malvvvvv!" teriak Bella, tapi Malv menghiraukan pangilan Bella dan masuk ke dalam lift.

Bella masuk ke dalam apartementnya lalu menuju ke dalam kamar putranya.

" Surti bawa Rado! Ikut saya sekarang juga! Kita harus pergi ke rumah papa!" kata Bella dengan wajah panik karena melihat Malv yang seperti itu.

" Iya, Nona Muda!" jawab Surti lalu menggendong Rado yang sedang tertidur.