Lagi.

" Gawat Dhan. Anaya di culik!"

" Apa?! pekikku kaget dan segera beranjak dari dudukku.

" Kamu jangan bercanda ya, Don. Anaya itu sedang di rumah bersama Mama," ucapku sedikit panik dan sedikit membuatku kurang percaya. Dan jauh dalam lubuk hatiku berharap bahwa Doni hanya bercanda.

" Ya, Dhan. Tadi aku nganterin Mamaku ke pasar, dan kebetulan di sana ketemu sama Tante Sabrina juga Anaya. Terus saat kami mau pulang, Anaya di bawa oleh mobil berwarna hitam. Aku gak bisa mengejarnya, Dhan. Aku kalah cepat dengan mereka," ucap Doni dengan nada yang benar-benar menyiratkan dia sedang dalam kondisi panik.

Dan aku samar-samar mendengar tangisan Mama Sabrina di seberang sana?

" Kamu lagi gak bercanda kan, Don?" tanyaku lagi memastikan.

" Gue berani sumpah, Dhan. Itu yang terjadi. Dan gue minta maaf. Gue gak bisa kejar Anaya. Sebaiknya kamu kesini. Mamanya Anaya masih saja terus menangis," ucap Doni yang membuatku merosot ke kursi lagi.