Pantang Menyerah!

"Kenapa kamu pulang, Kai? Di mana Tuan Malik, Nona Anna?" Lily menyipitkan mata, menatap kosong halaman depan.

"Ceritanya panjang," Kai masuk ke dalam.

Kepulangannya dari Sisilia atas usulan sang ayah. Keberadaan Kai kini menjadi sorotan, dan Erick tidak bisa memberi tugas pada Kai lagi.

"Di mana Ayah?" tanya Kai seraya berjalan masuk ke dalam.

"Pak Erick ada di dalam," Lily mengikuti Kai dari belakang. "Apa kamu lapar? Apa kamu butuh sesuatu, Kai?" tanyanya lagi.

Kai menghentikan langkahnya, kemudian berbalik.

Buk!

Lily yang tidak siap dengan itu, malah menabrak tubuh Kai. Keduanya saling tatap untuk waktu yang cukup lama.

"Aku baru saja pulang, dan kamu sudah mulai cerewet seperti ini. Tidak bisakah kamu membiarkanku sedikit tenang saja?" keluh Kai sambil menepuk dahi Lily.

"Ma-maaf, Kai," ucap Lily. Sejak kecil, ia sudah memperlakukan Kai seperti saudaranya sendiri. Dan, hal itu sudah menjadi kebiasaan Lily sampai ia dewasa.