"Kau!"
Ekspresi Storm berubah.
Ya, sangat terkejut setelah mendengar apa yang dikatakan oleh tetua.
"Tunggu dulu!" Storm langsung bicara, "Anda tidak bisa langsung memutuskan seperti ini, Tuan."
"Apa kau tidak setuju?" tanya Tetua. "Ini kesempatan yang sangat bagus, dan satu-satunya orang yang bisa aku percaya saat ini adalah dirimu, Storm."
Storm menarik napas besar, ini terlalu mendadak. Ia tampak tak siap, tetapi seperti yang dikatakan oleh Tetua, ini adalah kesempatan yang besar untuknya.
"Aku harus membicarakan hal ini dengan saudara-saudaraku lebih dulu," Storm mencari alasan. "Beri aku sepuluh menit, dan aku akan memberi jawabannya Tetua."
Storm hanya bisa meminta jeda waktu. Ia lalu berdiri, membungkuk hormat sebelum keluar dari ruangan itu.
"Apa yang Tuan pikirkan?!" Asisten kepercayaan Sang Tetua akhirnya angkat bicara. Terlihat ia tidak tahu menahu perihal keputusan Sang tetua.