Kesepakatan dengan Musuh

"Kau bisa memercayaiku," Green menatap dingin.

Pertemuan rahasia dengan Brag ditujukan untuk beraliansi. Green membutuhkan bantuan Brag untuk menghabisi ayahnya dan menghancurkan kelompok Nadir. Dan, bukankah Brag juga memiliki tujuan yang sama dengannya?

Brag belum menjawab. Ia tak yakin dengan ucapan Green, bisa saja ini adalah jebakan.

"Aku ingin putriku saat ini juga!" tandasnya.

Sesuai dengan perkiraan Green, ia lalu mengangkat tangannya. Dan, beberapa anak buahnya masuk dengan membawa putri Brag.

"Ayah," Gadis kecil itu langsung menangis dalam dekapan ayahnya.

"Maafkan ayah, maafkan ayahmu ini, Nak." Suara Brag menyimpan penyesalan yang begitu besar. Air matanya tumpah, meski saat ini ia berada di depan musuhnya.

"Aku pikir, aku sudah tidak punya ayah dan ibu lagi," ucap gadis itu terbata-bata.

Brag menggigit bibirnya. Penderitaan putrinya tentu sangat besar, ia bahkan tidak bisa membayangkan apa yang sudah dilewati oleh putrinya selama ini.