Bab 4. kejutan

Semester baru dimulai diawali dengan Januari pagi yang cerah. Senin yang sangat menyenangkan.

Hari ini Eden tampil dengan lebih ceria. Tidak seperti biasanya, apalagi setelah apa yang ia lakukan dengan Rani saat malam tahun baru.

Eden yang sudah rapi, siap untuk berangkat sekolah.

"Haaaa.... Hari yang cerah dan awal yang baru"

Dengan semangat Eden berangkat sekolah, ia sekarang tinggal sendirian. Tantenya pergi ke Inggris. Sementara pembantunya pensiun.

Sehari sebelum pergi.

"Eden kau yakin tidak apa apa tinggal dirumah sendirian?" Tanya Tante Eden khawatir.

"Iya te, gak papa kok lagipula Eden sudah dewasa"

"Eden kamu yakin enggak butuh pembantu?, Mak Wati juga dah pensiun"

"Iya te. Lagipula kan aku cuma tinggal disini setahun lalu ikut Tante ke Inggris setelah lulus SMA, kasian pembantu nya nanti baru bekerja sehari udah bubar aja"

Meski khawatir Tante Nova percaya kalau Eden. Bisa hidup mandiri.

Nova tersenyum sejenak dan mengusap kepala Eden.

"Ya keponakan Tante udah besar, kalau begitu Tante percaya Eden bisa hidup mandiri selama setahun"

Wajah Eden sedikit memerah karena ucapan Tante Nova.

Ia menyentuh tangan Tante Nova karena malu.

"Tante... Eden kan jadi malu.."

"Hahaha... Haaaahh kalau begitu sekarang bantu Tante berkemas, lalu kita pergi ke bandara bersama"

-

Di dalam kelas Eden sedikit melamun, Endra yang melihat Eden melamun langsung menepuk kepala Eden

"Woyy kita masih pelajaran mat nih lo jangan ngelamun dong nanti dilempar kapur sama Bu Endah" bisik Endra ke Eden

Eden kaget dengan tepukan Endra

"Iya ya, ah"

Setelah sesi pelajaran. Akhirnya bel istirahat.

Semua murid mulai berhamburan pergi, ada yang menuju teman temannya ada yang keluar dan lain sebagainya.

Endra menoleh ke Eden dan bertanya.

"Lo ada masalah apa den?" Tanya Endra khawatir.

"Enggak apa apa kok, aku cuma mikir ni pelajaran lama amat..."

"Oalah kupikir ada masalah apa, yaudah deh yuk ke kantin yang lain dah pada nunggu nih.."

Ucap Endra lega

"Yuk gass lah"

Eden menutupi nya, padahal ia khawatir apa ia bisa tinggal sendiri selama setahun. Meski Tante dan neneknya bakal kasih uang terus selama sebulan.

Bahkan ia sering dapat tambahan dari pamannya.

"Ah sudah lah Eden semua akan baik baik saja jangan berpikir terlalu keras" batin Eden meyakinkannya dirinya sendiri.

-

Sudah tiga bulan lamanya sejak Tante Eden pergi meninggalkan, Eden sendiri.

Sekarang sudah memasuki bulan Maret.

"Tuh kan Eden semua baik baik saja. Buktinya Lo bisa bertahan Sampek bulan Maret" batin Eden bangga.

Endra sahabat Eden langsung mengendap endap diam diam mengejutkan Eden dari belakang.

"Duaaar mbak Kunti"

"Gua kagak kaget " ucap Eden kesal.

"Hehe hehe heh"

Mereka memasuki gerbang sekolah.

Disusul Jay yang dari belakang mengagetkan mereka berdua

Malah Endra kali ini yang terkejut. Eden dan Jay tertawa melihat respon dari Endra.

Eden menoleh ke sekitar Jay. "eh Jay yang satunya mana?"

"Alah paling telat lagi tu bocah, dia kan rajanya telat disekolah Sampek pak satpam dan guru BK hapal sama dia"

Sesampainya di kelas tiba tiba Endra mengeluarkan buku tulis bahasa Inggris begitu pula dengan Jay.

"Eh hehehe tau lah liat bahasa Inggris dong gua lupa ngerjain :) " ucap Endra memelas.

"Gua juga nih" ucap Jay ikut memelas

Eden menatap sinis mereka berdua

"Pantes kok Dateng pagi '-' dasar bocah laknat,karena gua baik nih gua kasih" ucap Eden menyodorkan buku tulis bahasa Inggris.

"Tapi ingat traktir gua bakso sama gorengan ya nanti" ucap Eden dengan jahil.

"Siap bos" ucap Jay dan Endra bersamaan.

-

Saat pelajaran bahasa Inggris dimulai, Bu Sri dengan serius mengajar di depan papan tulis.

Tiba tiba saja Eden merasakan getaran dari lokernya.

Dengan pelan Eden mengambil ponsel nya di loker dan melihat ada notif apa mumpung Bu Sri masih menulis di papan tulis.

Terlihat notif wa dari kak Rani. Seketika Eden kaget. Wajahnya mulai memerah karena senang dapet notif dari doi.

"Kenapa kak Rani ngechat ya? Apa kak Rani rindu ? Ahhh kenapa harus di tengah pelajaran sih" batin Eden layaknya orang kasmaran.

Terlihat pesan wa dari Rani.

Rani : Eden udah lama kita enggak saling memberi kabar.

Rani : maaf sebelumnya karena aku jarang kasih kabar soalnya lagi sibuk ngerjain tugas kuliah.

Rani : mungkin ini tiba tiba tapi Eden aku harus ke rumahmu ada hal penting yang harus kita bicarakan.

Eden : ok kak ;)

Tiba tiba saja Bu Sri melihat Eden menunduk tidak melihat papan tulis

"Wah Eden kayaknya udah paham nih. Kalau begitu Eden cepat maju dan jawab soal di papan tulis"

Eden menoleh ke depan dengan kaget, Endra menatap Eden dengan usil sementara yang lain melihatnya.

"Baik Bu" ucap Eden dan segera menyembunyikan hpnya agar tidak ketahuan .

Untungnya Eden bisa menjawab soal dan pertanyaan yang dilontarkan oleh Bu Sri.

-

"Ada masalah apa ya sampai kakak memanggilku? Ah sudah lah yang penting sekarang aku bisa ketemu sama kak Rani " ucap Eden senang.

Sebelum sampai rumah, ia membeli kue kesukaan kak Rani yaitu, kue coklat, chesscake, dan makaron di cafe dessert.

Dengan hati riang dan penuh gembira Eden membawa makanan manis favorit kakaknya.

Sesampainya di rumah. Rani sudah menunggu di depan gerbang dengan membawa tas dan koper. Entah kenapa perasaan Eden tidak enak tapi Eden berusaha menepis perasaannya.

"Hai kak maaf lama, ini tadi aku mampir dulu ke toko kue" ucap Eden sambil menunjukkan kue yang baru ia beli.

"Ah enggak papa, lagipula aku juga baru sampai kok Eden".

Ucap Rani santai.

Eden membukakan gerbang dan mengajak kak Rani masuk.

Sebenarnya Eden curiga kenapa kak Rani membawa koper? Dan enggak biasanya kak Rani memakai jaket tebal di harapkan panas seperti ini, tapi Eden sungkan untuk bertanya.

Didalam rumah, Eden meminta kak Rani untuk duduk dulu. Sementara ia akan menyiapkan minuman untuk kak Rani.

Tiba tiba saja tangan kak Rani menggenggam pergelangan tangan Eden.

"Eden bisakah kau duduk dulu sebentar ada hal penting yang harus kubicarakan dengan mu"

"Ah baik kak" ucap Eden dengan gugup.

Ia langsung duduk di sofa samping kak Rani.

Tangan Rani menyentuh kedua telapak tangan Eden dengan wajah yang tampak gelisah.

"Apa ada masalah kak?" Tanya Eden yang mulai tidak enak.

"Eden kau masih ingat apa yang kita lakukan saat malam tahun baru kemarin?" Tanya Rani menatap mata Eden

Eden enggak paham kenapa Rani bertanya hal yang seperti itu, tapi ia menjawab dengan jujur

"Iya kak aku ingat apa yang ku lakukan dengan kakak, apakah kita ketahuan? Apa orangtua kakak mengetahui perbuatan kita?" Tanya Eden yang semakin gelisah.

"Tidak kok, syukur lah kau masih ingat" ucap Rani yang seperti nya sedikit lega.

Rani mulai berhenti bicara sejenak, ia sedikit menunduk seperti ada hal yang ia sembunyikan. Mata kak Rani sedikit berkaca kaca tapi ia berusaha tegar. Ia menarik napas dalam dalam agar merasa lebih tenang.

Setelah lebih kuat Rani menatap kembali Eden.

"Eden Sekarang aku mengandung anakmu" ucap Rani tegas .

Terlihat wajah Eden yang nampak syok. Semua keringat dingin Eden keluar. Dengan ekspresi tidak percaya, Eden berusaha menepis ucapan kekasihnya.

"Ahahahaha prank yang bagus kak, haah memang ya hari ini banyak sekali trend prank seperti itu ke pacarnya. Hahahaha lucu kak, kakak benar benar berhasil membuatku terkejut" ucap Eden yang tertawa.

"Aku tidak bercanda Eden aku serius" ucap Rani dengan ekspresi serius.

Eden ingat kalau kak Rani tidak suka bercanda.

Tubuh Eden mulai gemetar dengan hebat.

"Apa maksud kakak? Apa itu sungguhan?" Tanya Eden dengan kali ini wajah ketakutan

"Ya, aku sungguh sungguh Eden, jika kau tidak percaya aku akan melepaskan jaket ini" ucap Rani dan melepas jaketnya.

Terlihat perut Rani lebih menonjol yang tidak seperti orang gemuk.

Tubuh Eden mulai bergemetar, keringat dingin mulai bercucuran, wajah Eden tampak terlihat jelas syok dan takut.

Rani mengerti perasaan yang dirasakan Eden saat ini. Tangan kanan Rani memegang tangan Eden dan menariknya ke arah perutnya.

Telapak tangan Eden yang terlihat pucat menyentuh perut kak Rani yang menonjol. Eden menoleh ke arah kak Rani.

"Bayi yang ada didalam kandunganku sekarang adalah bayi mu Eden, darah daging mu sendiri" ucap Rani dengan ekspresi serius.

Mata Eden mulai berkaca kaca, muka Eden begitu pucat, tubuhnya benar benar bergetar hebat, keringat dingin tak henti bercucuran. Seperti tersambar petir di siang bolong.

Ia tak percaya apa yang dikatakan kak Rani, yang terasa di dadanya hanya rasa sesak dan takut bercampur aduk.

Menyisakan air mata yang tidak bisa dibendung dan akhirnya keluar.

Eden menangis dihadapan kak Rani dengan tangan yang masih memegang perut Rani. Ia tak mengira hal ini akan terjadi.

Apa nasib Eden selanjutnya.