Ridho pergi ke area tengah kota, di mana ada sebuah alun alun megah para kaum borjuis.
Di tempat ini Ridho bisa merasakan item ruang itu berada, dia melihat ada seorang musikus dengan biola yang menjaganya.
"Halo apakah kamu tersesat? Aku sarankan kamu pergi", kata musikus itu.
"Tidak, aku memang ingin ke sini", Ridho mulai menyerang dia memanggil sekumpulan burung hantu virtual, masing masing setingkat Epic.
Melihat burung hantu itu musikus tetap tenang, "seorang Druid legendaris ....menarik".
Musikus itu mulai memainkan biolanya, "gentleman hari ini akan aku persembahkan simfoni amarah dewi"
Musik dimulai dengan nada C lalu menjadi liar dan sebuah hujan api tiba tiba tercipta, ini adalah kekuatan para musikus.
Mereka membuat musik untuk mengendalikan energi di sekitar yang dapat memproyeksikan dan membuatnya jadi nyata.
Ini adalah kemampuan musikus legendaris, musik amarah dewi tingkat legendaris.
Hujan api yang berisi amarah dan kehancuran mengenai Ridho dan hewan virtualnya, langsung menghancurkan banyak burung burung hantu itu.
Ridho membuat perisai elemen air, mantra legendaris- pelindung air suci.
Pelindung air Suci menutupi dirinya dan Burung hantu, diserbu dengan hujan api pelindung suci itu bergetar.
Tapi di bawah pelindung air suci segala kerusakan burung hantu mulai pulih.
Musikus itu tiba tiba merubah nadanya menjadi melodi yang menyeramkan, "ini adalah karya imam Bhavna, horror alam. Karya ini sangat disukai oleh dewi musik Aanya "
Tiba tiba hujan Api berhenti dan digantikan dengan kabut misterius dan kegelapan yang membawa nuansa horror dan bizzare.
Pelindung air suci perlahan dikikis oleh serangan horror yang hebat, melihat itu Ridho menggunakan mantra legendaris elemen cahaya - pembersihan massal.
Sebuah bunyi lonceng terdengar dan cahaya cahaya suci muncul menutupi area seluas 50 km.
Segala efek negatif dan horror di lingkungan menghilang.
Tapi keributan pertarungan itu membuat imam dewi musik melihat ke arah pertarungan, dan dia pergi untuk melihat musikus legendaris sedang bertarung dengan seorang magus tidak dikenal.
Melihatnya imam tinggi itu mengeluarkan seruling, gelombang tsunami.
Sebuah gelombang tidak terlihat menyebar dan orang orang yang ada di sekitarnya merasakan seperti diterpa tsunami, mereka merasa tubuh mereka dipenuhi air, rasa sakit di paru paru akibat kelebihan air menyiksa mereka.
Tapi Ridho kebal, mantra legendaris tidak bisa menyakitinya.
Dia menggunakan kekuatan ilahinya, tombak cahaya kehancuran(kekuatan setingkat dewa kecil).
Dua tombak cahaya muncul dari langit dan menembak ke arah imam besar dan musikus itu.
Mereka mengetahui kekuatan tombak itu sangat besar jadi alunan musik mulai berganti menjadi melodi yang membuat perisai pelindung, dua alunan musik beresonansi dan menguatkan pelindung itu.
Sebuah proyeksi simbol nada terbentuk dan aura emas tercipta melindungi mereka berdua tetapi tombak itu tetap menusuk mereka, mengabaikan efek perlindungan itu.
Musikus itu mati dengan tatapan tidak percaya, sedangkan imam besar itu masih hidup tapi dia terluka parah serta artefak perlindungan dari dewi pecah.
"Jadi begitu kamu selamat karena artefak suci", Ridho melihat sebuah simbol musik di dada imam besar hancur.
"Kkaamu bukan manusia, kamu adalah dewa!", Imam besar itu dengan cepat menebak identitas Ridho.
Dia tidak berlama lama dan berdoa ke dewi musik.
"Dewi musik Aanya, suaramu yang merdu memghidupkan dunia, musikmu menghancurkan musuh musuhmu....
Datanglah dan pakai tubuhku, aktivasi turun Dewa!"
Tubuh imam besar itu bercahaya, suara musik tiba tiba terdengar. Wajah imam besar yang adalah seorang pria tiba tiba berubah menjadi feminim, rambutnya memanjang dan berubah berwarna kastanye.
Wajahnya menjadi cantik, tubuhnya menjadi ramping dan terlihat dua buah bola tumbuh di dadanya.
Dewi musik Aanya datang!
Ridho sebenarnya tidak menyerang saat imam besar itu menggunakan teknik turun dewa karena dia ingin mencoba sparring melawan dewa.
Dewi musik membuka matanya dan memanggil sebuah harpa entah dari mana, dia memetik harpa itu dan sebuah gunung tak jauh hancur.
Petikan kedua awan tiba tiba menjadi gelap, kehancuran gunung dan perubahan cuaca menarik perhatian semua orang di kota Arte.
Dewi musik memainkan harpanya dan lingkungan berubah menjadi aula emas, "beraninya menyinggungku kamu dewa apa? Dan siapa dewa pimpinanmu"
"Aku...dewa ngent***tttttt", Ridho membuat pedang dari cahaya dan kegelapan lalu menyerang dewi musik.
Mendengar jawaban Ridho dewi musik terkejut, lalu saat Ridho menyerang dia memetik harpanya dan sebuah gelombang suara yang menghancurkan terbentuk.
Pedang cahaya dan kegelapan bertabrakan dengan gelombang suara tingkat dewa menengah, sebuah ledakan terjadi.
Ridho masih berdiri di tempat tapi dewi musik terdorong jauh.
Menatap Ridho dengan terkejut, "sepertinya aku meremehkanmu"
Lantas dari tangan dewi musik keluar cahaya, para dewa yang menyaksikan kekacauan di kota Arte melihat sinyal dari dewi musik.
"Seseorang menganggu? Siapa itu? Dewa api? Dewa kematian", kata salah satu dewa.
"Tidak jika mereka muncul maka para bapak dan ibu ilahi akan langsung turun, ini mungkin dewa lain.", Kata dewa sarjana.
"Aku akan masuk", dewa singa dan keberanian yang disembah para barbar dan beastman turun ke dunia.
Seorang shaman legendaris merasakan oracle dan menggunakan teknik turun dewa, begitu pula 10 pendeta dan imam lain mereka mengorbankan diri mereka untuk mengundang para dewa turun ke bidang tantrum.
10 dewa menengah dan 1 dewa besar pergi ke alun alun kaum borjuis di tengah kota.
Ridho merasakan banyak keberadaan kuat datang, "kamu tidak bisa menang 1 vs 1 jadi kamu memanggil temanmu, sungguh bocah"
Mendengar ejekan Ridho dewi musik hanya tersenyum, tak lama berbagai dewa datang dan membantu dewi musik.
Dewa singa mengeluarkan cincin cahaya dari mulutnya, melingkari dewi musik dan dewa-dewi lain.
Memberikan buff kuat, dewa sarjana menggunakan kekuatannya untuk memberikan buff pada ketajaman persepsi para dewa lain.
Dewa hutan memberikan buff kesembuhan, dewa sungai memberikan buff perlindungan, dewi hujan menciptakan hujan dan memberikan buff kepada dewa lain, dewa danau memanggil bola air.
Dewa singa dan dewa ilusi menggunakan kekuatan mereka membentuk sebuah bola dan memberikannya ke aula emas ini, Ridho merasakan bahwa ruang sementara ini menjadi lebih solid seperti dimensi baru.
Ridho kali ini dikepung ada 12 dewa :
Dewi musik, dewa singa, dewa golem, dewa kurcaci, dewa sarjana, dewi sungai, dewa hutan, dewa danau, dewa ramalan, dewa ilusi, dewa pemanah, dewi hujan.
Melihat ini Ridho tidak takut, dia menusuk pedang itu di tanah dan dari tanah keluar jutaan pedang yang mengarah ke musuh musyhnyam
Dewa pemanah menggunakan busurnya dan menembak jutaan panah yang sama, dewa ilusi menggunakan ilusinya untuk menganggu Ridho.
Sebuah cahaya bersinar dari tubuh Ridho menghilangkan segala efek ilusi, melihat itu dewa ilusi membuat ilusi sebuah perisai untuk menghadang pedang.
Ternyata pedang yang dilempar masing masing sekuat kekuatan dewa menengah, panah dewa pemanah tidak bisa menahannya.
Dewa ramalan menggunakan kekuatan ramalan untuk menghitung lintasan pedang dan berhasil menghindarinya.
Dia juga memberitahu dewa lain bagaimana untuk menghindari hujan pedang itu, berkatnya beberapa dewa bisa menghindar.
Kecuali dewa singa yang adalah dewa besar dia tidak takut oleh serangan pedang, dia membuat armor dari aura keberanian.
Aura keberanian :
Membuat armor psikis dan dapat menahan serangan setingkat dewa besar, memberikan efek keberanian pada sekutu, membuat kekuatan sekutu bertambah 250%.
Merasakan kekuatan mereka menguat, dewa ilusi membuat sebuah makhluk dari ilusinya, sebagai dewa ilusinya dapat menjadi nyata.
Seekor naga laut level demigod jatuh di kota Arte menyerang Ridho, walau tidak bisa melukainya setidaknya naga ini dapat menganggunya.
Ridho melihat monster itu mengejek, "hmp. Cahaya dan kegelapan ilusi dan nyata, cahaya hancurkan segala kegelapan"
Naga laut level demigod langsung hancur dan kabur, Ridho mengangkat tangannya dan 12 panah besar turun dari langit.
Masing masing kekuatannya sebesar dewa besar.
"Hati hati", kata dewa ramalan.
Dewa sungai menggunakan kekuatan aliran membentuk sebuah sungai ilusif untuk menganggu lintasan panah tapi gagal, kekuatan panah tersebut melebihi kekuatannya.
Dewa singa mengeluarkan ribuan pedang, dan memilih menyerang Ridho.
Ridho yang melihat itu membentuk sebuah lubang kegelapan yang mengarah ke panah tersebut.
Dewa singa terlambat bereaksi dan terhisap dalam lubang kegelapan dan lubang lain muncul tidak jauh dari panah yang melesat.
Dengan cepat dewa singa tertusuk panah dan dia jatuh, dewa lain menggunakan kekuatan mereka untuk melindungi diri mereka.
Panah panah itu mengenai mereka dan menyebabkan luka besar.
Mereka batuk darah, hanya dewa singa sebagai satu satunya dewa besar yang mendingan.
Dia terluka sedikit, armornya retak.
"Gila dia sangat kuat", dewa singa tidak percaya ini.
Para dewa menengah yang lain juga, jika mereka tidak memiliki harta penyelamat jiwa mereka mungkin sudah mati, jika tidak mati mereka mungkin koma.
"Hanya segini saja kemampuan kalian, sungguh lemah", Ridho menatap para dewa dan dewi di bawahnya dengan menghina.
"Memang mereka tidak bisa diharapkan", sebuah suara tiba tiba muncul di belakangnya dan seorang dewa dengan penampilan ksatria muncul secara tiba tiba.
Ridho yang melihat itu mundur dan menyerang dewa ksatria itu.
Melihat serangan Ridho dewa ksatria mengejek, "teknik pedangmu sangat lemah".
Dia menebas Ridho dengan sekali tebasan.
Tubuh Ridho terbelah dan perlahan kesadaran Avatar dirinya mulai memudar tapi sebelum mati dia menggunakan energi ilahi dalam dirinya untuk meledak!
"Ini hati hati dia mau meledak", kata dewa singa.
Para dewa lain berusaha kabur begitupun Raja dewa, dewa ksatria.
Tapi belum sempat Pergi jauh mereka terkena ledakan avatar dewa besar, sebuah cahaya besar muncul menghancurkan ruang yang dibuat oleh dewa musik, dewa ilusi dan dewa singa, hingga menembus kota Arte.
Untungnya kota Arte hanya mendapatkan cahaya tersebut tanpa kekuatan di baliknya.
Para dewa yang terkena ledakan terluka parah, beberapa ada yang jatuh koma dan langsung kembali ke kerajaan ilahi.
Armor dan pedang raja Dewa ksatria rusak.
Mungkin Ridho kalah tapi mereka yang menang juga menderita banyaj kerugian.
Beberapa dewa setidaknya butuh hibernasi.
Raja dewa ksatria melihat sisa sisa ledakan dan tidak bisa tidak berkata, "dia gila, dia meledakkan dirinya sendiri".
Tapi mereka tidak tahu bahwa yang mereka serang adalah avatar dari Ridho, jika bapak dan ibu ilahi mengetahui bahwa Ridho memiliki cara untuk menurunkan avatarnya tanpa takut batasan bidang tantrum maka dia akan diburu.
Kondisi Ridho yang asli tidak terluka sama sekali tapi kekuatan ilahi miliknya jelas terkuras dan dia sedang dalam kondisi lemah.