Kagum

Endru sadar betul, Eliza sudah menolaknya secara halus. Tapi tidak membuat dia menyerah, dia mau tetap memperjuangkannya cintanya. Semakin hari Endru semakin yakin dengan Eliza, kalau dia adalah sosok yang dia cari selama ini yang tepat untuk mendampingi hidupnya. Apa lagi Ibu Fadila sangat menyambutnya ketika dia datang ke rumah, semakin membuat Endru bersemangat untuk menaklukkan Eliza.

"Hai El …," sapa Endru ketika bepapasan dengan Eliza, tentunya ini bukan suatu kebetulan karen Endru sudah menunggu-nunggu untuk bisa berpapasan dengan Eliza.

"Mas …," sahut Eliza diikuti anggukan kepalanya.

"Mau kemana?"

"Mau kunjungan ke kamar pasien."

"Ooh … oh ya nanti sore ada acara gak?"

"Ehmmm … ada."

"Sampai malam gak El?"

"Belum tahu sih Mas, mungkin bisa jadi sampai malam."

"Ooh begitu ya, tadinya aku mau ajak kamu makan malam," ujar Endru. Eliza hanya tersenyum, tidak ada tanggapan lain. "Ya sudah El, lain kali saja."