Eric tertegun melihat semua barang-barang yang ia perlukan ada di atas tempat tidur. Mutia sudah tidak ada di sana. Eric tidak dapat mengagumi kebaikan Mutia berlama-lama, karena dia terburu-buru dengan waktu. Sekitar 15 meneit berburu dengan waktu, Eric selesai dan keluar dari kamar.
"Mas … dimakan di jalan, biar perutnya gak kosong," kata Mutia menyodorkan kotak bekal berisi roti lapis. Eric menerimanya dengan kikuk. "Oh ya itu kancing bajunya sepertinya gak pas Mas."
"Hah? Yang mana?"
Mutia tanpa berbasa-basi langsung membenarkan kancing kemeja Eric, jantung Eric berdegub. Dia tidak pernah sedekat ini dengan Mutia. Dia bisa mengamati wajah Mutia dengan sangat jelas, cantik.
"Mas … sudah. Silahkan berangkat," ucap Mutia membuyarkan lamunan Eric.