Warung Arak II

"Si Tongkat Emas dan Tombak Kembar Angin Kilat, serta Tujuh Pendekar dari Chang Nan," jawab Pendekar Baju Putih sambil menggertak gigi.

Ketika pertarungannya melawan tokoh-tokoh tersebut kembali terbayang, tanpa sadar amarah dalam dadanya kembali bergejolak. Dia sungguh tidak habis pikir, kenapa orang-orang ternama seperti mereka mau melakukan hal rendahan?

Sedangkan di sudut lain, Kakek Sakti Suling Pualam kaget bukan kepalang. Sepasang matanya melotot, seperti hendak keluar. Mimpi pun dia tidak pernah, kalau ternyata, orang-orang tersebut turut andil dalam peristiwa berdarah kemarin.

Padahal siapapun tahu bahwa ketiga tokoh yang disebutkan oleh Pendekar Baju Putih merupakan tokoh-tokoh yang mempunyai nama baik di semua kalangan. Baik dalam dunia awam, maupun dalam dunia persilatan.

Mereka terkenal karena kebaikannya, sifatnya yang gemar menolong orang lain, bahkan tindak-tanduknya yang selalu mendapatkan banjir pujian karena sering melawan para pendekar golongan sesat.

Kebesaran nama yang mereka dapatkan itu melalui perjuangan panjang dan jalan yang berliku-liku. Tidak sedikit pula pengorbanan yang mereka keluarkan selama berusaha untuk mencapai titik tersebut.

Dan sekarang, menurut Pendekar Baju Putih, mereka juga ikut serta dalam penyerangan ke Partai Pedang Kebenaran? Apakah berita itu benar adanya?

Sebenarnya Kakek Sakti Suling Pualam merasa sangsi. Malah hampir mendekati tidak percaya.

Tapi kalau diingat kembali, Pendekar Baju Putih sudah tentu tidak berbohong. Dia adalah manusia yang sudah tidak mementingkan kehidupan dunia. Semua yang berhubungan dengan duniawi, dia telah berhasil membuangnya.

Bagaimana mungkin dia mau berbohong? Dan kalaupun iya, apa alasan utamanya?

Di lain sisi, Pendekar Baju Putih juga merupakan salah satu tokoh sakti yang melegenda selama puluhan tahun terakhir ini. Meskipun bukan satu-satunya tokoh sakti, tapi namanya saja sudah cukup untuk menggetarkan mental lawan.

Jika mengingat semua itu, bukankah semakin tidak mungkin kalau dia mau berbohong?

Kalau Pendekar Baju Putih ingin membuat nama si Tongkat Emas, Tombak Kembar Angin Kilat dan Tujuh Pendekar daru Chang Nan hancur atau bahkan binasa, rasanya dia tidak perlu repot-repot melakukan ini semua.

Cukup menyergap dari belakang saja, semuanya langsung selesai.

Mengingat akan semua itu, mau tak mau akhirnya Kakek Sakti Suling Pualam harua percaya. Saat ini yang bisa dia lakukan hanya menghela nafas panjang.

Saat ini, selain daripada itu, memangnya apalagi yang mampu diperbuat olehnya?

Cukup lama dia terdiam. Sampai-sampai Kakek Sakti Suling Pualam tidak sadar kalau pesanannya sudah datang sejak tadi.

"Aku tahu, sebenarnya kau tidak percaya dengan semua perkataanku. Hanya saja, kau pun tidak bisa bicara kalau aku ini sedang berbohong. Lagi pula, tidak ada alasan untukku melakukan hal itu,"

Pendekar Baju Putih akhirnya memecahkan keheningan di antara mereka berdua. Dia bicara tepat ke intinya. Seolah-olah tokoh sakti tersebut sudah mengetahui apa yang sedang dipikirkan oleh Kakek Sakti Suling Pualam.

"Kau benar …" ucapnya sambil kembali menghembuskan nafas panjang. Setelah itu, dia melanjutkan, "Mau tak mau aku harus percaya. Orang sepertimu, mana mungkin bisa berbohong?"

Pendekar Baju Putih tidak menanggapi. Dia hanya tersenyum lalu minum arak yang sudah dituang ke dalam cawannya.

Kakek Sakti Suling Pualam pun akhirnya menuangkan araknya. Ketika sudah habis satu cawan, dia kembali berkata, "Menurutmu, kira-kira atas dasar apa mereka mau melakukan semua ini?" tanyanya.

Pendekar Baju Putih termenung sesaat. Seolah-olah dia sedang mencari jawaban yang tepat terkait pertanyaan tersebut.

"Hemm, aku tidak tahu sepenuhnya. Tetapi mungkin saja semua yang mereka lakukan ini demi sebuah kitab pusaka, atau juga demi hal-hal lainnya,"

Kakek Sakti Suling Pualam manggut-manggut ketika mendengar jawaban tersebut. Memang, hal itu terbilang sangat masuk akal.

Dalam dunia persilatan, sebuah kitab pusaka hampir sama pentingnya dengan selembar nyawa. Sebab tidak sedikit para pendekar yang rela mengorbankan segalanya demi kitab pusaka tersebut. Tidak terkecuali dengan nyawanya sendiri.

Selain daripada alasan tersebut, masih terdapat juga alasan-alasan kuat lainnya lagi. Contohnya saja, bisa jadi mereka melakukan hal itu karena demi harta, tahta, wanita, bahkan bisa juga karena sebuah dendam di masa lalu.

Dalam dunia persilatan yang penuh dengan pertarungan hidup dan mati, apapun bisa terjadi. Dalam dunia yang satu ini, segala macam bisa kau temui. Mulai dari yang umum, bahkan yang unik dan aneh sekali pun.

"Kalau benar mereka melakukannya demi sebuah kitab pusaka, bisa jadi Pendekar Zhang ada sangkut pautnya dengan hal itu," ujar Kakek Sakti Suling Pualam setelah termenung cukup lama.

"Mungkin saja. Terlepas apapun alasan mereka melakukannya, aku tetap tidak suka. Jika kejadian seperti ini terjadi lagi di kemudian hari, mungkin saat itu aku akan membunuh semua orang yang terlibat di dalamnya," kata Pendekar Baju Putih.

Kakek tua itu tahu, apabila tokoh sakti tersebut sudah berkata, maka itu artinya, dia sanggup untuk melakukannya.

Tanpa sadar bulu kuduknya sedikit berdiri. Walaupun dia sendiri termasuk ke dalam jajaran tokoh sakti persilatan, tapi jelas, kepandaiannya masih berada cukup jauh di bawah Pendekar Baju Putih tersebut.

Orang tua tersebut tidak sanggup membayangkan kalau hal seperti itu terjadi lagi dan Pendekar Baju Putih benar-benar membuktikan ucapannya barusan.

Jika benar semuanya menjadi kenyataan, kira-kira berapa banyak korban nyawa yang dibutuhkannya?

"Ngomong-ngomong, apakah keluarga Zhang semuanya telah tewas?" tanyanya kemudian.

"Tidak. Masih ada satu orang yang tersisa. Dia adalah anak tunggal dari Pendekar Zhang,"

"Di mana dia sekarang? Apakah keadaannya baik-baik saja?"

"Dia ada di tanganku. Dan keadaannya baik-baik saja,"

"Syukurlah kalau begitu," kata Kakek Sakti Suling Pualam menghembuskan nafas lega.

Sementara itu, ketika membicarakan hal tersebut, tiba-tiba Pendekar Baju Putih berseru tertahan.

Dia baru ingat akan Zhang Yi. Sudah cukup lama dirinya pergi meninggalkan bocah itu.

"Ah, maafkan aku, aku harus pergi sekarang," ucapnya sambil bangkit berdiri.

"Kau akan ke mana?" tanya Kakek Sakti Suling Pualam ikut berdiri pula.

"Ada hal penting yang harus aku lakukan. Suatu hari nanti kita pasti akan bertemu kembali,"

Pendekar Baju Putih segera membayar biaya minumnya. Tak lupa juga dia membeli beberapa guci arak. Setelah itu, dirinya langsung pergi dari warung arak tersebut.

Wushh!!!

Tokoh sakti itu segera melesat secepat angin ketka dia menggunakan ilmu meringankan tubuhnya hingga ke titik tertinggi. Hanya sekejap maga saja, Pendekar Baju Putih sudah lenyap dari pandangan mata.

Kakek Sakti Suling Pualam hanya berdiri sambil terus memandangi kepergian salah satu tokoh yang melegenda itu.

Selang sesaat kemudian, dia pun melangkah keluar. Memandangi langit sekejap, lalu turut serta segera pergi dari warung arak.

Entah ke mana perginya orang tua itu. Yang jelas, dia tidak berbeda jauh dengan Pendekar Baju Putih. Hanya sekejap, sudah lenyap dari pandangan mata.