Bab 20

Di dalam kamar mandi, Jill mengawasi pintu yang baru saja dia tutup, khawatir Eddie akan menerobos masuk.

Saat di rasa cukup aman, tanpa sadar dia meraih sisa 'cairan' yang masih ada di dadanya dengan jari telunjuk. Perlahan dia menjilat jarinya sambil memejamkan mata, dia masih tak mengerti kenapa dia menyukai hal ini, bukan berarti rasanya enak, tapi entah kenapa dia tetap menyukainya.

Dalam hati dia memarahi dirinya sendiri karena telah menjadi wanita yang mesum. Sungguh hal yang sangat memalukan! Dia mencoba beberapa tetes sekali lagi, setelah itu keran air mulai dinyalakan.

Saat Jill Valentine sedang mandi, Eddie membersikan kekacauan yang telah mereka berdua telah lakukan. Setelah itu berbaring sekali lagi sambil membayangkan 'sesuatu' di kepalanya.

Eddie sadar bahwa tak lama lagi Jill akan luluh olehnya, dan dia tak sabar menantikan hal tersebut...

Beberapa menit kemudian Jill keluar dari arah kamar mandi, tubuhnya dililit oleh handuk putih yang mana tak mampu menutupi kecantikannya.

Berdiri tak jauh dari posisi Eddie, Jill segera melepas handuk tersebut, menunjukkan tubuh montoknya secara ekslusif kepada Eddie.

Jika dirinya yang kemarin melakukan hal ini, dia mungkin akan menampar dirinya sendiri. Tapi sekarang berbeda, toh dia telah melakukan hal yang cukup memalukan dengan Eddie baru-baru ini, bukan berarti mereka tak berhubungan, kan? Bagaimanapun mereka berdua adalah sepasang kekasih.

Dari balik sudut matanya, dia tahu bahwa Eddie telah memandang ke arahnya dengan wajah melongo.

Tidak ada perasaan tak enak atau enggan, Jill meraih pakaian dalam yang ada di lemari sembari menunjukkan pantat bergelembungnya ke arah Eddie. Entah di sengaja atau tidak, pantatnya sedikit berayun dengan sangat menggoda, hal ini berhasil membuat kemaluan Eddie berdiri layaknya tiang yang terbuat dari baja!

Kesabaran Eddie telah mencapai batas, jika dia digoda terus seperti ini, tentunya kesabarannya semakin menipis.

Segera dia berjalan memunggungi Jill, tangannya yang kuat mulai merangkul pinggul Jill dari arah belakang. "Kau terlihat sangat cantik... Jill." Eddie berbisik tepat di telinga kekasihnya.

Jill yang tiba-tiba dipeluk seketika kaget, tapi hal itu tak berlangsung lama, tubuhnya kembali rileks. Niat untuk memakai pakaian telah di urungkan, dia menikmati pelukan hangat milik Eddie sambil menyandarkan punggungnya ke dada pacarnya.

Eddie menggendong Jill dengan gaya 'Putri' ke arah tempat tidur. Saatnya ronde kedua!

Membaringkan punggung Jill di kasur, Eddie disuguhi oleh pemandangan indah dari dua payudara yang memantul. Di sisi lain, Jill meremas kedua pahanya, mencoba menyembunyikan bagian ter-intim miliknya.

Wanita cantik itu segera menjadi sasaran pelampiasan nafsu Eddie. Tangan kanannya secara tak sabar meraih satu gundukan empuk milik Jill, sementara itu bibirnya secara aktif mengeksplore leher rampingnya.

"Ahnn~ Eddie, tolong berhenti..." Kata Jill sambil mengerang keras.

"Eh, kami beruda menikmati hal ini, jadi kenapa tidak?" Eddie menghentikan tindakannya, setelah itu bertanya kepada Jill. Jika memang Jill tak menginginkan hal ini lagi, maka dia bisa berhenti, toh masih ada waktu besok.

"A-aku... Aku..." Jill tak bisa membalas karena dia sangat rindu perasaan belaian Eddie. Dalam hati dia mulai menyesal telah memerintahkan Eddie untuk berhenti.

"Kamu menikmatinya, kan? Kalau begitu mari kita lanjutkan."

Eddie hanya balas dengan senyuman. Setelah itu dia menekan bibirnya tepat ke arah puting merah muda milik Jill yang sangat lembut dan juga kenyal.

"Uhnnnnn~" Gadis itu mengerang semakin keras. Kedua tangannya meraih kepala Eddie dan menekannya erat ke arah dadanya.

'Kenapa hal ini sangat nikmat dan juga menyenangkan?' Jill bertanya dalam hati. Bibir Eddie terasa jauh lebih baik dari jari-jari yang sebelumnya bermain dengan putingnya. Jill menggigit birbirnya sambil mencoba meredam erangan kesenangan yang mulai bocor.

Eddie terus bermain, dia menghisap payudara Jill secara bergantian. Kedua puting tersebut tak luput dari terkaman maut milik Eddie.

Saat mulutnya terus bermain, tentunya tangan Eddie juga tak berhenti bergerak, secara perlahan tangan kirinya turun ke arah paha mulus milik gadis tersebut.

Begitu Jill merasakan tangan yang mengelus-elus pahanya, seketika jantungnya berdetak semakin kencang. Dia memohon dengan suara serak penuh nafsu: "Tidak, Eddie... Jangan di sana... Uhmn~"

Eddie melepaskan terkaman lidahnya dari puting kanan Jill. Suara *Pop!* terdengar oleh mereka berdua, setelah itu dia berkata: "Yakin ingin aku berhenti?" Eddie bertanya dengan nada menggoda, jari-jarinya menarik puting kanan milik Jill.

"K-kamu..." Jill menelan ludahnya, entah kenapa dia selalu menyuruh Eddie untuk berhenti 'melakukan' hal-hal yang jelas sangat dia nikmati saat ini.

Dia tidak tahu pasti, apakah ini yang sering mereka katakan? "Terkadang otak anda menolak kesenangan yang dirasakan oleh tubuh anda." Sungguh quote yang cocok untuk kondisinya saat ini.

Tapi Jill tahu, semakin dirinya mencoba menolak, malah justru dia lebih menginginkan Eddie untuk bermain lebih liar dari sebelumnya.

Eddie yang melihat tanggapan Jill jatuh ke dalam kegembiaraan yang nyata.

Tanpa henti dia bermain dengan lidah dan tangannya di area-area yang sudah jelas kelemahan Jill.

Eddie merasakan tubuh Jill mulai bergetar lembut, nampaknya dia akan segera muncrat. Eddie meramalkan orgasme Jill dengan sempurna, dan memang benar, beberapa saat kemudian Jill akhirnya tak tahan!

Pinggul Jill mulai mengayun semakin dalam ke jari-jari milik Eddie, sedangkan pahannya meremas lengan Eddie dengan kaut.

"Unhh!!!" Gadis itu mengerang keras saat cairan cintanya muncrat ke arah telapak tangan Eddie.

Ini adalah orgasme terkuat yang pernah dia alami dalam hidupnya!

Dengan lembut, Eddie menarik jari-jarinya dari dalam gua lembab milik Jill. Tangannya telah basah oleh cairan cinta kekasihnya, sangat lengket dan juga hangat.

"Lanjut atau tidak?" Eddie bertanya dengan senyum lebar.

"Ya! Persetan denganku Eddie!" Jill menganggukkan kepala berkali-kali, nampaknya nafsu telah mengambil alih dirinya...