Bab 152

"Cantik, apakah kamu baik-baik saja?" Eddie tersenyum ramah.

Svetlana tertawa kecil, dia tahu bahwa semua tindakan berlebihan Eddie murni dilakukan demi meraih hati gadis itu.

Barry terkejut dengan suara tembakan, tapi apa yang lebih mengejutkannya adalah, putri tercintanya, Moira sedang dipeluk oleh Eddie!

*Cough*

"Eddie, lepaskan putriku, brengsek! Bukannya sebelumnya kamu bilang bahwa kamu sedang tidak menargetkan Moira?!"

Moira yang sebelumnya tidak sadar langsung buru-buru melepaskan diri dari pelukan pria itu, dia menundukkan kepalanya dengan sedikit malu-malu.

Eddie merentangkan tangannya sambil berkata, "Situasinya mendesak, tentunya aku harus menyelamatkannya. Lain kali tolong periksa situasi sekitar sebelum mengambil tindakan."

***

Ketika keenam orang itu datang ke pinggiran kota dan hendak naik ke helikopter mereka, tiba-tiba tanah bergetar dengan hebat. Sepertinya ada sesuatu yang bergerak cepat di bawah tanah.

Brad buru-buru mengoprasikan helikopter, siap untuk melarikan diri lagi.

"Hati-hati, ada sesuatu di bawah tanah. Cepat dan lompat ke arah batu besar itu! Brad, turunkan tangga untuk kita naiki nanti!" Kata Eddie, setelah itu dia menarik Svetlana dan Moira ke arah batu besar.

Di sisi lain Barry langsung menarik tangan istri serta putri kecilnya pergi ke arah batu yang sama.

Setelah naik ke batu besar itu, rumah kayu yang mereka tinggalkan langsung hancur oleh cacing tanah yang sangat besar!

Monster itu terlihat seperti 'Cacing Besar Alaska', tapi dia lebih mengerikan! Tubuhnya ditutupi oleh luka-luka serta pembusukkan kulit. Giginya sangat besar dan tajam!

Eddie melihat cacing besar itu, bukankah cacing itu jenis yang sama yang dihadapi oleh Jill? Setelah terinfeksi oleh T-Virus, cacing itu dapat bermutasi menjadi bentuk yang lebih besar dan juga ganas!

"What the Fruit is that!" Moira berteriak kaget. Alih-alih menggunakan kata umpatan, sekarang dia menggunakan nama buah!

"Cacing tanah yang telah terifenksi Virus, mereka memiliki kecenderungan yang kuat untuk menyerang musuh-musuh mereka. Aku telah membaca data makhluk yang sama seperti mereka di dokumen yang ada di Mansion."

"Monster semacam ini sangat sulit dihadapi, kita harus segera pergi." Kata Eddie dengan ekspresi cemberut.

Bahkan Svetlana berpikiran sama, makhluk non-humanoid seperti itu sangat merepotkan untuk dilawan. Makhluk itu tidak memiliki mata, jadi dia hanya bisa menebak-nebak dimana titik kelemahan makhluk itu.

"Monster semacam ini tidak bisa dibiarkan hidup di sini, dia akan merubah pegunugan Arklay menjadi tempat berburunya, jika terus dibiarkan, maka kota Raccoon akan menerima imbasnya!" Nada bicara Barry sangat tegas, sepertinya dia ingin membunuh monster itu sebelum pergi dari sini.

"Pisang, apakah kamu sudah gila, Barry! Kita akan mati!" Moira tidak setuju dengan ide berani Barry.

"Moira, kamu harus menghormati ayahmu, tidak baik berbicara dengannya dengan kata-kata makian. Meskipun ayahmu terkadang tidak tahu bagaimana harus mengungkapkan perasaannya, dia masih perduli denganmu dan keluarganya."

"Dia bahkan mau berkorban ketika tahu bahwa kamu diculik oleh Wesker." Barry mencoba membela Barry secara tidak terduga.

Eddie memang telah bertujuan untuk merekrut Moira dalam timnya. Bakatnya dalam senjata api memang sebanding dengan Barry, tentunya Eddie tak mau menyia-nyiakan bakat seperti ini.

Moira dan Barry sedikit terkejut, mereka tak pernah menyangka bahwa Eddie mampu mengucapkan kata-kata 'baik' seperti itu.

Karena Eddie telah menyelamatkan hidupnya, Moira menggertakkan giginya dan mencoba patuh. Merubah sikapnya dalam satu malam sangatlah mustahil, tapi dia masih bisa mencoba.

"Hmph, baiklah, aku akan mendengarkan nasehatmu."

Di sisi lain Barry merasa shock, dia heran kenapa putrinya yang selalu tak patuh tiba-tiba menjadi seorang yang penurut.

Tapi sesaat kemudian, sebuah pemikiran aneh muncul di benak Barry. Barry dengan cepat meraih kerah Eddie, "Dasar bajingan, apa yang telah kamu lakukan kepada Moira!"

Moira di sisi lain merasa sangat tidak senang, "Barry... Ayah! Apa yang dia katakan memang masuk akal, tidak bisakah aku menerima nasehatnya?"

Barry mulai merasa kehilangan, mengapa ketika dia menasehati Moira, putrinya tetap tidak mau mendengarkannya? Tapi saat Eddie melakukannya dia langsung mau berubah, apakah gadis ini memang putrinya sendiri? Hal ini membuat Barry merasa tidak nyaman.

"Biarkan para wanita naik pesawat terlebih dahulu. Svetlana, kamu naik juga, serahkan semua ini padaku."

"Aku akan membiarkan cacing besar alaska itu merasakan pukulan berskala bom. Saat monster itu lengah, bantai dia dengan peluncur roket!" Eddie memerintahkan.

"Aku tahu, berhati-hatilah." Svetlana tidak menolak, nanti dia akan menembak monster itu dengan RPG.

Karena Eddie dan lainnya berada tepat di atas batu besar, bahkan jika gigi cacing itu tajam, dia tidak akan mampu menggerogoti batu keras tersebut. Jikapun mampu, mungkin giginya akan rontok!

"Barry, ambil batu besar itu, lemparkan ke arah sana, biarkan perhatian makhluk besar itu teralihkan." Kata Eddie.

"Jangan memerintahku, bocah!" Meski begitu Barry masih mau melakukannya.

*Bang!*

Sebuah batu besar menghantam tanah, cacing besar yang sebelumnya ada di dalam tanah langsur keluar. Tapi tak lama kemudian cacing itu langsung kembali ke bawah tanah.

Eddie terus menyerang dengan senapan mesin, mencoba memprovokasi cacing besar itu.

Benar saja, cacing besar itu merasa sangat marah. Akhirnya dia merangkak di atas tanah, tapi setelah itu kembali ke tanah lagi.

Nampaknya hal ini menjadi permainan kesabaran. Eddie mengelus dagunya, "Kita harus menemukan sesuatu sebagai umpan. Moira, check bagian dalam Helikopter, apakah ada daging atau tidak!"

Moira sedikit bingung, tapi dia merasa bersemangat saat berpikir bahwa dia dapat membantu membunuh monster tersebut. Dia buru-buru mencarinya di dalam helikopter, ternyata ada ham yang masih tersisa, ham itu adalah makanan anggota tim taktis.

"Ambil ini!"

"Baiklah!" Kata Eddie.

Detik berikutnya Eddie menangkap ham itu dengan akurat.

Melihat Eddie membuka bungkusan itu, Baary bertanya dengan rasa ingin tahu, "Apakah kamu merasa lapar? Sekarang bukan waktunya untuk makan."

"Barry, nampaknya benar kamu sudah tua. Makanan ini akan digunakkan untuk memancing monster itu." Kata Eddie dengan nada lembut sama seperti saat berbicara dengan orang tua.

"Bajingan!" Meski begitu, Barry hanya bisa tertawa. Memang benar ide itu sangat bagus, mungkin monster itu memang bisa dipancing dengan daging yang Eddie pegang.

-----

baca bab 310 di;

patréon.com/mizuki77