Bab 230

"Yah, sudah kuduga. Aku juga diperingatkan untuk tetap tinggal di kota Raccoon, kita tidak diizinkan pergi ke manapun. Untungnya mereka tidak menngganggu perusahaan saya, tapi hak penjualan di beberapa area harus diserahkan kepada Umbrella."

"Meskipun sama-sama sedih, tapi setidaknya kita masih hidup." Eddie menghela nafas sambil menyesap anggurnya.

Jill menepuk punggung Eddie sambil mencoba menghibur suaminya itu.

Rebecca hanya bisa menunduk dan tidak berbicara. Dia tidak tahu harus berkata apa. Sejujurnya dia tidak terlalu perduli dengan Umbrella, meskipun dia memiliki rasa keadilan yang masih membara di hatinya, tapi masalah ini cepat atau lambat akan diatasi oleh Eddie.

Dia percaya bahwa Eddie akan mampu menangani hal-hal ini, yang perlu dia lakukan hanya membantunya.

"Huh, Brad benar-benar pengecut, dia bahkan tidak berani keluar sama sekali." Sang pilot, Dooley memarahi secara diam-diam. Dia terlihat sangat marah, sebagai sesama pilot seperti Brad, dia merasa bahwa pria itu telah mempermalukan nama pilot pasukan khusus!

"Tenang Dooley, setiap orang memiliki cita-cita masing-masing. Kamu tidak perlu memaksanya, jika dia takut, kita tidak bisa menghentikannya. Kita harus mengurusi urusan kita masing-masing."

"Ayo minum, meskipun masa depan kita akan sulit, tapi setidaknya kita masih tetap hidup!"

Enrico menepuk bahu temannya, memberi isyarat agar temannya itu tenang.

"Ngomong-ngomong, pernahkah kamu mendengar? Ada markas berskala besar di area utara baru-baru ini. Tampaknya itu adalah tempat ritual yang dikabarkan digunakan oleh kultus sesat."

"Tapi yang kulihat di sana hanyalah monster-monster sama yang pernah kita lihat di Pegunungan Arklay." bisik Dooley.

Eddie mengangguk, "Aku juga mendengar bahwa Marvin sedang menangani masalah ini. Kabarnya Chief Brian menandatangani perintah untuk mengizinkan penggunaan senjata berat. Hal ini tidak dapat ditutup-tutupi selamanya."

"Yang harus kita lakukan adalah bekerja keras, bertahan hidup dan menyelesaikan misi kita."

"Kamu memang benar, tapi hal itu agak sulit. Mari minum dulu." Enrico mengela nafas.

Ada seorang pria yang sebelumnya makan di bar, pria itu sekarang tidur. Temannya mencoba membangunkan pria itu, "Hei, Bob, apakah kamu minum terlalu banyak? Jangan tidur di sini, malu tahu, cepatlah bangun."

"Oh, hei, Eddie! Kebetulan kamu ada di sini juga."

"Halo, paman Mark! Aku akan mentraktirmu minuman." Eddie menyapa paman itu.

"Bartender, beri dia apa yang dia inginkan." Eddie tersenyum. Tapi saat memperhatikan situasi saat ini, senyumnya tiba-tiba sirna.

Bukankah situasi ini nampak sangat familiar?

Menyadari rasa keingintahuan Jill, Eddie berbisik. "Ketika aku bekerja di Umbrella, dia adalah kepala keamanan yang bekerja di sana. Dia adalah orang yang baik, seorang pensiunan tentara."

"Oh." jill mengangguk lega.

*Bang!*

Pintu bar terbuka, Kevin yang sembrono seperti biasanya masuk dengan muridnya, Leon. "Hei, teman-teman, aku datang! Huh sungguh melelahkan, aku menerima banyak kasus, aku perlu alhokol untuk meringangkan rasa lelah ini!"

"Kalian terlihat sangat sibuk, apa yang sebenarnya terjadi?" Eddie bertanya-tanya.

"Ada banyak kriminal muncul di blok sebelah. Kami telah membuat penghalang jalan untuk mencegah para kriminal kanibal itu masuk. Jika situasinya menjadi tidak terkontrol, kita akan memasang bahan peledak untuk mengirim mereka ke surga!"

Kevin menjawab sambil menegak bir, pria itu terlihat sangat kelelahan.

"Para pemuja itu sangat mirip dengan pasien yang kita lihat di pabrik pengolahan limbah. Apakah mereka semua telah kehilangan akal sehat? Mereka sangat menakutkan." Leon terlihat sedikit ketakutan.

Di hari pertamanya masuk, dia telah dihadapkan dengan situasi semacam ini, tentunya dia tidak bisa berkata-kata. Berbeda sekali dengan instrukturnya, nampaknya Kevin memiliki hari pertama yang lebih menyenangkan.

*Bang!*

Saat semuanya sedang asik mengobrol, pintu tiba-tiba terbuka. Seorang glandangan dengan rambut acak-acakan masuk sambil menundukkan kepalanya. Dia berjalan sempoyongan, selain itu tubuhnya mengeluarkan bau busuk yang menjijikkan!

Situasi ini membuat Jill mengernyit. Sebagai ibu hamil, dia sangat sensitif dengan perubahaan bau. Tanpa sadar dia mengeluarkan pistol miliknya.

Bartender berjalan mendekat dan bertanya. "Tuan apakah anda ingin memesan sesuatu? Jika anda ingin membeli sesuatu, aku menyarankan anda untuk kembali dulu dan membersihkan badan anda. Kami tidak menerima pelanggan acak-acakan di sini."

*Grah!!!*

Pria glandangan itu tiba-tiba mengangkat kepalanya sambil berteriak tidak seperti manusia.

Mata kanannya telah hilang, seolah-olah telah dimakan oleh sesuatu. Menggigit bartender itu dengan gigi tajamnya, pria glandangan itu langsung menariknya keluar.

"Tolong, tolong selamatkan aku! Ahh, sakit, apa kamu gila? Lepaskan aku bajingan!" Hal itu terjadi secara tiba-tiba. Kevin bergegas mengeluarkan pistol dan menembak zombie tunawisma itu tepat dikepala.

Ketika zombie itu mati, bartender yang sebelumnya telah digigit ikut mati. Aortanya yang telah robek tidak akan membuatnya selamat.

Tikus-tikus mulai keluar, mereka bergerak cepat di lantai bar. Tapi tikus itu tidak seperti tikus normal, mereka sebesar kucing!

Eddie segera berdiri dan mengeluarkan senjatanya, "Hati-hati, sepertinya daerah di sekitar sini telah terinfeksi. Sial, bagaimana bisa hal ini menyebar begitu cepat!"

"Rebecca, kesinilah, bawa senjatamu. Belati dan pistol kita mungkin akan diperlukan."

"Baik!"

Rebecca mengangguk cepat. Dia mengeluarkan koleksi belati taktisnya. Meskipun dia terlihat manis dan masih berusia delapan belas tahu, tapi pengalamannya sebagai team S.T.A.R.S. membuatnya menjadi pejuang wanita yang kuat!

Selain itu dia juga telah menerima Boost Serum, yang mana meningkatkan efektivitas tempurnya berkali-kali lipat!

Di sisi lain Cindy juga mengeluarkan belati serta pistolnya untuk pertama kalinya. "Eddie, apa yang harus kita lakukan sekarang?"

Kevin berjalan mendekat dan memeriksa bartender yang tergigit itu. Ketika dia melihat ke atas, dia melihat sejumlah besar zombie mendekat dengan tangan terangkat.

Kevin segera melangkah mundur sambil menutup pintu dan menguncinya, "Leon, kemarilah, bawa meja itu ke sini, kita harus segera memblokir pintu! Monster-monster itu telah datang!"

Leon dengan sigap memindahkan meja-meja dan kursi untuk memblokir pintu. Melihat zombie yang mengerikan melalui jendela, kulit kepalanya merasa mati rasa!

"Kevin, dimana kamu sekarang? Ada terlalu banyak penjahat di sini, kami telah memasang bahan peledak. Jika kamu ingin datang, pergilah dan temui kita di Anna Street!" Suara seseorang dari Walkie Talkie terdengar.

"Oke, aku akan pergi kesana sekarang." Kevin menutup panggilan.

"Aku akan membantumu, ada terlalu banyak zombie di sini, kita tidak bisa terus tinggal diam."

"Meskipun aku tidak mau mengakuinya, tapi orang-orang itu telah menjadi mayat hidup, zombie, monster! Satu-satunya cara mengatasi mereka yaitu dengan cara menembak kepalanya. Menembak bagian lain hanya akan membuang-buang peluru." Eddie mengangkat pistolnya dengan ekspresi serius.

-----

read chapter 410 on;

patréon.com/mizuki77