Bab 53

Lelaki bertelanjang dada itu dengan santainya meletakkan sepiring nasi goreng lengkap dengan sosis dan telur ceplok. Aroma perpaduan bawang putih, bawang merah, cabai, daun bawang, saus tomat, hingga kecap berbaur menjadi satu menggoda ingin memanjakan lidah. Tak lupa juga segelas teh hangat yang cocok menemani nasi berwarna kemerahan yang masih mengepul panas di saat hujan tiba-tiba mengguyur kota.

Hanya orang tidak normal yang bisa tahan melihat pahatan perut dan lekukan tubuh Gyan. Celana pipa hitam yang menggantung di pinggulnya membuat tangan siapa saja ingin bergerilya menjelajahi badannya.

Sialan! Umpat Lavina dalam hati, mengalihkan pandangan ke arah lain.

Sementara Gyan kini duduk di pinggir kasur. Lavina memejamkan kedua matanya, menggigit bibir bawah untuk tidak mengeluarkan kata-kata kasar kepada Gyan yang dinilai arogan. Lagipula, kenapa bisa lelaki yang selalu berpenampilan serba rapi dan bersih itu tiba-tiba terkena kopi?