Malam hari, pada areal parkir di bawah sebuah pohon, sebuah mobil SUV nampak dalam keadaan mesin menyala namun tidak menghidupkan lampu di dalam maupun luar kabin. Lampu penerang areal parkir juga kebetulan mati sehingga membuat suasana makin gelap. Tak ada seorangpun menduga bahwa mobil sebetulnya bergerak-gerak sangat halus.
Di dalam kabin kendaraan sepasang pria dan wanita mengobrol. Si pria berada di balik kemudian sementara si wanita baru saja terduduk. Nafas si wanita terengah, menunjukkan ada sesuatu yang melelahkan yang baru saja ia lakukan.
Ia kemudian menyeka mulutnya dengan punggung tangan. Ketika hal itu ia lakukan, terlihat ada cairan lendir panjang, kental, dan sulit terputus dari dalam mulut hingga ke punggung tangannya. Tapi si wanita terlihat cuek. Ia semakin membaraingkan diri di jok mobil dan mengatur nafasnya yang tersengal.
Sambil tertawa si pria menyodorkan kotak tisyu dari dashboard yang langsung dipakai si wanita dengan membersihkan bagian mulutnya. Terdengar suara retsleting sebelum ia juga kemudian merebahkan punggungnya di jok mobil. Aksi keduanya baru saja berakhir.
“Bener nih kamu gak mau yang lain?”
“Cukup itu aja dulu.”
“Ya udah,” jawabnya manja. “Mm, maafkan aku soal Tiktokan.”.
“Kamu udah kumaafkan untuk yang itu,” terdengar tanggapan si pria. “Tapi aku tetap gak bisa hire kamu lagi. Kamu tetap akan saya pecat.”
Si wanita terdengar protes. “Kenapa? Aku udah kasih yang terhebat yang kamu bisa alami!”
“Tetap gak bisa.”
“Jadi lu ngerjain gue hanya supay….” Suaranya terhenti. Ia tak jadi meneruskan ucapan.
“Kalo kamu ngotot aku bisa perkarakan hukum karena kamu lakukan penggealapan, Shirley. Aku dah tau itu.”
“Sok tau! Kasus apa, Ervan?”
“Restitus pajak ekspor semester 1 tahun lalu. Nilainya hampir 1 milyar.”
Shirley, si wanita itu, terdiam tapi berusaha melakukan bantahan. Hanya saja, si pria itu yang adalah Ervan memang telah memegang kartu truf sehingga dengan cepat argumennya dipatahkan. Jika Ervan memperkarakan kasus penggelapan, sangat kecil kemungkinan Shirley menang. Bayangan dipenjara bertahun-tahun membuat pertahanan Shirley luluh seketika.
“Maafkan aku, Ervan. Tolong jangan perkarakan,” Shirley terisak. “Aku memang salah karena melakukan penggelapan.”
“Lantas bagaimana dengan uangku yang hilang.”
Shirley terisak. “Aku akan bayar. Tapi tolong jangan perkarakan. Kumohon. Aku pasti bisa cicil.”
Ervan tersenyum sinis. “Mau bayar dengan cara cicil? Cicil sejuta sebulan dan seratus tahun baru lunas? Goblokkah aku?”
Shirley tak berkutik.
“Begini saja. Aku takkan perkarakan secara hukum tapi kau harus ikuti rencanaku.”
Shirley setuju. Ia pasrah. Hukuman apapun dia harus terima atau resiko dipenjara harus ia alami. Dengan dingin, Ervan menelpon seseorang. Ternyata dia adalah klien penting Ervan. Saat mendengar komunikasi keduanya Shirley bergidik ngeri..
“Kamu besok udah harus resign, babe. Aku gak mau lagi liat kamu di kantorku. Malam ini juga kamu ke Sheraton hotel,” katanya seusai menelpon dan langsung memberi instruksi. “Kamu temuin Mr. Sahal, customer pentingku dari timur tengah. Dia tungguin kamu jam 10 malam ini di kamar no. 522”
Air mata Shirley mulai mengucur. Ervan tak peduli.
“Tolong Ervan.”
“Gak bisa. Lu pergi ke sana, puasin itu orang, atau perkara lu gue naikin ke tingkat hukum? Tinggal pilih.” Saat kesal Ervan memang akan langsung bersikap dan berkata kasar. “ Kalo pilihan lu yang pertama, OK. Tapi yang jelas gue nggak mau denger kabar kurang bagus. Dia harus bener-bener PUAS. Ngikut aja maunya dia. Ngerti maksud gue?”
Shirley pasrah. Sadar dirinya tak punya pilihan lain. Ia lantas mengangguk patuh. Ervan tersenyum puas.
“Dan jangan lupa, pake high hells dan lingerie dengan suspender serba merah yang pernah gue beliin. Pake rok sejengkal di atas paha dan yang terpenting… no bra. Itu maunya Mr. Sahal. Malam ini dia mau ditemanin bukan oleh seorang puteri atau ratu. Dia ingin ditemani seorang wanita yang bitch type.”
Shirley menutup mata. Mr. Sahal adalah pria arab yang sangat suka pesta seks dengan beberapa wanita sekaligus. Di hotel nanti, bisa jadi dirinya hanya akan jadi pelengkap.
“Ingat Shirley, ikutin semua yang dia mau. Dia klien penting. Malam ini dia harus-harus benar puas.”
Saat ia baru mau membuka pintu untuk keluar ketika Ervan mengingatkan lagi.
“Have fun, babe.”
*