Di kota Boston, Michelle melongok layar ponselnya yang berdering. Ia tengah letih dan sebetulnya mau mengabaikan . tapi niat itu urung dikukan ketika tahu bahwa penelpon adalah Viona, sahabatnya.
Begitu telpon diangkat ia langsung mendamprat rekan satu apartemennya. “Selisih waktu kita belasan jam, damn it! Kamu menelpon saat di Jakarta masih jam satu pagi! Iya kan?”
Setengah mati, Viona berusaha membujuk. Ia memang membutuhkan saran saat itu juga. Tidak bisa ditunda lagi karena jika ditunda besok segalanya sudah akan terlambat dan keadaan tidak bisa diperbaiki.