Graha Penyangga Langit

Bangunannya menjulang dengan megah, bagaikan candi yang menjelmakan keabadian, dikelilingi oleh taman hijau yang teratur dan rapi, seolah membingkai keindahan alam yang sempurna. Pohon-pohon cempaka putih yang anggun tumbuh di sekitar, melepaskan aroma manis yang menenangkan jiwa, mengisi udara dengan kesejukan yang memeluk setiap langkah. Setiap sudut dinding dihiasi ukiran bulan sabit yang penuh makna, seolah menyuarakan kisah-kisah kuno tentang kejayaan, misteri, dan kebesaran Wulansana, yang terukir abadi dalam setiap lekuknya.

Seorang penjaga menghampiri Solor. "Izinkan saya membawa kuda Anda ke bilik penempatan, Tuan," katanya sopan.

Solor menyerahkan Wus Wus dengan penuh kehormatan, kemudian melangkah memasuki bangunan yang memukau. Di sepanjang pintu masuk, banner-banner putih besar berkibar anggun, dihiasi lambang bulan sabit berwarna emas yang bersinar seperti bintang di langit malam. Tiang-tiang tinggi dengan ukiran rumit, seakan menyimpan kisah masa lalu, menopang langit-langit megah yang dihiasi relief halus dari batu putih berkilau, menyerupai marmer namun lebih bening, memantulkan cahaya dengan pesona yang memikat. Jendela-jendela besar dengan kerangka antik yang anggun membiarkan cahaya lembut menyusup, menari-nari di udara dan menyentuh lantai, menciptakan pola cahaya yang indah di pijakan langkah Solor, seperti melodi yang meresap dalam setiap detik perjalanan.

Solor menaiki tangga batu besar yang terukir dengan indah, setiap langkahnya membawa ke sebuah koridor terbuka yang mempesona. Dari sana, pandangannya terbentang luas, menyaksikan keindahan kota Wulansana. Tiang-tiang tinggi yang anggun mengelilinginya, menciptakan harmoni yang sempurna antara keagungan arsitektur dan keindahan alam, seolah langit dan bumi bersatu dalam sebuah karya seni yang tiada habisnya. Setiap sudut kota terlihat seperti lukisan hidup, memancarkan aura megah yang membuat hati siapa pun yang menyaksikan terpesona dalam diam.