"Zhuxiang kamu jangan terlena dengan banyaknya mereka. Ingat kita memiliki kemapuan bertarung, bukankah kita pernah melawan serigala liar di hutan salju? Marilah kita pasti bisa!" Seperti layaknya penyemangat, Zhuxiang merasa senang dengan apa yang dikatakan Yong Tuoli.
Ia semakin menambahkan senjatanya di setiap selipan jarinya. Baik itu jarum ataupun kunai. Secara cepat, lugas dan tepat, Zhuxiang melemparkan tembakan jarum dan kunainya.
Banyak ikan yang mati di tangannya hingga menyisakan bagian sedikit untuk Yong Tuoli, Qing Yu dan Yan Kaibo.
"Kau hebat kawan." Yan Kaibo mmeberikan acungan jempolnya untuk Zhuxiang.
Zhuxiang jadi merasa sedikit bangga atas pencapaiannya. Namun ia tetap merendah. "Tidak kau juga hebat bisa bertarung sambil menjaga Lok Yelu."
Yan Kaibo menggaruk kepalanya pelan. "Ah, ini biasa saja. Bukankah gerakan mu tadi sangat hebat. Kau bisa melakukan gerakan segesit itu untuk membunuh para ikan."
"Kalian memang sangat hebat, aku bangga dengan pencapaian kalian." Yong Tuoli tersenyum memuji mereka berdua. Matanya juga menatap sosok yang tengah terpangku sambil matanya tertutup rapat. "Dan aku juga bangga dengan Lok Yelu. Dia bisa menggunakan indra pendengarannya sampai sejauh itu hingga bisa menyadari keberadaan para ikan. Jika itu tanpanya mungkin tidak tau lagi bagaimana nasib kita."
Yong Tuoli menghembuskan nafasnya sejenak. "Teman-teman, sebaiknya kita cari daratan segera. Takutnya masih ada hewan lainnya di danau ini selain ikan bergigi tajam tadi."
Yan Kaibo sedikit membenahi posisi Lok Yelu agar nyaman. "Sepertinya selain pingsan dia juga terlihat kelelahan."
"Kau benar Yan Kaibo," sahut Zhuxiang sambil tangannya mengambil dayung untuk mendayung perahu.
Yan Kaibo selain ia menjaga Lok Yelu dengan memangkunya. Ia juga ikutan membantu mereka mendayung sampan. Qing Yu dan Yong Tuoli juga tidak tinggal diam. Mereka berdua pun ikutan membantu karena dengan bekerja samalah perkerjaan akan cepat selesai.
Terlihat daratan dengan batu-batuan tajam dan besar dipinggir danau. Yong Tuoli mengingat dari peta yang pernah ia lihat. Tempat ini dipenuhi segala macam batu baik kecil, besar, tajam ataupun bulat.
"Kita yakin akan berhenti di sini?" tanya Lok Yelu memastikan.
Yong Tuoli menatapnya. "Ada apa Yan Kaibo, apakah kamu merasa ragu?"
"Em ... "
"Katakan saja jangan gugup."
Yan Kaibo kemudian berkata, "Yong Tuoli, sepertinya aku merasakan sesuatu yang tak enak."
Yong Tuoli memangut setuju. "Aku mengerti, karena firasat mu buruk, kita tidak akan berhenti di sana. Firasat buruk tentu hal buruk yang akan terjadi."
"Kamu percaya kepadaku?" tanya Yan Kaibo antusias.
Yong Tuoli berkata, "Mengapa tidak? Bukankah itu seharusnya memang perlu kita lakukan sebagai saudara. Saling mempercayai satu sama lain. Bukankah benar Zhuxiang?"
Merasa dirinya ditatap Yong Tuoli. Zhuxiang hanya membalasnya dengan anggukan kecil.
"Aku merasa senang bisa menemukan teman sejati seperti kalian. Padahal dulu aku tidak pernah dihargai seperti ini." Yan Kaibo memiliki tubuh gempil. Ia selalu diperlakukan tidak layak oleh orang-orang yang berada di sekitarnya sebelum ia pindah tempat memilik di desa.
Yong Tuoli berkata, "Tenang saja kawan, kita berbeda dari mereka." Yong Tuoli memasang raut wajah seriusnya. "Karena kita tidak ke tempat itu, bagaimana sekarang, kita akan pergi ke mana?"
"Kau tau wilayah yang dilingkari itu dan diberi tanda silang sendiri. Bukankah itu wilayah ini? Yong Tuoli, sepertinya kita tidak bisa memutar balik dengan mudah." Qing Yu berkata sebenarnya dengan senyuman miringnya. Sial! Yong Tuoli baru ingat itu. Aish! Bisa gawat ini.
"Aku akan berusaha membangunkan Lok Yelu, kita akan kesulitan bila tanpanya," kata Yan Kaibo.
"Itu bagus kawan. Kamu segeralah membangunkannya." Yong Tuoli menimpalinya. Sepertinya tidak ada harapan lagi kecuali dengan membangunkan Lok Yelu si pemuda peka terhadap sesuatu di sekitarnya.
Bisa disadari kemampuan pemuda tersebut. Lok Yelu sangat hebat dalam hal pendengaran, dia bisa mendengar dalam radius berkilo-kilo meter.
Zhuxiang tengah mempersiapkan senjata apa yang akan digunakannya untuk melawan para musuh yang akan menjadi lawannya. Seperti sama hal dengannya Qing Yu juga tengah memasang kewaspadaan dengan sebuah senjata pedang yang sudah siap ia genggam.
Sedangkan Yong Tuoli sendiri, ia tengah membaca situasi. Yong Tuoli handal dalam membaca situasi seperti Lok Yelu, hanya saja kemampuannya terbatas karena ketidak cocokan di dunia Bawah ini.
Mata Yong Tuoli tertutup rapat, ia menyatukan kedua tangan sambil memasang kesadaran penuh tepat di indra pendengarannya dan perasa.
20 km ...
19 km ...
Bibir Yong Tuoli bergerak menyebutkan setiap jarak langkah sesuatu menuju ke arahnya.
16 km ...
15 km ...
Semuanya tengah mempersiapkan diri sampai membuat jantung mereka berdebar-debar. "Aku tidak pernah merasakan berpacunya jantungku begitu cepat. Ini luar biasa," gumam Zhuxiang dalam hatinya.
Berbeda dengannya Yan Kaibo pemuda gendut itu sudah keringat dingin. Temannya yang ia pangku tidak sadarkan diri, dia kesulitan bergerak lebih tepatnya ia pergerakannya terbatas. Di dalam hatinya ia terus berujar, "Lok Yelu sadarlah kawan, kita dalam keadaan genting ini."
10 km ...
9 ...
8 ...
7 ...
6 ...
Semakin sedikit angka radius yang disebutkan Yong Tuoli. Mendadak suhu sekitar mereka berubah drastis menjadi sangat dingin.
Yan Kaibo menggigit bibirnya, Zhuxiang tersenyum menyeringai dan Qing Yu memasang raut wajah dinginnya. Mereka semua kini dalam emosi bercampur aduk hingga hitungan terakhir.
3 ...
2 ...
1 ...
Seakan berhenti berpacu seperti inilah keadaan jantung mereka saat ini.
Bom!
Ledakan dahsyat yang teramat langsung terarah ke perahu rakit yang mereka rakit sendiri dengan susah payah. Sayang seribu sayang, kini perahu itu hancur, untungnya mereka dengan sigap langsung loncat dadi perahu menuju daratan tanah yang dipenuhi bebatuan tajam.
"Sempurna, sepertinya pertarungan akan sangat seru sekarang, tolong berikan aku kenikmatan." Sosok kecil bertubuh layaknya anak-anak menatap ke arah mereka dengan senyuman bahagia.
Ia menunjuk satu persatu mereka. "Satu, dua, tiga dan ... " Ia menatap Lok Yelu yang digendong Yan Kaibo dengan memicingkan mata. Tangannya ia kibaskan seakan menyapu pemuda tersebut hingga Lok Yelu terlepas dari gendongan punggung Yan Kaibo.
Yan Kaibo akan menangkap Lok Yelu kembali namun Lok Yelu sudah ada di tangan seorang pria berbadan gemuk melebihinya.
Pria kecil itu berkata, "Jika ingin mendapatkannya kembali maka lawan aku."
Mereka semua memasang ancang-ancang. "Karena ada tiga pria muda dan satu gadis kecil, eh ... tunggu-tunggu, kau bisa pergi." Pria itu menatap Qing Yu menyuruhnya pergi.
"Pergi?" Qing Yu mengerutkan alisnya. "Apa maksudmu berkata pergi? Kamu menganggap ku gadis lemah atau gimana?" Mata Qing Yu menajam menatap pria kecil itu.
Pria itu terkekeh pelan lalu kemudian berkata kepada seseorang, "Kalian keluarlah, lawan mereka satu per satu dan aku akan melawan yang ... "
Muncullah tiga pria yang sama kecilnya sepertinya, namun memiliki aura penekan sepertinya. Masing-masing dari mereka siap mengambil posisi atas perintah pria tersebut. Sambil menunggu pria itu termenung memikirkan sesuatu mereka memilih merenggangkan tubuh mereka keatas, bawah, samping, kanan kiri ataupun memutarkan pinggul.
Pria itu menatap ke arah Yong Tuoli, ia tampak tertarik dengan pemuda bertubuh sedang layaknya anak-anak muda seusianya. " ... Aku akan memilihnya, dan kalian bertiga terserah memilih siapa." Pria itu melesat ke arah Yong Tuoli setelah berucap ke mereka.
Senyuman pria itu menghilang kala ia sudah berada di depan Yong Tuoli. "Lemah, kau sangat lemah!"
Bagaikan tersengat petir, perkataan itu sangat begitu menyetrum hatinya. Namun Yong Tuoli hanya tersenyum tipis membalasnya. Toh bukan dia saja yang mengatakannya lemah. "Aku memang lemah, kenapa? Kau marah?"
Pria itu terdiam sejenak lalu berkata, "Sepertinya kau tidak cocok melawan ku."
Yong Tuoli terkekeh pelan. "Kamu belum melawan ku bagaimana kamu tau aku lemah, coba saja lawan aku. Kamu belum tau kekuatan ku, jangan ukur kemampuan seseorang sebelum melawannya, benar bukan?"
Pria kecil itu tersenyum tipis. "Hati ku merasa goyah mendengarnya. Kau lumayan juga dalam kata-kata. Karena merasa kamu berada di tingkat rendah aku tidak akan menggunakan tekanan untuk melawan mu." Ia memberikan tawaran. "Bagaimana?"
Yong Tuoli melihat teman-temannya yang bertarung dengan lawan yang memiliki aura penekan. Yong Tuoli menjadi dibuat berpikir, "Aku mana mungkin akan curang seperti ini, temanku berjuang sekuat tenaga mana mungkin aku tidak."
"Aku menolaknya," ujar Yong Tuoli. "Kau bisa memberiku tekanan sama seperti mereka. Kami setara, apapun yang terjadi aku akan menerimanya."
"Kau serius? Ini kesempatan terakhir, setelah ini aku tidak akan memberimu kesempatan lagi."
Yong Tuoli mengangguk dan berkata dengan mantap, "Aku serius."
"Inilah yang ku suka dari anak muda. Ambisi kuat," batin pria kecil itu.