Untungnya tak lama kemudian Arjun pulang. Adri sempat menarik nafas lega sesaat sampai kemudian menyadari bahwa walau Arjun sudah pergi, pasangannya ternyata tak ikut pergi. Dessy masih betah berada di kolam.
Adri jadi sebal sendiri. Seandainya ia tahu bahwa Dessy ikut ekskul renang, pasti ia memilih yang lain. Mungkin kalau di sekolah ada pilihan ekskul menyulam atau merias wajah, ia tak ambil pusing. Pasti ia ambil. Tak apa dianggap aneh sendiri atau terkucil. Yang penting tidak bersama-sama dengan Arjun dan Dessy. Tapi mau apa lagi? Keputusan sudah ia ambil dan ia harus nyemplung, berenang di sana. Bersamaan waktunya, bersamaan tempatnya, dengan gadis yang membencinya luar dalam.
Sebetulnya ini kehadiran Adri ketiga di ekskul renang. Ia jadi berandai-andai. Pihak sekolah sebetulnya masih memperkenankan tiap siswa untuk mengganti ekskul. Tapi itu hanya bisa terjadi setelah maksimal dua kali pertemuan. Seandainya ia melihat kehadiran pasangan kriminal Bonnie and Clyde tadi di dua ekskul renang sebelumnya, ia masih bisa menarik diri. Tapi sekarang sudah terlambat.
Kehadiran Adri juga dengan segera diketahui Dessy. Dan seperti yang Adri duga, gadis itu menunjukkan ketidaksukaannya. Tapi Dessy pun juga sebetulnya bernasib sama seperti Adri. Sama-sama terjebak di ekskul renang dan saat itu rasanya tak mungkin ia menghindari pertemuan dengan Adri karena ia sudah terlanjur berjanji untuk berenang bersama Fitri dan Monique.
Terdengar peluit ditiup pendek-pendek tiga kali. Sebuah isyarat dari pelatih renang untuk berkumpul di pinggir kolam. Pak Sofyan, pelatih renang mereka, mengajak semua siswa untuk melakukan pemanasan sebelum kemudian diikuti dengan teori teknik renang gaya bebas.
Setiap anak kemudian diminta satu demi satu untuk berenang. Seperti sudah diduga, Dessy masuk dalam kategori mereka yang dianggap kurang pandai berenang. Akibatnya, akan ada sesi khusus pelatihan yang akan diadakan beberapa menit lagi.
“Nyebelin,” cetusnya sesaat setelah pelatih itu meninggalkan Dessy.
Terdengar Fitri dan Monique tertawa di sebelahnya. Namun ketika melihat Dessy memelototi, mereka memaksa diri untuk diam. Agak sulit memang, namun akhirnya Fitri tak tahan untuk tidak tertawa.
“Jangan melotot gitu dong, Say,” kata Monique.
“Lucunya apa sih sampe elo pada cekikikan kayak kuntilanak gini? Seneng gue ditegor itu orang?" tanya Dessy dengan intonasi meninggi. Kaca mata renangnya ia hentak ke lantai keramik di pinggir kolam.
“Elo sih bolos renang mulu mangkanya nggak bisa-bisa.”
“Lagian tenang aja deh. Nilai ekskul renang elo juga paling dikasih bagus. Kan pak Sofyan itu oom elo,” Monique menimpali.
“Jangan nyinggung soal itu dong. Nggak enak gue.”
Dessy tak melanjutkan ucapan. Matanya kini memperhatikan dengan kagum pada satu sosok siswa yang berenang pada jarak dua puluhan meter dari tempatnya berada. Bergaya bebas dengan sempurna, sosok itu berenang hingga mendekati tepi dinding kolam, membalik badan dan mendorong dengan kakinya di bawah air dan berenang berbalik arah dengan kecepatan konstan layaknya atlit perenang profesional.
“Wuiiih. Gile, canggih banget tu anak bisa berenang kayak gitu. Siapa tuh?”
Pujian spontan itu langsung ditanggapi lagi dengan tawa Fitri yang kembali terkikik.
“Elo abis minum pil koplo ya koq dari tadi ketawa melulu?”
“Abisnya elo kudet banget sampe nggak ngenalin anak yang jago renang itu. Orang yang elo puji itu emang jago renang. Maklum, dia anak dari kampung yang dikelilingin laut.”
Dessy terperangah. “Maksud elo... itu Adri?”
“Iye.”
“Dia emang hobi renang tuh,” Monique menambahkan. “Kalo udah renang bolak-balik kaya’ gitu, wah.”
“Wah kenapa?”
“Bisa kaya’ setrikaan. Kita yang liatnya sampe bosen. Kalo udah asik renang gitu, bisa sampe sore banget baru dia brenti. Napasnya panjang. Mungkin ukuran paru-parunya dua kali lipet lebih besar daripada kita-kita. Atau mungkin ada tiga kali ya, tauk deh.”
Dari pinggir kolam Pak Sofyan terlihat memanggil Adri untuk keluar dari kolam dan mengikuti dirinya. Dessy melihat dengan terheran ketika pelatih renang mereka kini mendatanginya.
“Teknik renang kamu masih belum ada kemajuan berarti,” katanya begitu berhadapan dengan Dessy yang masih duduk di pinggir kolam sembari memain-mainkan kacamata renangnya.
"Untuk itu Bapak meminta bantuan Adri buat mengajarimu.”
Dessy mendegut ludah sementara Monique dan Dessy menyaksikan percakapan mereka berdua.
"Aduh. Bisa nggak kalo orangnya jangan Si Anus."
Usulan itu malah berbuah omelan. "Tega sekali kamu nyebut nama orang dengan nama itu! Jangan karena aku ini kerabatmu, kamu jadi seenaknya."
Saat menyudahi ucapan, Adri sudah berada di balik punggung Pak Sofyan.
“Adri!”
“Ya, pak.”
“Kamu hari ini jadi asisten bapak ya. Kamu ajarin Dessy berenang gaya bebas.”
Mendengar itu Fitri dan Monique malah spontan menggoda.
“Cie cieeeee” – 2x
Kebalikan dengan Fitri dan Monique, Dessy dan Adri malah terkaget dan tak menyagka dengan perintah pak Sofyan.
“Sekarang?” – 2x
“Tahun depan,” Pak Sofyan menjawab serius sebelum sedetik kemudian berubah marah. “Ya tentu aja sekarang! Dri, cepat turun ke kolam!”
Walau terkaget, dengan tidak menunda sedetik pun Adri langsung melompat ke kolam yang kebetulan berada di bagian terdalam.
“Dessy, kamu kenakan kacamata renangmu. Kamu sekarang menyelam dan lihat pergerakan kaki Adri ketika melakukan gaya bebas.”
Dessy menurut, sementara Fitri dan Monique menyimak drama yang terjadi.
Saat Dessy berada di dalam kolam, air ternyata bisa menerobos kacamata renangnya. Air berklorin itu membuat matanya perih sehingga ia lebih banyak menutup mata ketika berada di bawah air. Bagi Dessy, ini benar-benar menyebalkan. Ia hanya ingin kegiatan renang ini cepat selesai supaya ia tidak lagi bersama-sama dengan Adri.
“Sudah lihat caranya?” tanya Pak Sofyan setelah Dessy kembali menyembul ke permukaan air.
“Sudah,” jawabnya pura-pura mantap. “Dikit.”
“Itu sama aja kamu nggak lihat apa-apa!” Pak Sofyan meniup peluit dan Adri kembali menghampiri sisi kolam untuk mendapat petunjuk pelatih renang itu.
“Adri,” kata orang itu sesaat setelah Adri tiba, “bapak pergi sebentar. Sementara itu kamu ajarin Dessy ya. Ajarin sampai dia bisa.”
Adri pasrah. Tapi di lain pihak tak tega untuk menolak permintaan itu. Ini tugas yang menjengkelkan. Adalah suatu kehormatan bisa menolong guru. Tapi kalau yang ditolong adalah orang seperti Dessy, oh gawwwdd…. Dia benci betul. Adri hanya memandang dengan ragu punggung pelatih mereka ketika bergerak menjauh.
“Dessy, apakah kamu sudah warming up?”
“Udah.”
“Yakin?”
“Iya! Gue udah ngelakuin pemanasan dari tadi. Dasar bawel!”
Adri menggaruk kepala dengan jengkel karena yakin bahwa jawaban Dessy itu bohong. “Yang kita tahu, kamu masih belum pemanasan sejak tiba.”
“Sebodo. Pokoknya gue gak sudi elo sekarang jadi pelatih renang gue,” cetus Dessy sebal.
Ia sudah akan naik meninggalkan kolam ketika mendadak menyadari sesuatu. Pak Sofyan adalah pamannya. Tak enak rasanya jika ia meninggalkan begitu saja. Selain itu, di musim liburan berikut ia akan menyelam di Gili Trawangan, Lombok. Otomatis kemampuan berenang sepertinya adalah suatu keharusan.