Konak

Perusahaan tempat suami Yunna bekerja sudah lama bangkrut. Namun walau ia adalah kepala keluarga, ekonomi keluarga tak terpengaruh karena Yunna mencapai karier gemilang dan hasil yang didapat bisa dengan segera menutupi kekurangan. Walau banyak orang iri hati atas prestasi yang dicapai, Yunna tentu saja tak mau memikirkan. Ia hanya focus bekerja sekalipun beban pekerjaan sangat banyak.

Di kantor, ada bulan-bulan tertentu dimana secara bersamaan serombongan petinggi perusahaan harus banyak bepergian ke luar negeri untuk urusan bisnis. Dan itu yang ia alami sekarang ketika melakukan kunjungan bisnis ke Hongkong. Bagi Yunna ini adalah pengalaman menarik saat harus bepergian ke dalam dan luar negeri. Ketika Yunna mulai bepergian, ia bertemu banyak orang baru dan dalam situasi yang belum pernah Yunna alami sebelumnya. Yang paling asyik adalah bahwa ia bisa belajar sebagai seorang eksekutif dimana sebagian besar pembicaraan dan keputusan terjadi tidak di kantor tetapi saat makan malam dan minuman di hotel yang berlangsung sampai larut malam.

Kalau sudah selesai makan malam begitu, acara minum-minum pun dimulai. TErkadang martini, champagne, atau tequila yang disajikan. Butuh beberapa saat penyesuaian yang harus dilakukan Yunna karena ia tahu bahwa itu merupakan resiko menjadi bagian dari tim. Dalam waktu-waktu terpisah Yunna lebih suka dan sangat merindukan Benyamin dimana mereka bisa berbicara sepanjang waktu. Ia ingin melakukan itu tapi tentunya tidak enak karena ia harus bersama-sama tim lain. Dalam waktu-waktu itulah ia bisa melihat bahwa acara kadang jadi nyeleneh ketika rekan-rekannya mulai menggoda dan digoda. Humor-humor jorok berseliweran tapi yang wanita tak merasa terganggu bahkan ketika level godaan makin meningkat. Awalnya ini terasa mengganggu tap iai tidak ingin mengatakan apa-apa karena takut merusak suasana. Yunna melihat bahwa ada wanita lain yang saat digoda, mereka tidak marah dan malah menikmati perhatian yang diberikan, dan setelah itu…. Wussshh. Pergi untuk kencan di suatu tempat tertentu.

Irwan, adalah atasan Yunna yang dalam rombongan perjalanan bisnis hampir selalu ada. Bahkan atas rekomendasi orang itu jugalah Yunna bisa ada dalam katakanlah ‘klub’ eksklusif ini. Hubungan mereka berdua sangat erat dan pada akhirnya ini membuat Yunna harus menyesuaikan diri dengan standar-standar baru dalam pekerjaan. Pada malam pertama di kunjungan kali ini mereka semua makan malam bersama dan minuman keras sudah diedarkan sejak tadi. Beberapa orang sudah keliatan mabuk dan itu terlihat dari cara bicara mereka yang meracau. Ini jadi terasa lucu buat Ellen dan Yunna. Mereka tertawa keras-keras menikmati suasana malam yang hangat. Keadaan ini juga menjadi jalan masuk bagi Ellen sebelum ia kemudian mulai menanyakan sesuatu pada Yunna.

“Ngomong-ngomong gimana kesan kamu? Ini perjalanan pertama kamu bareng-bareng rombongan kami. Kamu nggak terganggu kan dengan ulah teman-teman yang pada mabok?”

“Aku masih butuh penyesuaian sih,” jawabnya lugas. “Tapi gapapa koq. Aku sih asik-asik aja. Nggak usah terlalu dipikirin. Mereka udah pada sibuk kerja, jadi sekali-sekali boleh dong nyantai dikit seperti begini.”

Mereka ngobrol beberapa saat dimana hanya Yunna dan Ellen yang ada di meja saat itu. Yang lain di meja masing-masing dan melakukan apa yang mereka suka.

“Perjalanan kita panjang. Kamu nggak terganggu dengan kesendirianmu?”

“M-maksud Ellen?”

Ellen menyesap champagne di gelas sehingga menyisakan setengah. “I’m talking about sex. Kita akan sering dan makin sering terbang untuk ngelakuin perjalanan bisnis. Nah, aku sih kalo lagi ikut perjalanan bisnis begini suka horny sendiri.”

Bibir Yunna terbuka. Kaget.

“Emangnya kamu nggak?”

Yunna kaget karena kevulgaran yang ia dengar. Namun ia menguasai diri agar tetap terlihat santai dan wajar. Ellen adalah manajer dimana ia harus sering bekerjasama. Artinya, kalau sampai dia salah bicara sehingga terkesan menggurui atau sok moralis, itu bisa jadi bumerang yang akan membuat dia dijauhi rekan-rekan. Oh, jangan sampai hal buruk itu terjadi karena ia benar-benar sedang menikmati perjalanan karir.

“Kalo soal horny, mmmm, iya juga sih.”

Ellen senang dengar jawaban itu. “Gitu dong, aku paling suka sama jawaban jujur. Jadi kamu jujur kalo di perjalanan kayak gini suka horny atau konak?”

Sejak meminum habis satu gelas champagne-nya ia memang merasa sedikit horny. Pertanyaan Ellen membuat ia jadi lebih lagi. “Aku lagi kangen suamiku. Pengen ML. Tapi semuanya baik-baik aja sih.”

“Kalo gak ada suami, gimana dong?” Ellen mengedipkan mata. “Apa yang kamu akan lakuin kalo lagi horny?”

“M-maksudmu?”

“Dengan seringnya kamu bepergian dan akan lebih banyak lagi, bagaimana kamu bisa bertahan dengan seks-mu?”