Enak Kan?

Mana mampu Nadila menjawab, malahan Beny mulai meneruskan lagi menggesekkan jarinya berulang-ulang. Tentu saja ini membuatnya makin tidak karuan, Nadila menggelinjang-gelinjang, menggeliat-geliat kesana kemari.

“Ssstthh… aahh… Omm… aahh…”

Erangannya terdengar lirih. Dunia serasa berputar-putar, kesadarannya bagaikan terbang ke langit. Vaginanya rasanya sudah basah sekali karena ia memang benar-benar sangat terangsang sekali.

Setelah Beny merasa puas dengan permainan jarinya, ia menghentikan sejenak permainannya itu, tapi kemudian wajahnya mendekati wajah Nadila. Gadis yang belum berpengalaman sama sekali itu, dengan pikiran yang antara sadar dan tidak sadar, hanya bisa melihatnya pasrah tanpa mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi. Wajah Om semakin dekat, kemudian bibirnya mendekati bibir Nadila. Dalam sekejap ia mengecupnya dengan lembut. Rasanya geli, lembut, dan basah. Namun Beny bukan hanya mengecup, ia lalu melumat habis bibirnya sambil memainkan lidahnya.

Nadila jadi makin geli. Ketika lidah Beny memancing lidahnya Nadila tidak tahu kenapa, tapi secara naluri jadi terpancing, sehingga lidahnya dengan lidah Beny saling bermain. Kedua lidah mereka membelit-belit dan ini tentu saja membuat Nadila jadi semakin nikmat kegelian.

Beny mengangkat wajahnya dan memundurkan badannya. Entah permainan apa lagi yang akan diperbuatnya atas Nadila karena gadis itu pikir toh ia sudah pasrah. Dan, gila!, tiba-tiba badannya dimundurkan ke bawah dan orang itu tengkurap diantara kedua kaki Nadila yang otomatis jadi terkangkang. Kepalanya kini berada tepat di atas kemaluan Nadila dan ia dengan cepat menyeruakkan kepalanya ke selangkangan di depannya. Kedua paha Nadila dipegangnya dan diletakkan di atas pundaknya, sehingga kedua paha bagian dalamnya seperti menjepit kepala Beny. Nadila sangat terkejut dan mencoba memberontak, akan tetapi kedua tangan pria itu memegang pahanya dengan kuat lalu dengan tanpa sungkan-sungkan lagi Beny mulai menjilati bibir vaginanya.

“Aaa… Omm!” Nadila menjerit.

Walaupun lidah Beny terasa lembut, namun jilatannya itu terasa menyengat vaginanya dan menjalar ke seluruh tubuh. Pria itu memang sudah sangat berpengalaman dalam hal bercinta. Ia justru menjilati habis-habisan bibir labia sebelum lidahnya menerobos masuk ke dalam vaginanya. Mata Nadila mendelik menahan nikmat yang menggila terlebih ketika lidah nakal dan panjang pria itu kini menari-nari di dalam vaginanya. Lidah Beny mengait-ngait kesana kemari menjilat-jilat seluruh dinding vaginanya. Tentu saja Nadila makin menjadi-jadi, badannya menggeliat-geliat dan terhentak-hentak, sedangkan kedua tangannya mencoba mendorong kepalanya dari kemaluan. Jelas sudah, tak ada yang namanya terapi. Nadila sadar bahwa ini sepenuhnya trik orang itu untuk menikmati sex. Akan tetapi ia juga tak mungkin menolak setelah sejauh ini karena usahanya menghindar itu akan sia-sia saja. Apalagi Beny terus melakukan aksinya dengan ganas dimana kini Nadila hanya bisa menjerit-jerit tidak karuan. Tak ada lagi suara lirih memang. Hanya ada teriakan keluar dari tenggorokannya.

“Aahh… Omm… jaangan… jaanggann… teeerruskaan… ituu…aa… nndaak… maauu.. geellii… stop… tahaann… aahh!”

Nadila menggelinjang-gelinjang seperti kesurupan. Menggeliat kesana kemari antara mau dan tidak. Biarpun ada perasaan menolak akan tetapi rasa geli bercampur dengan kenikmatan yang teramat sangat mendominasi seluruh badan. Beny dengan kuat memeluk kedua pangkal pahanya diantara pipinya, sehingga walaupun Nadila menggeliat kesana kemari namun Beny tetap mendapatkan yang diinginkannya. Gadis itu sudah sepenuhnya terkunci. Jilatan-jilatan Beny benar-benar membuatnya bagaikan orang lupa daratan. Vaginanya sudah benar-benar banjir dibuatnya. Hal ini membuat Beny menjadi semakin liar. Ia bukan cuma menjilat-jilat, bahkan menghisap, menyedot-nyedot vaginanya. Cairan lendir vaginanya bahkan disedot Beny habis-habisan. Sedotan Beny di vaginanya sangat kuat, membuatnya jadi semakin kelonjotan.

Kemudian Beny sejenak menghentikan jilatannya. Dengan jarinya ia membuka bibir vaginanya, lalu disorongkan sedikit ke atas. Nadila saat itu tidak tahu apa maksud Beny, rupanya Beny mengincar clitoris. Dia menjulurkan lidahnya lalu dijilatnya daging kecil tadi.

“Aahh…”, tentu saja Nadila menjerit keras sekali. Nadila merasa seperti kesetrum karena ternyata itu bagian yang paling sensitif. Begitu kagetnya Nadila merasakannya sampai ia mengangkat pantat sebagai respon. Beny malah menekan pahanya ke bawah, sehingga pantatnya menempel lagi ke kasur, dan terus menjilati clitorisnya sambil dihisap-hisapnya dengan buas. Teriakan Nadila makin menggila.

“Aa… Omm… aauuhh… aahh… !”, jeritnya semakin menjadi-jadi.

Tiba-tiba Nadila merasakan sesuatu yang teramat sangat, yang ingin keluar dari dalam vaginanya. Sebuah perasaan seperti mau pipis dan Nadila tak kuat menahannya. Menyadari hal itu Beny yang sepertinya sudah tahu, malahan menyedot clitorisnya dengan kuatnya.

“Omm… aa… !”

Tubuh Nadila kini terasa bak tersengat tegangan tinggi. Seluruh tubuhnya menegang. Tak sadar ia menjepit dengan kuat pipi Beny dengan kedua pahanya di selangkangan. Lalu tubuhnya bergetar bersamaan dengan keluarnya cairan vaginanya yang banyak sekali, dan tampaknya Beny tidak menyia-nyiakannya. Disedotnya vaginanya, dihisapnya seluruh cairan vaginanya. Tulang-tulangnya terasa luluh lantak, lalu tubuhnya terdiam. Nadila tergolek lemas.

Beny bangun dan mulai melepaskan pakaiannya. Nadila, yang baru pertama kali mengalami orgasme, merasakan badannya lemas tak bertenaga. Ia hanya bisa memandang saja apa yang sedang dilakukan oleh om Beny-nya. Mula-mula Beny membuka kemejanya yang dilemparkan ke sudut kamar, kemudian secara cepat dia melepaskan celana panjangnya, sehingga sekarang dia hanya memakai CD saja. Nadila agak ngeri juga melihat badannya yang tinggi besar itu tidak berpakaian. Akan tetapi ketika tatapan matanya secara tak sengaja melihat ke bawah, Nadila sangat terkejut melihat tonjolan besar yang masih tertutup oleh CD-nya, mencuat ke depan. Kedua tangan Beny mulai menarik panty-nya ke bawah secara perlahan-lahan, sambil matanya terus menatap gadis di depannya.

Pada waktu badannya membungkuk untuk mengeluarkan panty dari kedua kakinya, Nadila belum melihat apa-apa, akan tetapi begitu pria itu berdiri tegak, darahnya mendadak serasa berhenti mengalir dan mukanya menjadi pucat karena terkejut melihat benda yang berada diantara kedua paha atas Beny. Benda tersebut bulat, panjang dan besar dengan bagian ujungnya yang membesar bulat berbentuk topi baja tentara. Benda bulat panjang tersebut berdiri tegak menantang ke arah Nadila. Panjangnya kurang lebih 20 cm dengan lingkaran sebesar 6 cm bagian batangnya serta dilingkari urat-urat yang menonjol berwarna kebiruan. Bagian ujung kepalanya membulat besar dengan warna merah kehitam-hitaman mengkilat dan pada bagian tengahnya berlubang dimana terlihat ada cairan pada ujungnya. Rupanya begitu yang disebut kemaluan laki-laki, tampaknya menyeramkan. Nadila menjadi ngeri, sambil menduga-duga, apa yang akan dilakukan Beny terhadapnya dengan kemaluannya yang mengerikan tadi.

Melihat ekspresi mukanya itu, Beny hanya tersenyum-senyum saja dan tangan kirinya memegang batang kemaluannya, sedangkan tangan kanannya mengelus-elus bagian kepala kemaluannya yang kelihatan makin mengkilap saja. Beny kemudian berjalan mendekat ke arahnya yang masih telentang lemas di atas tempat tidur. Kemudian Beny menarik kedua kaki gadis itu. Kaki Nadila kini menjulur ke lantai sedangkan pantatnya berada tepat di tepi tempat tidur. Kedua kakinya dipentangkannya, sehingga kedua pahanya sekarang terbuka lebar. Nadila tidak bisa berbuat apa-apa, karena badannya masih terasa lemas. Matanya hanya bisa mengikuti apa yang sedang dilakukan oleh Beny.

Pria itu lantas mendekat dan berdiri tepat diantara kedua pahanya yang sudah terbuka lebar itu. Ia menyibak rok. Dengan berlutut di lantai di antara kedua paha, kemaluannya tepat berhadapan dengan kemaluan Nadila yang telah terpentang. Tangan kirinya memegang pinggulnya dan tangan kanannya memegang batang kemaluannya. Kemudian Beny menempatkan kepala kemaluan, phallus, pada bibir kemaluannya yang belahannya kecil dan masih tertutup rapat. Kepala kemaluannya yang besar itu mulai digosok-gosokannya sepanjang bibir kemaluan, sambil ditekannya perlahan-lahan. Suatu perasaan aneh mulai menjalar ke keseluruhan tubuh Nadila. Badannya terasa panas dan kemaluannya terasa mulai mengembung. Nadila agak menggeliat-geliat kegelian atas perbuatan Beny itu dan rupanya reaksinya itu makin membuat Beny makin terangsang. Dengan mesra Beny memeluk lalu mengecup bibirnya.

“Gimana, manis? Enak kan?” bisiknya.