‘Pelacur.’
Kata itu muncul lagi di benak Nabila. Menyebalkan.
'Pelacur.'
Nabila kesal tapi tak tahu mengapa ia jadi suka mendengar kata itu. Ia lebih tak mengerti lagi bagaimana menghentikan pemikiran itu.
'Pelacur.'
Ah. Dirinya benar-benar bingung. Ia melangkah kaki lebih cepat sehingga Nabila tiba di kantor lebih cepat. Tapi, bukannya dipuji ia malah ditegor Fadli yang sudah lebih pagi lagi ada di kantor.
“Aku hargai kamu datang lebih pagi. Tapi dengan banyaknya PR kerjaan, harusnya kamu datang lebih pagi,” kata orang itu sebelum Nabila mengucapkan salam dan permintaan maaf karena keterlambatannya.
“Kamu kalo udah gak mau kerja, ngomong aja. Kamu keluar sekarang pun gapapa koq.”
“Nabila masih mau kerja.”
“Jangan banyak bacot. Bapak sebel liat kerjaan kamu gak beres!”