Bab 11 Santi ~ Di antara Kematian

Gelap dan rasanya begitu sesak. Entah di mana kami sekarang. Hanya suara mesin mobil pick up yang membawa kami menjauh dari lokasi awal. Mulut yang dibungkam dengan buntalan kain, kedua tangan dan kaki yang diikat serta mata yang ditutup dengan kain. Pilihan yang dibuat manusia saat terdesak tak selamanya memberi keuntungan, justru menghadapi tantangan dan menerima risiko itulah jalan terbaik. Jika seperti ini akhirnya, lebih baik aku menembak mereka dan kehilangan salah satu teman daripada kami diasingkan dan menjadi makanan siap santap oleh para mayat. Toh, akhirnya pun juga sama, kan? Kematian selalu ada di depan mata.