Aku menekan pahaku lagi untuk mengatasi kegugupanku. Yah, dia memang terlihat lebih kuat secara fisik. Tubuh atletisnya terlihat jelas jika ia membuka jasnya. Walaupun sekilas, tubuhnya tidak terlihat besar seperti hulk atau hercules.
Dari caranya menggendongku, menarikku ke dinding, mencengkram bahuku, dan menggandeng tanganku.
Oh Tuhan, bagaimana mungkin aku merasa aman disaat ancamanku sesungguhnya adalah orang yang membuatku merasa aman? Tiba-tiba ini menjadi sangat rumit bagiku.
"Kau juga kelihatannya tidak terganggu dengan matahari, Mr. William. Dan taringmu muncul hanya sesekali."
"Bisakah kau menanyakan hal-hal mengenai permintaanku tadi, Miss Alisca?"sergahnya terlihat tidak sabar.
Tapi wajahnya masih menawan, alisnya menurun membuat sedikit lipatan di dahinya, kedua matanya menatapku tanpa ampun, mulutnya mengatup menekan sedikit bibir bawahnya, wajah yang berusaha menahan sesuatu, dan aku mulai menyukainya. Diam-diam aku berusaha menahan senyumku.
"Oke. Tadi kau bilang, aku tidak akan terbunuh hanya karena kau menghisap darahku?"
"Ya. Tidak akan. Dan aku akan pastikan, darah yang ku hisap tidak akan melampaui batas"
"Apa kau menyediakan dokter?"
Kali ini Jason kembali menyeringai ke arahku. Saat itu juga aku merasa keberanianku merosot begitu saja di bawah kakiku.
"Kau tidak memerlukan dokter, Miss Alisca." Jawabnya geli.
Aku tidak tahu sama sekali soal itu. Karena terakhir kali aku sakit, obat-obatan dari dokter tidak membantu. Tapi darah-darah hewan itulah yang membuatku sembuh.
"Kau membawaku ke rumah sakit saat itu." Sindir ku mencoba mempertahankan diri dari rasa malu.
Jason menyeringai, "Ku rasa kau terlalu gugup untuk mencerna maksudku, Miss Alisca. Yang aku maksudkan adalah, kau tidak memerlukan dokter dalam hal ini. Yang sedang kita bicarakan."
Lihat. Dia mulai memperlihatkan sikap aslinya yang menyebalkan. Tapi ku akui, memang saat ini aku sangat gugup hingga sulit berpikiran jernih.
"Tapi aku akan memanggil Nathan, jika kau memerlukannya" Ucap Jason membuatku mengerutkan dahi kebingungan. Dan ia segera melanjutkan ucapannya ketika sadar dengan ekspresiku, "Dia adalah saudaraku yang bekerja sebagai dokter spesialis vampir."
Aku tak bisa menahan tawaku. Begitu saja lolos dari mulutku. Ya ampun, di saat seperti ini. Tapi serius? Dokter spesialis vampir? Itu sangat konyol.
"Ada yang lucu, Miss Alisca?" Ia kembali menyeringai ke arahku. Aku sempat melirik padanya, mata biru itu begitu mengkilat, dan aku refleks menghentikan tawaku.
"Apa yang aku dapatkan setelah aku menyerahkan darahku?" Pertanyaan penting. Inilah yang membuatku penasaran. Apakah setelah percakapan kita yang cukup panjang ini, dia akan tetap bilang apapun untukku? Atau melepaskanku?
"Kau ingin melanjutkan kuliah di jurusan sastra Inggris. Tinggal sendirian di apartemen milikmu sendiri, dan menerbitkan naskahmu."
Itu adalah pernyataan darinya dengan nada yang lugas dan yakin. Membuat siapapun yang mendengarnya untuk tidak mengelak semua pernyataannya, termasuk aku.
Apa dia berniat mengabulkan itu semua? Well, melihat kekayaannya yang membuat jiwa ku berteriak memberontak, tentu dia akan mudah membuat semuanya menjadi kenyataan. Tapi aku tidak ingin menggadaikan darah berhargaku dengan itu semua. Tidak setimpal!
"Aku masih bekerja, Mr. William. Aku akan sangat senang mengumpulkan semua uangku untuk mewujudkan semua itu sendiri"jawabku dengan pelan.
Namun dari dalam diriku, aku merasa sedikit bangga karena sangat dibutuhkan.
Jason tersenyum sekilas, kemudian memajukan tubuhnya. Menaruh siku-siku tangannya di atas meja dan menatapku lebih intens.
"Baiklah, kalau begitu apa yang kau mau, Miss Alisca?"
Aku menghela nafas panjang kemudian mengulum bibirku untuk membuatku rileks.
Tapi jari-jari lembut Jason tiba-tiba saja menahan bibirku. Oh my! Jari-jari indahnya itu menyentuh bibirku, menahanku untuk mengulum bibirku.
"Jangan. Jangan lakukan itu di hadapanku, Miss Alisca."bisiknya dengan nada memperingati. Dan aku malah berpikir ini sebuah tantangan.
Dia menarik kembali tangannya tanpa meminta maaf. Oh ya, bahkan dia tidak tahu caranya meminta maaf. Atau tidak mau mengakui kesalahannya.
Aku berdehem pelan kemudian kembali melanjutkan.
"Aku yakin kau bisa dengan mudah menemukan orang lain yang bisa kau tawarkan semua ini, Mr. William."
"Kau benar, Miss Alisca,"jawabnya singkat.
Dan entah mengapa itu membuatku sedikit kecewa. Hanya sedikit. Tapi itu bagus menurutku, aku yang mungkin mengecewakannya.
"Tapi aku tidak ingin orang lain selain dirimu."lanjutnya berbisik.
Oh Tuhan dia benar-benar menyebalkan! Maksudku, menyebalkan karena menjungkir balikkan perasaanku saat ini.
"Kenapa?"
Nah! Ini adalah pertanyaan yang akan membuatku kembali merasakan bunga-bunga diperutku, atau mungkin juga akan melemparkan ku dari atas rollercoaster.
"Apa kau ingin aku mengatakan kalau kau istimewa? Jika ya, aku akan katakan begitu."
Sialan. Aku tak pernah mendapat pujian atas permintaanku. Itu konyol.
Orang-orang normal akan memberikan hal semacam itu tanpa diminta.
"Tidak. Aku hanya ingin tahu, apa yang aku miliki dan orang lain tidak, sehingga kau memilihku" jawaban pintar, Livia! Bagus.
"Bukankah sudah ku katakan padamu kalau aku seorang pureblood? Aku memiliki insting yang lebih kuat. Dan aku hanya merasa, kau berbeda."
"Berbeda?"
"Aku tidak tahu pasti, Miss Alisca. Kecuali kau mengizinkanku mencicipi darahmu sekarang, disini."
Kedua matanya mengkilat gelap. Bicaranya penuh penekanan dan tak sabaran.
Dan apa itu? Mencicipi darahku? Apa itu tidak terlalu vulgar?
"Bagaimana jika aku menolaknya? Apa kau akan memaksaku?"
Dia terlihat diam lagi untuk beberapa saat. Menghembuskan nafasnya panjang kemudian kembali menatapku lagi.
"Aku bukan tipe seperti itu Miss Alisca. Jika kau tidak mengizinkannya, aku akan membiarkanmu pergi"
Tipe vampir seperti apa maksudnya? Ya ampun, haruskah aku mempelajari semua itu sekarang?
"Ini sudah larut, aku akan mengantarkanmu pulang, Miss Alisca."
Aku berusaha untuk tersenyum. Tapi rasanya sangat kaku berada di situasi ini.
Yah, aku harus kembali ke rumah. Menghentikan pembicaraan yang cukup menyenangkan ini.
Saat Jason kembali mengulurkan tangannya untuk menggandeng tanganku, aku semakin penasaran dengan kehidupannya.
Bagaimana dia menghisap darahku? Apa sama seperti film-film horor yang ku tonton? Dan, aku ingin bertanya banyak mengenai bangsaku. Yang mungkin akan menjelaskan juga mengenai keluargaku, orang tua ku.
Sekarang, aku sudah kembali berada di dalam mobil mewah ini lagi. Sebenarnya aku ingin memandanginya lebih lama. Tapi apa aku harus memberikan darahku? Dan apakah semua ini nyata? Rasanya aku berada di mimpi yang aneh.
Mobil berhenti di depan rumah bibi Grace. David kembali memutar untuk membukakan pintuku.
Namun Jason kembali menahanku.
"Aku ingin kau ke rumahku besok. Anggap saja aku sedang mencoba membujukmu. Jika kau setuju, David akan menjemputmu di tempat kerja pukul 05:00 sore"bisiknya semakin mencengkram telapak tanganku.
Dia tahu jam pulang kerjaku? Ya ampun.. apa lagi yang dia tahu tentangku? Tapi tawarannya, cukup membuatku tertarik untuk ke rumahnya dan menagih bukti padanya.
Well, seingatku tadi dia bilang akan membiarkanku pergi jika aku menolak. Dan sekarang ia bilang sedang berusaha membujukku? Bukankah itu sedikit lucu?
Tapi apapun itu, aku senang dia ingin membujukku.
"Oke."
"Oke?"
Aku mengangguk dan tak bisa menahan senyuman geliku melihatnya cukup kaget.
Oh ya ampun, dia terlihat lucu.
"Selamat malam, Miss Alisca." Bisiknya.
"Selamat malam, Mr. William." Balasku lalu keluar dari mobil.
David kembali menutup pintu mobil. Dan aku berjalan menuju rumah tanpa menengok lagi ke belakang.
***
Biaya kuliah, apartemen, penerbitan buku. Itu tawaran yang sangat menarik. Aku bisa mendapatkannya secara bersamaan hanya dalam hitungan menit karena Jason.
Tapi, kenapa rasanya aku seperti sangat murahan?
Dan apa yang dipikirkan orang lain? Aku memang tidak peduli. Tapi, aku juga tak ingin menempatkan diriku sebagai wanita parasit yang murahan.
Ya, walaupun secara teknik, aku bukan parasit Jason, karena aku memberikan darahku.
Memikirkan orang lain yang akan heboh karena aku akan mendapatkan semua itu tiba-tiba, apa yang harus ku katakan pada paman George dan bibi Grace? Aku tidak mungkin mengatakan kalau aku baru saja mendapatkan lotre.
Atau mungkin aku akan mengatakan kalau aku baru saja menjual salah satu ginjalku, dan mereka akan membunuhku dengan omelan mereka.
Aku mulai berpikir untuk mengambil tawaran ini. Tapi bagaimana jika Jason menginginkan lebih? Maksudku, apa dia akan meniduriku juga? Oh tidak. Aku seperti pelacur.
Aku harus memastikan itu.
"Kau terlihat kacau setelah pertemuanmu dengan Mr. William akhir-akhir ini"ucap Rachel yang entah sejak kapan berdiri di sebelahku. "Kau baik-baik saja?"tanyanya dengan sungguh-sungguh.
Aku melirik sebentar ke arah Rachel dan mencoba untuk tersenyum, kemudian menggelengkan kepalaku.
"Aku baik-baik saja, Chel. Tenang saja. Bukankah aku kelihatan kacau biasanya?"
Rachel tertawa kemudian menyenggol bahuku cukup keras. Ia mengangkat buku catatannya dan terlihat menghitung sesuatu.
"Hei, aku ada pesta menyenangkan dengan Mark dan teman-temannya malam ini. Kau ikut ya?"
Oh tidak dengan pesta lagi. Aku benar-benar muak.
Tapi dengan ini mungkin aku bisa melupakan sejenak tentang Jason?
"Kau harus tahu teman-teman Mark sangat keren, Liv. Dan aku janji mereka tidak akan mengganggumu lebih. Kita hanya bersenang-senang Liv.." Ucap Rachel. Walaupun aku sendiri meragukan hal itu.
Apalagi yang ada di sebuah pesta selain wine, menari, berciuman, dan berakhir di tempat tidur. Oh tidak.
Aku tidak akan mau ada di posisi itu.
"Aku senang untuk ikut, Chel. Tapi aku sudah terlanjur ada janji dengan orang lain" Jawabku menyesal karena menolak Rachel. Tapi aku sudah terlanjur mengatakan oke pada Jason kemarin malam.
Dan kalaupun aku tidak datang, aku khawatir dia akan muncul tiba-tiba lagi di rumahku. Baiklah, setidaknya dia bilang tidak akan memaksaku. Tapi ku rasa dia akan membujukku terus.
"Benarkah? Dengan siapa?"tanya Rachel yang tampak kesenangan. Aku tahu apa yang dipikirannya. Ia sudah menebak kalau yang ku maksud adalah Jason. Dia bertanya untuk memastikan dan mengejekku.
"Jason."jawabku singkat.
"Oh my Livia! Serius? Ya ampun hubungan kalian benar-benar berlanjut?"
"Tidak Rachel. Ini tidak seperti yang kau pikirkan,"
Aku tidak tega mengatakan kalau sebenarnya Jason adalah vampir yang hanya menginginkan darahku.
Oh, ini sudah pukul 05:00. Pantas saja Rachel mulai santai. Sudah waktunya pulang!
"Aku harus pergi, sekarang. Sampai nanti."ucapku meninggalkan Rachel yang masih kebingungan. Aku buru-buru melepaskan celemekku.
Mengganti pakaianku dan merapikan sedikit rambutku. Aku menyambar tas kecilku lalu berjalan keluar toko.
Aku terkejut saat mobil Jason sudah terparkir di depan toko. David membuka pintu mobil untukku sambil tersenyum ramah.
"Hai, David."sapaku.
"Ya, Miss Alisca."balasnya kemudian kembali menutup pintu setelah aku masuk.
Tidak ada Jason di dalam mobil. Syukurlah, aku bisa memiliki waktu lebih banyak untuk berpikir.
Mungkin wajahku akan lebih menua dibandingkan usiaku karena aku terlalu banyak berpikir karena Jason.
Mobil ini sangat cepat dan nyaman. Saat memasuki kota London, mobil berbelok menuju sebuah perumahan. Kemudian berjalan lurus lagi sampai di sebuah rumah dengan gerbang berwarna hitam yang sangat besar menjulang tinggi.
Dua orang yang berjaga mulai membukakan gerbang tersebut saat mobil yang dikendarai David datang. Kemudian, mobil meluncur ke halaman rumah yang sangat besar.
Ya ampun, apa ini istana kepresidenan? Walaupun desainnya lumayan kuno dengan ukiran-ukiran tembok zaman Yunani, tapi rumah ini memiliki fasilitas yang cukup canggih. Seorang wanita berseragam putih dan celemek hitam berenda menuntunku untuk masuk.
Aku diminta untuk menunggu di ruang tamu. Sementara pelayan tersebut bergerak mengambilkan minuman.
Baiklah, aku sudah mengumpulkan semua pengetahuanku tentang vampir yang ku dapatkan juga dari Valerie.
Akhirnya sang pangeran keluar.
Baru kali ini aku melihat Jason seperti pria pada umumnya. Maksudku, memakai pakaian santai. Celana jeans navi, kaus polos berwarna abu-abu dengan potongan V di lehernya, dan jaket denim berwarna hitam.
Rambut coklat keemasannya terlihat sedikit berantakan. Dan begitu dia berdiri di hadapanku, wangi khasnya benar-benar membuatku bungkam.
Kenapa pengaruhnya sangat kuat bagiku? Aku tak pernah merasakan hal aneh seperti ini sebelumnya.
"Aku senang kau datang, Miss Alisca." Ucap Jason dengan lembut.
"Mr. William, sebenarnya aku.."
Tiba-tiba saja ia mengulurkan tangannya padaku sebelum aku melanjutkan kalimatku.
"Aku ingin membawamu ke suatu tempat," Bisiknya sambil meraih tanganku.
"Kemana?"
"Tempat yang akan menjadi bukti, kalau yang aku katakan adalah nyata, Miss Alisca"
Aku sangat tidak sabar, hingga aku langsung beranjak dari dudukku.
Jason menggandeng tanganku menaiki tangga rumahnya.
"Apa kau tinggal sendirian Mr. William? Di rumah sebesar ini?"
"Aku selalu tinggal sendirian, Miss Alisca. Rumah ini, adalah rumah rahasiaku. Aku lebih banyak menghabiskan waktu di apartemenku yang cukup dekat dengan perusahaanku" Jawabnya dengan nada yang kupikir sedikit menyombongkan diri.
Well, dia orang kaya. Entah dimana lagi ia memiliki aset besar, dan aku tidak perlu tahu itu.
"Kau siap, Miss Alisca?"tanya Jason saat kami sampai di depan sebuah pintu.
Aku mengerutkan kening bingung, siap untuk apa sebenarnya?
Jason membuka pintu tersebut dan menggandengku masuk.
Tapi dalam hitungan detik, aku berada di sebuah hutan. Banyak tumbuhan liar, pohon-pohon pinus yang menjulang tinggi. Ya ampun, aku dimana? Aku berbalik dan pintu yang tadi kita lewati telah menghilang.
"Ini adalah Ensmer, Miss Alisca. Tempat bangsamu berada"bisik Jason sementara aku masih mengedarkan pandanganku ke sekitar.
Ini Ensmer. Aku tak percaya tempatnya sangat asri dan bagus. Langitnya cerah dan indah.
"Jadi, semua vampir berdarah campuran berada disini?"tanyaku.
"Tidak semua, tapi sebagian besar, mereka yang hidup berkelompok disini. Sisanya, memberanikan diri untuk pergi berbaur dengan manusia" Jawab Jason sambil mengulurkan tangannya lagi, aku menyambutnya dengan tenang.
Aku sangat suka setiap kali dia menggandeng tanganku. Rasanya nyaman dan aman.
Kemudian kami sampai di depan sebuah tempat yang dikelilingi oleh kayu dan tanaman rambat yang indah.
Jason berhenti melangkah dan melepaskan gandengan tangannya.
"Mereka di sana. Kau lihat?"
Pandanganku berlalih pada area di dalam lingkaran kayu dengan tanaman rambat ini. Memang ada beberapa rumah bertingkat yang terbangun saling berdekatan.
Orang-orang di sana terlihat sibuk dengan aktivitas mereka. Ada yang sedang bercocok tanam, memotong kayu, anak kecil berlarian. Pada dasarnya, mereka tidak terlihat berbeda dengan manusia pada umumnya.
"Mereka terlihat seperti manusia biasa?"
Kemudian Jason menunjuk sesuatu di balik sebuah rumah seorang pria yang sedang memotong seekor ayam.
Dia menadahkan langsung darah ayam itu ke dalam gelas, aku terbelalak kaget karena pria itu dengan santainya memberikan darah ayam itu kepada seorang anak kecil.
Aku melihat prosesnya langsung, dan itu menjijikan. Tapi selama ini aku juga meminum darah itu.
"Apa kau ingin mencoba masuk? Miss Alisca?" Bisik Jason membuatku mengalihkan perhatianku padanya.
Tiba-tiba saja aku melihat wajahnya menegang. Apa yang salah? Dia menawarkan untuk masuk, tapi ekspresi wajahnya menunjukkan kalau seolah-olah dia tak ingin aku masuk.