Aku menghembuskan nafasku kesal. Kemudian segera memakai jaketku dan memasukkan ponselku.
"Kau akan pulang?" Tanya Jason membuatku mengerutkan kening.
"Tentu saja, hari ini aku harus pulang. Besok aku baru akan resmi pindah ke sini, Mr. William" Jawabku.
Jason mengangguk kemudian mengambil kunci mobilnya. Ia kembali menuntunku menuju lift.
Kemudian ponselnya berdering saat kami baru saja sampai di garasinya.
"Ya, kirimkan saja melalui email, aku akan membahasnya 1 jam lagi ..."
Oh, sepertinya dia benar-benar orang sibuk. Tapi serius, dia selalu menggunakan kalimat-kalimat perintah yang efektif.
"Jika kau harus mengerjakan sesuatu, aku tidak apa, mungkin David akan mengantarku" Ucapku begitu Jason menyelesaikan percakapannya di telepon. Dia menoleh padaku sebentar.
"David sudah ku suruh pulang Miss Alisca. Lagi pula ini bukan masalah penting" Jawab Jason sambil menaruh tangannya di punggungku lagi,menuntunku menghampiri salah satu mobilnya.
Dan ia kembali memakai mobil SUV biru navi nya. Mobil yang aman bagiku untuk ke rumah.
"David kau suruh pulang? Apa terjadi sesuatu dengannya?" Tanyaku sedikit khawatir.
"Ya, ia harus menemani terapi istrinya. Lagipula, aku pikir kau tidak pulang" Jawab Jason sambil memakai sabuk pengamannya. Kenapa tiba-tiba aku merasa bersalah? Membiarkan Jason mengantarku sendiri ke Manchester malam-malam begini.
"Jason, aku minta maaf. Aku mungkin bisa meminta Rachel atau Joe menjemputku. Aku serius," Ucapku sebelum Jason menyalakan mobilnya.
Jason mengalihkan pandangannya padaku, menatapku dengan lembut.
Aku rasa aku akan meleleh lagi sekarang.
"Memastikan keselamatanmu adalah kewajibanku, Miss Alisca" Bisiknya membuatku tersenyum geli. Entah aku merasa senang atau aku ingin tertawa karena ini lucu. Tiba-tiba saja Jason jadi seperti seorang pegawai asuransi.
"Ada yang lucu, Miss Alisca?" Tanya Jason menyeringai ke arahku . Kemudian ia mulai melajukan mobilnya keluar garasi.
Aku menggelengkan kepalaku pelan dan menatap keluar jendela mobil. Jalanan kota London di malam hari terlihat indah. Orang-orang masih disibukkan dengan aktivitas mereka. Tiba-tiba saja aku rindu dengan pekerjaanku.
"Jadi, selain dari jam-jam yang sudah ditentukan, aku tidak boleh menanyakan informasi dari mu?" Tanyaku memecah keheningan diantara kami.
Jason memberhentikan mobilnya saat lampu lalu lintas menyala merah.
"Aku senang memberikanmu informasi, Miss Alisca. Tapi jika aku memberimu informasi setiap saat, itu sangat tidak menguntungkanku" Jawab Jason tersenyum kecil. Dan hal itu menular padaku. Ya, aku tahu maksudnya, tapi aku tak tahan untuk meledeknya.
"Kenapa?"
"Kau tahu alasannya, Miss Alisca."
"Aku tidak tahu secara spesifik, Mr. William"
Aku terus menatapnya dengan senyum geli. Aku lihat dia mulai terlihat gelisah saat kembali melajukan mobilnya.
Kemudian tanpa menatap ke arahku, ia menjawab, "Karena setelah kau mendapatkan semua informasi itu, kau tidak membutuhkanku lagi, Miss Alisca."
Aku tertegun mendengar jawabannya barusan yang membuat senyumku menghilang saat ini juga. Ada nada kesedihan saat ia mengucapkan kalau aku tidak membutuhkannya lagi.
Dan itu membuatku berpikir. Apa yang sebenarnya aku butuhkan darinya sampai aku merasa senang berada di sisinya.
Kami sampai di depan rumah bibi Grace. Dan aku mulai membuka sabuk pengamanku. Kemudian tiba-tiba saja Jason meraih tanganku lagi dan menggenggamnya. Sementara kedua matanya menatapku.
"Aku tidak ingin membangunkan orang-orang di rumahmu. Jadi aku tidak akan mengantarmu ke dalam" Ucapnya dan aku mengangguk setuju. Aku tak ingin mereka kembali heboh melihat Jason.
"Dan Miss Alisca, aku akan menjemputmu besok pagi." Bisik Jason lagi. Ia segera berjalan keluar dan kali ini ia lebih cepat membukakan pintu untukku, aku tidak bisa menghentikannya.
"Jason, sebenarnya, kau tidak perlu memperlakukan aku berlebihan." Bisikku hati-hati. Aku hanya ingin mengatakan kalau ia tidak perlu memperlakukan ku istimewa seperti seorang putri.
Walaupun aku menyukainya. Sangat menyukainya.
"Berlebihan? Aku tidak melakukannya. Aku selalu mencobanya, tapi kau menolak terus menerus, Miss Alisca"
"Apa? Menolak?"
"Apartemen, penerbitan buku, mobil, semuanya kau tolak, ingat?"
Oh ku rasa Jason berusaha mengelak. Aku tahu dia mengerti maksudku, dan ia berusaha mengalihkannya ke arah lain.
Apa aku harus bicara terang-terangan untuk jangan menggandengku, jangan menggenggam tanganku, dan jangan menciumku walaupun hanya di pipi atau kening. Kenapa dia berusaha terus mengelak? Atau dia tak mengerti?
"Livia.."
Baiklah, kita lihat pembalasanku Mr. Menyebalkan.
Aku memegang bahu Jason, berjinjit kemudian mencium pipi kananya sekilas.
"Selamat malam, Mr. William." Bisikku tersenyum. Aku jelas melihat wajahnya begitu kaget dan selebihnya, aku tak mengerti ekspresi apa itu. Bibirnya sedikit membentuk senyum.
Aku berjalan menuju pintu rumah dengan jantung berdegup kencang berharap tidak ada satupun keluarga Grace yang melihat aksiku tadi.
Ketika aku membuka pintu, aku melihat Paman George, bibi Grace, dan Valerie duduk di atas sofa. Aku bingung apa yang sedang mereka tunggu.
"Berikan alamatmu di London." Tagih Valerie tiba-tiba saja berjalan ke arahku.
Aku sedikit terkejut. Tapi pertanyaan ini sudah kuperkirakan sebelumnya. Jadi aku memiliki jawaban untuk mengelak. Aku tak mau memberikan alamat apartemen Jason.
"Nanti aku kirim lewat sms, Val.." Jawabku.
Valerie terlihat merenggut kemudian memelukku dengan keras.
"Bagaimana bisa tiba-tiba kau pindah ke London? Kau tidak bercerita apapun. Dan kau kabur begitu saja?"
Ya ampun kenapa semua orang menjadi sangat berlebihan karena ini? Jika ini dilakukan oleh Mrs. Lily aku tidak akan heran. Tapi Joe, Rachel, bahkan Valerie yang menyebalkan, tiba-tiba saja menjadi seperti ini.
"Val, aku tidak kabur. Aku hanya pindah kerja di London. Dan bukan di planet lain"ucapku tertawa setelah melepaskan pelukan darinya.
Valerie terdiam sejenak. "Kau tertawa? Kau bisa tertawa?"
Oh ya Tuhan, di saat seperti ini dia bahkan mengatakan hal ini. Dasar Valerie menyebalkan.
"Ya, ku rasa London tempat yang bagus untukmu, Liv. Kau terlihat sangat bahagia, sweetheart"ucap Grace tersenyum tulus. Terlihat bahagia? Apalagi ini? Apa mereka mencoba basa-basi? Tidak mungkin, mereka bukan tipe orang yang suka basa basi denganku.
"Baiklah, Liv, besok kau berangkat pukul berapa? Aku akan mengantarmu"ucap paman George.
"Oh, pagi. Tapi kau tak perlu repot paman, akan ada temanku yang menjemput besok pagi"jawabku tersenyum.
Kemudian Grace tiba-tiba saja melirik padaku sambil tersenyum lebar.
"Pria bernama Jason itu yang akan menjemputmu?"tanya Grace membuat semua perhatian tertuju padanya saat ini. Terutama Valerie yang terlihat menaruh perhatiannya penuh pada ibunya.
"Jason?"
"Bukan apa-apa. Hanya teman. Baiklah aku akan berganti pakaian lalu, bagaimana kalau kita minum teh? Aku akan membuatkan pie juga" Ucapku antusias kemudian buru-buru masuk ke dalam kamar, meninggalkan mereka bertiga yang termenung saling menatap.
Ini pertama kalinya kan aku bersikap kekeluargaan? Entahlah aku merasa diriku lebih hangat dari sebelumnya. Mungkin karena efek Jason, atau karena aku baru menyadari orang-orang disekitarku ternyata sangat menyayangiku.
***
Setelah acara minum teh dan makan pie selesai, aku kembali ke kamarku dan mengecek kembali barang-barangku yang mungkin belum ku bawa.
Tapi ku rasa, semua barang-barang pentingku akan ku tinggalkan di kamar ini. Bagaimanapun, rumah ini akan selalu menjadi rumahku.
Saat ini aku sedang mengobrol dengan Joe dan Rachel di grup chat kami. Rasanya sudah lama kami tidak mengobrol, padahal baru tadi pagi berpisah. Aku masih terkejut dengan reaksi mereka berdua saat aku harus keluar.
Ternyata selama ini mereka memperdulikanku. Semua orang disekitarku, sebenarnya memperdulikanku, hanya saja aku yang menutup diriku.
Kami memutuskan untuk bertemu di hari minggu untuk makan bersama.
Kemudian sambil menunggu balasan lain dari mereka, aku kembali fokus pada buku catatanku dan sebuah buku tebal tentang vampir yang tadi ku pinjam dari Valerie.
Tidak ada informasi pasti mengenai vampir pureblood dan vampir berdarah campuran. Tapi disini di jelaskan kalau vampir adalah makhluk abadi yang haus darah.
Mereka menawan dan dingin. Jason memang menawan, terkadang dia dingin, terkadang hangat.
Dia tidak terlihat haus darah, tapi terlihat sangat membutuhkan darah.. darahku. Aku baru sadar kalau seulas senyum muncul di wajahku yang memanas. Kenapa aku merasa jauh-jauh lebih bersemangat setelah bangun tidur tadi?
Kemudian, bunyi ponselku membuyarkan lamunanku sejenak. Ada pemberitahuan sms dari Jason. Aku segera membukanya.
Dari : Jason
Jangan tidur terlalu larut, Miss Alisca. Besok kau harus bangun sangat pagi.
Ya ampun. Bagaimana dia bisa tahu aku belum tidur? Aku membuka jendela kamarku untuk memastikan dia tidak diluar. Aku tak menemukan mobilnya, ataupun dia di sekitar rumahku.
Untuk : Jason
Kau sedang memata-mataiku, MR. JASON J. WILLIAM? Bagaimana bisa kau tahu aku belum tidur?!
Tak kurang dari satu menit, aku kembali mendapatkan balasan sms darinya.
Dari : Jason
Aku benar, rupanya. Aku tak akan memata-mataimu Miss Alisca. Aku hanya menebak.
Haruskah aku mempercayai Mr. Yang bisa melakukan apa saja ini?
Dari : Jason
Jangan terlalu banyak berfikir, Miss Alisca. Sebaiknya kau beristirahat, dan SEGERALAH TIDUR.
Oh ya ampun, apa barusan dia memerintahku? Atau membentakku?
Untuk : Jason
Aku tahu besok aku harus bangun sangat-sangat pagi. Dan jangan memerintahku, atau membentakku.
Selamat malam.
Dasar orang menyebalkan. Bagaimana jika aku harus satu atap dengannya besok? Ku harap dia akan sering pulang ke rumahnya dari pada apartemennya.
Ponselku berdering lagi, dan ini sms dari Jason.
Dari : Jason
Aku tidak sedang memerintahmu, atau membentakmu. Aku hanya menekankan.
Jangan protes, dan segeralah tidur. Atau aku akan ke sana dan memastikan sendiri kalau kau tidur.
Jangan balas pesanku. Dan tidurlah.
Tanganku ingin sekali membalas sms darinya dan mengatakan dengan tegas kalau dia berani ke rumahku dan menguntitku, aku akan pastikan memukul bokongnya keluar.
Oh sepertinya aku tidak bisa melakukannya. Baiklah, aku harus ke tempat tidur sekarang.
Semoga besok pagi, mood ku sudah kembali bagus.
***
"Selamat datang Olivia,"
Aku terbangun di tempat yang sangat terang. Dan sepertinya tubuhku berada di atas rumput-rumput hijau yang hangat.
Aku mengedipkan kedua mataku beberapa kali hingga aku dapat melihat dengan jelas kalau aku dikelilingi oleh orang-orang dengan gaun putih selutut dan mahkota dari bunga-bunga yang indah, sementara yang laki-laki memakai celana panjang putih dan kemeja besar yang juga berwarna putih dipadu garis keemasan di pinggiran bajunya.
Mereka menatapku sambil tersenyum. Kemudian langit berubah menjadi gelap. Sangat gelap hingga aku kesulitan untuk melihat dengan jelas.
Orang-orang itu menghilang dan di gantikan oleh orang-orang bergaun hitam panjang hingga menutupi kaki, wajah yang sangat pucat, sementara yang laki-laki memakai jubah besar. Mereka semua menatapku tajam dan salah satu dari mereka mendekatiku.
"Selamat tinggal, Olivia.." bisiknya sambil memegangi leherku. Ia membuka mulutnya lebar hingga memperlihatkan gigi-gigi taringnya yang mengerikan. Dan aku menjerit sekuat tenaga.
Aku terbangun lagi dan aku melihat wajah Jason ketika membuka mata. Aku masih bermimpi?