Aku terbangun lagi dan aku melihat wajah Jason ketika membuka mata. Aku masih bermimpi?
"Hei, kau mimpi buruk?" Bisik Jason sambil mengelus pipiku dengan lembut. Aku segera bangkit dan duduk di tempat tidurku sementara Jason duduk di hadapanku sambil menatapku.
"Kenapa kau ada di sini?" Tanyaku masih berusaha mengatur nafasku. Ya ampun, bagaimana bisa Jason di kamarku? Dan apa dia memerhatikanku sejak tadi saat aku mimpi buruk? Sangat memalukan!
"Aku sudah katakan, aku akan memastikan sendiri kalau kau benar-benar tidur, Livia." Jawab Jason membuatku terbelalak tak percaya. Jadi benar dia datang untuk mengawasiku?
"Tentu saja tidak, Livia. Aku berniat membangunkanmu untuk menjemputmu. Dan Mrs. Michaelson sendiri yang memintaku masuk ke dalam kamarmu" Bisik Jason tersenyum geli melihatku.
Oh Tuhan! Ini keterlaluan. Dia bertemu Grace? Bahkan Grace mengizinkannya masuk ke dalam kamarku. Tidak mungkin. Lagipula ini.. baru jam 05:00 pagi! Dia benar-benar menyiksaku.
"Cepatlah bersiap, Livia. Mereka sudah menunggumu di luar." Bisik Jason sambil mengacak rambutku pelan kemudian berjalan keluar.
Aku bahkan belum sadar sepenuhnya dari mimpi burukku.
Aku segera berlari menuju kamar mandi, mandi secepat yang ku bisa, kemudian memakai celana jeans-ku, kaus, dan juga jaket jeans-ku.
"Livia, kau benar-benar luar biasa. Pantas saja kau sangat bersemangat ke London. Kau bersama dengan seorang malaikat, Liv!" Oceh Valerie yang memasuki kamarku. Oh gadis remaja seperti Valerie tentu saja akan terpesona juga oleh Jason.
Dan aku yakin, Jason memperlakukan wanita dengan baik, makanya banyak dari mereka begitu tergila-gila padanya. Aku harap itu tidak terjadi padaku. Aku harap otakku masih terus waras.
Aku mengikat rambutku dengan cepat kemudian memakai sepatuku.
"Dia hanya teman Val.."jawabku meyakinkan.
"Benarkah? Menjemputmu sepagi ini dan membangunkanmu dengan cara menciummu? Oh Liv! Aku juga ingin!"
"Apa? Menciumku?" Tanyaku tiba-tiba saja merasa nafasku tersangkut di tenggorokan. Siapa menciumku? Jason? Apa dia mencium pipiku lagi?
"Maaf, Liv. Aku hanya sedikit mengintip. Ibu juga. Karena kami sangat senang." Ucapnya heboh.
"Apa lagi yang dia lakukan padaku Val?"tanyaku dengan kesal. Oke aku hanya berusaha menutupi rasa maluku. Wajahku mungkin sudah memerah.
Tunggu, apa yang dilakukan Jason di luar? Aku buru-buru keluar dari kamarku dan tercengang melihat paman George yang mengobrol akrab dengan Jason. Bagaimana bisa? Apa yang mereka bicarakan?
"Aku berangkat sekarang," Ucapku mengalihkan perhatian mereka semua.
Kemudian Grace menghampiriku dan kembali memelukku. Begitu juga George dan Valerie.
"Hati-hati.." Ucap Valerie sambil mengedipkan matanya pada Jason. Oh my, anak ini benar-benar.
Dan Jason malah balas tersenyum! Aku segera menarik tangannya keluar dari rumah.
"Jangan main-main dengan Valerie, dia masih di bawah umur" Peringatku dengan tegas begitu kami berjalan menuju mobil.
"Aku tidak akan macam-macam padanya, Miss Alisca. Tapi ku rasa dia cukup menarik" Jawab Jason memancingku untuk memukul lengannya. Kemudian ia membukakan pintu mobil untukku.
Sebenarnya aku ingin membahas soal apa yang dilihat Valerie saat ia mengatakan kalau Jason menciumku saat aku tertidur.
Tapi aku yakin itu akan membuat suasana di antara kita jadi canggung. Baiklah, aku akan berusaha melupakannya.
Mungkin Valerie hanya melebih-lebihkan.
"Apa yang kau bicarakan dengan paman George?" Tanyaku membuka pembicaraan. Jason melirikku sebentar kemudian tertawa kecil.
"Hanya membicarakan masalah olahraga. Kebetulan kami memiliki hobi yang sama. Dia bilang, dia cukup pandai bermain golf"
Aku memutar mataku padanya tak percaya. Golf. Seorang vampir bermain golf? Serius?
Baiklah, aku berusaha mengerti Jason meskipun tak ada penjelasan banyak mengenai dirinya. Aku sendiri masih mencari tahu kenapa aku melakukan ini? Haruskah aku pergi ketika aku menemukan vampir yang setipe denganku dan meminta informasi lebih padanya?
Tapi aku rasa, aku hanya berusaha untuk menyangkal perasaan ku pada Jason. Mungkin seharusnya aku membatasi diriku dan mengatakan pada Jason untuk jangan memberikan hal-hal yang manis lagi padaku.
Ku rasa Daniel pernah melakukannya padaku, melakukan hal-hal yang manis. Tapi hal itu tak berpengaruh banyak padaku. Tak sebanyak yang ku rasakan dari Jason.
Dan aku benci jika alam bawah sadarku selalu saja membandingkan Jason dan Daniel.
Baiklah, sudah ku putuskan. Aku akan menganggap semua perlakuan Jason adalah hal yang dilakukan oleh seorang kakak laki-laki.
Tanpa sadar, mobil Jason sudah memasuki garasi apartemen. Ia segera keluar dan membukakan pintu untukku. Kembali menggandeng tanganku menuju lift.
"Apa tidur mu nyenyak?" Tanya Jason saat kami di dalam lift.
Aku rasa dia sedang kehabisan bahan percakapan hingga menanyakan hal itu. Dan itu membuatku hampir tertawa keras.
"Ya, tidurku cukup nyenyak, Mr. William."
"Tapi kau terbangun dengan gelisah, Miss Alisca." Jawab Jason sambil menatapku. Oh ya, dia pasti melihat ekspresiku saat mimpi buruk itu.
Jason menggandengku menaiki tangga dan kami kembali ke ruangan gelap ini.
Aku menarik nafasku dalam-dalam mempersiapkan diri.
"Siap Miss Alisca?" Tanya Jason.
Kemudian aku menganggukkan kepala. Aku berjalan menuju kursi itu dan duduk dengan tenang.
"Kau terlihat lebih berani dari sebelumnya, Miss Alisca" Bisik Jason saat aku membuka jaketku.
"Jason, apa yang akan terjadi jika kau tidak meminum darahku?" Tanyaku begitu saja. Dan Jason terlihat terdiam untuk beberapa detik.
Jason berbalik menghadapku dan menaruh kedua tangannya di tumpuan kursi ini, mengunciku dengan tubuh atletisnya. Ia membungkuk untuk menatap kedua mataku dengan jelas.
"Itu lebih mengerikan daripada semua imajinasi yang kau bayangkan, Miss Alisca." Bisik Jason. Tatapan kedua mata biru itu kembali menghipnotisku.
"Tidak perlu khawatir, Miss Alisca. Akan ada waktunya dimana aku harus melepaskanmu." Lanjutnya sambil mengikat tanganku dengan tali berwarna biru tua.
Saat itu juga aku merasa tubuhku memanas mendengar pernyataan Jason barusan.
"Melepaskanku dan mencari mangsa lagi, Jason?" Tanyaku entah mengapa intonasiku menjadi tinggi.
Jason melakukan hal yang sama. Ia kembali mengunciku dengan tubuhnya, dengan tatapannya juga. Ia menyelipkan sebagian rambutku yang tak terikat di belakang telingaku dengan lembut.
"Aku hanya akan katakan ini satu kali, Livia. Aku tidak akan bisa melakukan ini pada yang lain." Bisiknya kemudian menutupi mataku dengan kain.
Aku kembali menyiapkan diriku ketika kursi ini bergerak naik.
Nafas Jason bisa ku rasakan di sekitar leherku. Dan aku berusaha bernafas dengan normal. Jason memegangi bahuku lagi.
Aku rasa bibirnya sudah menyentuh leherku. Aku mengepalkan tanganku lagi ketika aku merasa bibir Jason mencium leherku berulang kali dengan lembut. Tubuhku kembali memanas dan aku menggigit bibirku.
Kemudian dengan satu kali hentakkan, tubuhku tidak lagi kaget saat Jason menancapkan taringnya di leherku. Rasanya tidak sesakit kemarin, walaupun aku masih merasakan perih.
Tubuhku mulai tenang, dan menunggu Jason menyelesaikan hisapannya di leherku. Tanganku masih mengepal menahan sakit.
Dan akhirnya Jason menarik kembali gigi taringnya. Tubuhku terkulai lemas menyender ke kursi. Aku merasakan bibir Jason yang kembali menciumi leherku hingga ke bahu dengan hati-hati.
Kalau saja kedua tanganku tak diikat, aku ingin sekali menyentuh kepalanya saat ini.
Juga menyentuh rambut coklat keemasannya dengan jariku.
Dan bibir Jason terus bergerak ke atas leherku, kemudian telingaku, rambutku, ya ampun ada apa denganku. Aku benar-benar merasa kehilangan akal.
"Jason.."
"Ini masih bagian spot-ku kan, Miss Alisca?" Bisiknya pelan.
"Ya,"
Nafasku kembali tersenggal-senggal saat ku rasa leherku benar-benar di habisi oleh Jason, kemudian dia berhenti. Sial. Kenapa denganmu Livia.
Aku semakin berpikir apa yang sebenarnya Jason inginkan? Dan apa yang sebenarnya aku inginkan?
Rasanya aku ingin mengatakan ini terang-terangan. Tapi aku tahu Jason sangat sulit ditebak. Entah bagaimana reaksinya.
Penutup mataku terlepas, tali-tali di tanganku pun sudah dilepas. Aku masih merasakan sedikit perih di leherku. Tapi aku masih bisa menahan diriku untuk tetap sadar. Sebuah kemajuan cepat dari kemarin.
"Livia.." bisik Jason pelan. Dia menggenggam tanganku lagi.
"Aku baik-baik saja.. tidak perlu menggendongku, Jason." Bisikku dengan perlahan. Ia meraih wajahku dan kembali mengusapkan jari-jarinya di pipiku.
Membuatku terhanyut untuk beberapa saat seperti seekor kucing yang di elus-elus oleh majikannya. Kau menjijikan Liv!
"Apa kau tidak suka aku melakukannya, Miss Alisca?" Bisik Jason lagi. Kedua mataku menatapnya sekilas. Dan aku membayangkan bagaimana ia menciumku saat aku tidur tadi? Bagaimana dia membangunkanku? Seandainya aku tahu, mungkin aku tidak akan tidur, dan berpura-pura tidur saat ia membangunkanku.
Tapi sekali lagi, pria menawan yang memiliki sisi kejam dan lembut di dalam dirinya ini sangat sulit ditebak.
"Aku selalu gugup saat kau melakukannya." Jawabku pelan karena ekspresi Jason terlihat sangat menunggu jawabanku.
Ia kembali memberiku senyuman seringainya yang sangat sexy.
"Kalau begitu kau harus membiasakannya, Miss Alisca." Bisiknya kemudian mengangkat tubuhku dengan tangan berototnya yang dingin.
Rasanya aku ingin memeluk Jason, mungkin ini kesempatan ku membalasnya. Aku menaruh jariku di dada Jason, kemudian bergerak ke lehernya, naik turun, naik turun, terus begitu sampai ia menangkap pergelangan tanganku.
"Miss Alisca, tolong berhati-hatilah," Bisiknya kemudian membaringkanku di tempat tidurku.
Setelah Jason pergi meninggalkan kamar, aku berusaha untuk tidur.
Tapi banyak sekali pikiran di kepalaku. Dan ini jam 06:45, aku tidak bisa tidur di pagi hari.
Aku kembali berdiri dan menatap diriku di cermin, masih terlihat dua titik yang membekas di leherku.
Aku memejamkan kedua mataku. Aku terus menerus berpikir jernih selama ini. Tapi sejak bertemu Jason, pikiran ku benar-benar kacau. Ayolah Liv, kau harus mencari tahu semuanya secepat mungkin.
Aku harus mendesak Jason memberikan informasi lebih banyak. Tapi bagaimana jika benar kalau aku sudah tak membutuhkannya lagi? Lalu apa dia juga akan terus membutuhkanku? Satu lagi yang menambah daftar pertanyaanku. Apa maksudnya saat dia harus melepaskanku? Ini bisa berarti negatif dan juga positif tentunya.
Dan lagi, sepertinya aku tak bisa menganggapnya sebagai kakak laki-lakiku. Oh ayolah, Livia, pikirkan kembali. Dia memperlakukanmu istimewa hanya karena kau makananya.