Jantungku rasanya berhenti berdetak saat ini. Tanganku lemas hingga ponselku terjatuh di kakiku. Wanita ini mati dengan lehernya yang terkoyak. Dengan perlahan, aku memberanikan diri untuk menoleh padanya.
Vampir itu dalam sekejap sudah berdiri di hadapanku dengan taringnya yang masih terdapat sisa-sisa darah.
"Hai, Olivia." Pria itu menarik tubuhku ke dinding dengan tangan kanannya mencengkram leherku. Kedua mata merahnya menatapku dengan tajam.
"Well, Well.. menyenangkan sekali bertemu dengan gadis cantik putri dari si penyihir Olivia itu. Kalian memiliki nama yang sama.. sangat menarik."
Penyihir bernama Olivia?
Pria itu semakin mencengkram leherku hingga aku mulai kesulitan bernafas.
Ia memiringkan leherku, berbisik dengan sangat pelan dan penuh penekanan.
"Vampir berdarah campuran yang sangat menjijikan."
Aku tak tahu kenapa aku menangis. Apa yang sebenarnya ia ketahui tentang orang tuaku?
Dia kembali memutar kepalaku menghadapnya. Ku rasa mencoba menakutiku dengan gigi taringnya.
"Kau sangat berani rupanya, Olivia." Bisiknya saat aku balas menatapnya. Entah apa yang membuatku berani menatapnya terus. Aku yakin kedua mataku membulat padanya.
Dan tiba-tiba saja ia melepaskan cengkramanku dan meringis seperti kesakitan. Aku tak mengerti, tapi aku lega bisa bernafas lagi.
"Darah pengkhianat menjijikan!" Bentaknya melemparku hingga menghantam dinding lagi. Aku terjatuh dan kepalaku rasanya sakit.
Aku rasa aku akan mati sekarang, saat pria bermantel itu menghampiriku dengan cepat sambil membuka taringnya.
Dan seseorang melemparnya keras menjauh dariku. Mereka berdua saling menggeram dengan sadis. Jason dan pria bermantel itu.
Pria bermantel itu mencoba menyerang Jason yang menghalanginya untuk menggapaiku. Tapi Jason kembali menyerangnya. Jason terus bergelut dengan pria bermantel itu dan menjauh dari gang. Kemana mereka?
Tubuhku rasanya sangat sakit. Pikiranku kacau. Dan mayat wanita ini masih ada di tengah-tengah gang.
Aku menangis melihat semua kengerian ini. Aku hampir terbunuh. Dan jika aku tak salah dengar, aku mendengar suara sirine mobil polisi di tengah kegelapan malam.
Aku mencoba berdiri dan bersiaga karena beberapa orang berjalan mendekati gang. Mungkin polisi, mungkin juga vampir.
Aku bergerak mundur untuk bersembunyi, dan yang muncul adalah dua vampir.
"Livia.. kau baik-baik saja?" Tanya Anna segera menghampiriku. Ia membuka menutupi bahuku dengan sweater karena kemejaku juga sedikit robek dan tubuhku penuh luka-luka.
"Masih bisa diselamatkan." Ucap Nathan yang sepertinya baru saja memeriksa wanita itu. Masih bisa diselamatkan? Apanya? Kondisinya sudah terlihat tercabik-cabik.
"Baiklah, kau duluan, Nathan" Ucap Anna. Nathan melirik ke arahku.
"Livia, kau akan baik-baik saja." Ucapnya kemudian mengangkat tubuh wanita itu, memanjat bangunan ini dan menghilang dari pandanganku.
"Livia.."
Aku menoleh saat seseorang memanggilku lagi. Ternyata Daniel dan dua polisi dibelakangnya.
"Ternyata benar, kau yang melakukan panggilan darurat. Apa yang terjadi Liv? Seseorang menyerangmu?" Tanya Daniel sementara dua polisi lainnya menyusuri gang untuk menyelidiki.
"Ya, tapi aku sudah baik-baik saja." Ucapku pelan.
"Baiklah, biar aku antarakan kau ke rumah sakit." Ucap Daniel. Aku melirik Anna yang menatapku dengan tenang. Aku ingin tahu bagaimana kondisi Jason.
"Tidak perlu,Daniel. Terimakasih. Aku akan pulang bersama temanku." Jawabku. Kemudian Anna menuntunku untuk mengikutinya. David juga ada disini dengan mobil Mercedes-benz hitam. Mungkin dia kesini bersama Jason tadi.
"Miss Alisca,"
"Livia akan bersamaku. David, sebaiknya kau kembali ke apartemen dan tolong periksa keadaan Mrs. Elise." Ucap Anna. Suaranya begitu lembut dan ramah. Sangat berbeda dengan Jason yang dingin.
"Baik, Miss William." Sahut David. Aku sempat membalas senyum David yang kemudian masuk ke dalam mobil. Sementara Anna membantuku masuk ke dalam mobil LeFerrari warna merah miliknya yang nampak elegan dan cocok untuk wanita ini.
"Ku dengar Jason tidak mengizinkanmu mengendarai mobil. Apa itu benar?" Tanya Anna memecah keheningan dan ketegangan di dalam mobil selama perjalanan.
"Ya, aku tidak diizinkan mengendarai mobil oleh siapapun. Bahkan oleh paman dan bibiku."
Anna melirik ke arahku sambil mengerutkan kening keheranan.
"Kenapa?"
"Konsentrasiku mudah terganggu. Dan karena aku pernah merusak mobil pamanku saat usiaku 15 tahun karena mencoba kabur dari rumah." Jawabku membuat Anna tertawa pelan. Dan itu menular padaku.
Memang saat itu aku merasa sangat konyol berpikiran ingin kabur dari rumah hanya karena terus bertengkar dengan Valerie.
"Dan kau pasti menyesal, Livia."
"Tentu saja. Itu konyol. Dan membuatku tak diizinkan mengendarai mobil selamanya."
"Tentu tidak, Liv. Jika kau mau, aku akan mengajarimu mengendarai mobil"sahut Anna kemudian kembali menoleh padaku dan melanjutkan, "Tentunya tanpa sepengetahuan si Jason yang over protective itu."
Aku tertawa mendengar mereka sekarang terdengar saling mengejek seperti saudara pada umumnya. Bukan vampir yang kaku. Ya, walau tak sepenuhnya.
Jika Joe dan Rachel disini, mungkin mereka akan memaki cara melucu para vampir ini.
"Anna, apa kau bisa membaca pikiran juga seperti Jason?"
"Dalam keluarga kami, hanya Jason yang memiliki kelebihan itu Liv. Jika kau ingin tahu, kelebihanku adalah kepekaan dalam penglihatan dan pendengaran, semacam insting pemburu." Jawab Anna membuatku terbelalak kaget. Insting pemburu? Vampir pemburu?
"Kalau Nathan, kelebihannya adalah pandangan transparan. Dia bisa mendeteksi organ dalam manusia khususnya vampir."
Waw. Aku hampir tersedak. Melihat organ dalam? Itu mengerikan.
Itukah alasannya bisa menjadi dokter?
"Tapi kau tahu? Jason sering frustrasi saat ia tak bisa membaca pikiranmu. Itu membuat Nathan meledeknya puas. Karena selama ini, Jason mengalahkannya dalam hal membaca pikirannya." Ucap Anna tertawa. Ia memarkirkan mobilnya di halaman rumah berukuran besar.
Aku pernah ke sini satu kali. Ini adalah rumah rahasia Jason yang sangat besar dan berdesain kuno. Yang berada di perumahan paling ujung. Ku rasa tak akan ada orang yang melewatinya. Pagar coklat keemasan menjulang tinggi, dan aku baru sadar betapa luasnya halaman rumah ini bahkan saat malam hari.
"Livia, kau akan diobati oleh Nathan di dalam. Apa kau ingin dibuatkan sesuatu?" Tanya Anna saat menuntunku masuk ke dalam rumah ini.
"Tidak, terimakasih Anna." Jawabku berusaha tersenyum. Tunggu, apakah ini artinya Nathan akan melihat organ dalam tubuhku?? Kenapa rasanya sangat aneh.
Tapi dibandingkan dengan Jason yang akan membawaku ke rumah sakit besar dengan ruang perawatan nomor satu, aku lebih nyaman berada di sini.
"Mrs. Eve, tolong siapkan teh hangat dan beberapa makanan." Ucap Anna pada seorang pelayan wanita berambut pirang yang terlihat masih muda. Pelayan bernama Mrs. Eve itu mengangguk patuh dan berjalan ke belakang.
"Mrs. Evelyn, tolong belikan beberapa pakaian baru untuk Livia. Mr. Johnson akan mengantarmu" Ucap Anna sambil memberikan kartu kreditnya pada pelayan wanita berambut hitam yang tersenyum ramah itu.
"Anna, tidak perlu.."
"Liv, kau boleh menolak semua pemberian Jason. Tapi kau tidak boleh menolak ini dariku." Ucapnya tersenyum senang.
"Lewat sini, Miss Alisca." Ucap Nathan tersenyum sambil menunjukkan sebuah ruangan. Anna tertawa kemudian memukul lengan Nathan.
"Dia sedang bercanda, Liv." Bisik Anna sambil menemaniku masuk ke dalam ruangan ini. Di sini, ada ranjang rumah sakit yang lebar. Dan beberapa alat kedokteran yang tak ku mengerti.
Nathan mengisyaratkan aku untuk berbaring di atas tempat tidur.
Ia memeriksa bola mataku. Kemudian memejamkan kedua matanya dengan ibu jarinya yang menempel di pergelangan tanganku.
Aku melirik pada Anna, dan Anna mengisyaratkan ku untuk tenang saja.
"Oke, semuanya baik. Tidak ada tulang yang patah. Oh, pergelangan kaki sebelah kirimu sedikit retak." Ucap Nathan menjelaskan. Kemudian ia beralih pada kakiku. Pantas saja kaki ku terasa sangat sakit.
"Well, kau cukup kuat Livia. Jika manusia biasa, mungkin akan mengalami keremukan tulang yang parah karena lemparan tadi"lanjut Nathan sambil mengobati pergelangan kaki kiriku. Ya memang, tubuhku berulang kali menghantam dinding, dan aspal. Aku pikir aku akan mati saat itu juga. Kekuatan vampir pureblood memang mengerikan.
"Dimana Jason?" Tanyaku sambil berusaha untuk bangun.
"Ya, ku rasa masih harus mengurus sesuatu dengan vampir itu. Kau akan tahu bagaimana marahnya Jason saat ini." Jawab Nathan dengan santainya.
Aku mengerutkan dahiku. Marah? Apa yang dilakukan Jason? Apa membunuh vampir itu? Tidak mungkin.
"Baiklah, Livia, kau harus membersihkan dirimu dan makan malam. Jika kau sudah cukup beristirahat, kita akan lanjutkan pembicaraan." Ucap Anna menuntunku untuk keluar dari ruangan ini. Ia menunjukkan sebuah kamar yang cukup luas. Di sini, sudah ada beberapa pakaian untukku.
"Aku harap kau menyukainya, Liv. Oh, ya aku menyarankan ini, kau pasti cantik mengenakannya." Ucap Anna meraih sebuah baju terusan selutut berwarna biru tua. Sangat feminim untukku.
Dan semua pakaian ini berbentuk rok.
"Aku akan memakainya, Anna." Ucapku sekedar membuatnya merasa tak sia-sia sudah membelikan ini semua.
"Aku punya banyak pilihan sepatu yang mungkin akan membuatmu tertarik juga, Liv." Ucapnya antusias. Aku sampai tertawa geli melihat vampir ini.
"Maaf, Liv. Apa aku terlihat aneh?"
"Tidak, Anna. Aku hanya, mengingat saudara perempuanku."
Yap, sekilas Anna sedikit mirip antusiasnya dengan Valerie. Tapi tentu saja Valerie jauh lebih mengerikan jika sudah terlalu bersemangat.
"Benarkah? Itu memang tujuanku, Liv. Aku selalu membayangkan memiliki saudara perempuan. Sangat memuakkan harus menjalani hari dengan dua pria itu." Jawab Anna cemberut. Wajah pucatnya terlihat lucu.
Dan aku tahu siapa yang ia maksud, Jason dan Nathan.
"Baiklah, aku akan menunggumu di ruang makan." Ucap Anna kemudian keluar dari kamar.
Livia, kau baru saja diserang oleh vampir. Kemudian kau diselamatkan oleh vampir lain dan sekarang aku berada di rumah vampir.
***
Aku melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 10:00 malam. Aku memakai sweaterku untuk menutupi lenganku yang terbuka karena gaun feminim ini, lalu berjalan keluar kamar.
Disini sangat sepi. Aku melihat Anna sedang mengobrol dengan seorang pria yang sepertinya vampir juga. Kulitnya tak sepucat Anna dan Nathan, tapi aku bisa melihat aura biru yang dimilikinya. Apa dia seorang vampir berdarah campuran?
"Hai, Livia. Sudah membaik?"tanya Anna menghampiriku. Aku menganggukkan kepalaku.
Kemudian Anna mengajakku untuk menghampiri pria ini.
"Livia, ini adalah Licoln. Teman satu tim dengan kita"ucap Anna mengenalkan pria bertubuh tinggi, rambutnya berwarna pirang, hidungnya mancung, dan bola matanya berwarna abu.
"Hai, kau Livia?"
Aku menyambut uluran tangannya sambil membalas senyumnya.
"Ya, Livia."
"Dan kau seorang vampir berdarah campuran juga rupanya." Ucap Licoln tertawa ramah. Wah aku merasa memiliki teman sekarang. Maksudku, teman satu bangsaku.
Instingku mulai bekerja dengan baik rupanya. Dia benar-benar vampir berdarah campuran.
"Liv.."
Nathan tiba-tiba saja keluar dari ruangan pemeriksaannya sambil memanggilku.
Raut wajahnya terlihat khawatir. Aku melirik ke arah Anna.
"Bagaimana kondisi Jason?" Tanya Anna dengan cepat. Jadi Jason sudah disini? Aku mengalihkan pandanganku ke arah Nathan yang menghela nafas berat sambil menggelengkan kepalanya.
Apa yang terjadi? Ada apa dengan Jason?
"Liv, ku harap kau mau menemuinya." Ucap Nathan sambil menepuk bahuku.