Biasanya Jason akan langsung meninggalkanku setelah memintaku untuk beristirahat.
Tapi kali ini, Jason ikut berbaring di sebelahku. Menumpu kepalanya di tangan sambil memerhatikan bekas gigitannya di leher.
"Apa masih sakit?" Bisiknya pelan.
"Tidak. Hanya saja aku kehilangan mungkin sekitar 70% energi ku."
Jason tertawa pelan kemudian kembali mencium bibirku lagi sekilas.
"Tidurlah.. aku akan menjagamu" bisik Jason pelan.
"Aku tidak ingin."
"Karena mimpi burukmu?"
Mungkin itu salah satunya. Tapi disisi lain, aku tak mau melewatkan momen bersama Jason saat ini.
"Apa kau mau menceritakan mimpi burukmu? Selama ini aku tak pernah tidur, jadi aku tak tahu rasanya"
Jason bertanya dengan serius sebenarnya. Hanya saja dari kalimatnya mengandung makna menyombongkan diri ku rasa.
"Awalnya aku bermimpi vampir pemburu yang menyerangku. Mimpiku sama dengan bayangan masa lalumu, Jason."
"Bayangan masa laluku?"
"Vampir pemburu itu berdiri di depan orang-orang yang menunduk dan bersimpuh ke arahnya. Lalu mereka berjalan menuju sebuah danau, atas instruksi vampir pemburu itu"
Jason terdiam sejenak, ada raut wajah kekhawatiran saat ia menatapku. Sementara tangannya mengelus rambutku.
"Livia, kau tahu aku bukan pureblood sempurna. Aku tak bisa mendeteksimu tanpa bantuan yang lain,"bisik Jason dan tatapannya berubah menjadi sangat serius dan mengintimidasi, "jika kau merasa ada yang tak beres, tolong beritahu aku, Livia. Agar aku bisa melindungimu"
Ada yang tak beres? Hari ini yang tak beres adalah kemunculan Licoln di dekat kantorku, dia memperhatikanku dan bertingkah mencurigakan.
"Jason, sebenarnya ada yang mengganggu pikiranku."
"Apa itu, Livia?"
"Aku ingin tahu apa yang kau kerjakan bersama Nathan dan Anna."
Tatapan Jason kini berubah menjadi cerah. Ia tersenyum lebar ke arahku, manis sekali.
"Jika kau mau, aku akan membawamu ke tempat rahasia kami. Dan aku akan menceritakan semuanya,"
"Benarkah? Kau akan menceritakan padaku?"
"Aku ingin kau tahu semua tentangku, Livia."
"Itu juga merupakan keinginanku, Mr. William."sahutku dan Jason menarikku ke dalam pelukannya.
"Oh ya, Jason. Tadi siang aku melihat Licoln berada di sekitar kantor W Flawless. Aku rasa, dia sedikit bertingkah aneh."
Jason masih tak mau melepaskan pelukannya. Ia malah semakin erat memelukku dan menyenderkan dagunya di kepalaku.
"Tidak perlu dipikiran, Livia. Aku yang meminta Licoln untuk menjagamu sementara aku di kantor." bisik Jason.
"Menjagaku? Kenapa?"
Ada keheningan yang menyelimuti kami setelah aku menanyakan hal itu. Aku bahkan sampai mendorong sedikit tubuh Jason untuk menatapnya dengan serius.
"Jason kenapa harus ada vampir yang menjagaku?"
Jason terlihat mulai khawatir dan kelihatan serba salah. Ia juga kelihatan sulit untuk mengeluarkan kata-kata.
Aku terus menatapnya sampai dia mau menjawab.
"Well, saat di Manchester, kau bilang kalau kau merasa sedang di awasi hingga kau ketakutan." Bisik Jason terlihat tenang. Pandangannya masih lurus ke arahku. Seolah membaca atau mencoba menebak reaksiku, kemudian melanjutkan kalimatnya,
"Aku menghubungi Anna dan Nathan. Kami menemukan seorang vampir yang memang sedang mengawasimu."
Oh Lord! Instingku tak pernah salah. Yang aku lihat dan aku rasakan selama ini memang seseorang yang sedang mengawasiku.
Bahkan sejak aku pulang ke Manchester. Dia mengawasiku cukup lama artinya.
"Apa kau mengenalnya?"tanyaku berusaha tenang. Walaupun sebenarnya aku mulai merasa panik.
Jason terdiam lagi. Ia seperti sulit untuk menjelaskannya. Dan aku benci saat ia menutupi sesuatu hanya karena takut aku panik atau khawatir.
Aku bangkit dari tidurku, duduk menatapnya dengan tegas.
"Kami masih mencari tahu, Livia. Kami tidak mengenalnya. Tapi, dugaanku sementara, vampir itu adalah seorang pureblood, yang ada hubungannya dengan vampir pemburu."jawab Jason yang memang membuatku ketakutan. Oke tenang Livia. Jangan sampai ketakutanmu menguasai. Sekarang, ada satu vampir - atau mungkin lebih, yang sedang mengawasiku.
"Jason, vampir pemburu yang waktu itu menyerangku.. dia sempat mengatakan sesuatu padaku" ucapku jujur. Kata-kata vampir itu sebenarnya sangat buruk dan tak ingin ku ingat, apalagi diceritakan kepada orang lain.
Jason mengubah posisinya menjadi duduk di hadapanku dan menatapku serius.
"Apa yang dikatakannya?"
"Dia tahu kalau aku.. keturunan darah campuran, darah menjijikan. Dan, dia mengetahui ibuku."
Jason memicingkan matanya ke arahku. Kemudian menarik dagu ku perlahan agar menatapnya.
"Ibumu?"
"Dia bilang aku adalah putri dari penyihir bernama Olivia."
Jason menghela nafas panjang, ia seolah sudah memutuskan sesuatu, ia berbisik pelan, "ikut aku,"
Ia menggandengku menuju kamarnya. Kemudian ia menghampiri rak bukunya. Mengeluarkan sebuah buku dari lacinya.
Buku dengan hard cover berwarna hitam yang kusam. Ia membukanya dengan perlahan dan di dalamnya terdapat lembaran-lembaran perkamen tua.
Aku bahkan tak menyangka bisa melihat buku setua ini dengan tulisan sambung dari pena bulu ku rasa.
"Ini.. buku milikmu?"tanyaku saat Jason sibuk membuka lembar demi lembar buku tersebut yang aku rasa berisi daftar data diri beberapa orang.
"Aku menulis semua data diri makhluk-makhluk yang dikorbankan dalam upacara, Livia"jawab Jason masih fokus mencari. Ia melewati ratusan lembar menuju halaman yang ia tandai dengan sehelai daun. Daun kering ini bahkan tak terlihat rusak.
Sementara aku terkejut di tempatku, Jason memang berbeda dengan vampir lainnya sejak dulu, mana ada vampir yang mendata korbannya? Tapi disisi lain aku berpikir untuk apa? Apa dia melakukannya untuk mencatat berapa banyak korbannya dan mengukur kemampuannya setiap tahun?
"Kau menulis data semua korbanmu?"tanyaku dan aku yakin nada bicaraku terdengar sinis.
Jason berhenti mencari dan kembali menaruh perhatiannya padaku.
"Kau pikir aku menulis ini untuk kepuasanku?"
Jason terdengar marah, dan aku malah merasa bersalah.
"Aku tidak bermaksud.."
"Aku menulisnya agar aku bisa memberikan penghormatan kepada mereka, Livia. Aku mencari semua keluarga yang berhubungan dengan mereka untuk memastikan mereka hidup dengan tenang. Hanya itu yang bisa ku lakukan"ucap Jason lirih namun penuh penekanan. Ia mengalihkan pandangannya dariku dengan cepat. Dan aku memeluk lengannya kemudian mengecup bahunya pelan.
Jason kembali melanjutkan pencariannya di buku. Sampai ia menemukan sebuah nama.
"Ibu mu ada di daftar pemberontak."ucap Jason menunjukkan satu daftar nama. Di sana tertera beberapa informasi.
Nama: Olivia Jean Wington.
Klan: Penyihir murni
Usia: 37 tahun
Keluarga: Robert John Wington (suami/pureblood) dan seorang putri tanpa identitas (berdarah campuran)
"Bagaimana kau mengetahui data ini Jason?"
"Aku membaca pikirannya. Setiap korban akan memikirkan keluarganya disaat-saat terakhir mereka."jawab Jason.
Seorang putri tanpa identitas? Aku seorang putri tanpa identitas? Kenapa? Dan kenapa ibuku disebut sebagai pemberontak?
"Ibuku dibunuh sekitar 23 tahun yang lalu. Kau sudah keluar dari sana Jason, bagaimana bisa kau mengetahui ini?"tanyaku.
"Aku mencoba menyelamatkannya, dan aku gagal."
Aku menghela nafas mencoba membuat diriku tegar. Sampai Jason kembali melanjutkan penjelasannya,
"Hampir semua korban akan ku temui, mungkin ini alasannya aku bertemu denganmu." Bisik Jason seperti sebuah gumaman.
"Saat itu, aku tak bisa banyak membaca pikiran ibumu, Livia. Saat itu aku hanya tahu putrinya yang tanpa identitas. Aku mencarimu, Livia. Selama ini aku mencarimu."lanjut Jason. Ekspresi wajahnya terlihat cukup terkejut dengan ucapannya sendiri.
"Dan mungkin ini salah satu alasan kenapa kau sulit membaca pikiranku juga," kataku sedikit meledek. Jason tertawa geli mendengar fakta itu. Well, masih ada beberapa hal yang sangat ku bingungkan.
"Kenapa kau masih mencari keluarga korban itu, Jason?"
Jason terdiam. Ekspresi wajahnya kembali murung. Ia menghela nafas, dan aku merasakan nafasnya berat. Ia menundukkan kepalanya sebentar lalu seolah memberanikan diri menatapku.
"Aku merasa bersalah, Livia. Bagaimanapun, aku memiliki bagian dari kerajaan gelap itu" bisiknya melemah. Aku tak pernah melihat ekspresi dan nada suara Jason yang seperti ini. Sangat sedih.
"Jason, kau bukan mereka. Kau berbeda, kau tahu itu." Bisikku pelan.
"Sebagian diriku masih mereka, Livia. Semua ingatan pengorbanan sejak aku kecil, tak akan pernah hilang."
Jason benar. Selama ini dia hidup beratus-ratus tahun dan seorang vampir memiliki ingatan yang kuat.
Ia hidup bagai seorang manusia berusia 20 tahunan setiap tahunnya. Aku tak pernah menyangka ternyata keabadian tak seindah kedengarannya. Manusia beruntung bisa mati dan melupakan semua ingatannya.
"Jason, kau bilang, keabadianmu menghilang.. apa itu artinya,"
"Aku bukan makhluk abadi lagi, Livia. Aku akan mati, entah kapan."
Nah, Livia, pertanyaan bodoh keluar dari mulutmu. Mulai sekarang kau akan dihantui pikiran akan kematian Jason.
Padahal kau sendiri pun akan mati Livia. Mungkin lebih cepat dari Jason.
"Aku juga bukan makhluk abadi. Apa aku akan hidup lebih dari seratus tahun?"
"Tentu, Livia.."
"Dan dengan wajah keriput, rambut putih.."bisikku membayangkan aku hidup lebih dari seratus tahun dengan kulit yang sangat keriput, dan rambut putih yang mulai rontok. Uh, menyebalkan.
Tapi Jason malah tertawa memerhatikanku. Apa dia juga sedang membayangkannya? Sialan.
"Tidak Livia, penuaanmu hanya sampai usia normal seorang manusia. Sekitar 65-70 tahun."
"Sama saja, Jason!" Tukasku sebal. Apa dia pikir kulitku tidak akan keriput di usia itu?
"Memangnya kenapa, Liv? Kau akan tetap cantik," bisik Jason menarikku ke dalam pelukannya.
"Dengan keriput dan rambut putih?" Ledekku. Jason menganggukkan kepalanya. Aku tertawa lagi, kenapa kita berada di topik ini?
Aku mencium bibir Jason sebentar dan Jason membalasnya dengan cepat sampai kepalaku terdorong ke belakang.
Kemudian kami tertawa. Dan ponsel Jason membuatnya harus melepaskan pelukannya.
"Hei, Anna.."
Aku kembali melihat-lihat data dari buku ini. Jika ibuku seorang penyihir, maka kemungkinan ayahku adalah seorang pureblood. Apa dia juga mati karena terhitung pengkhianat? Kalau Jason denganku.. apa dia akan.. oh tidak. Tidak mungkin Jason akan bersamaku. Jangan pikirkan itu Livia.
"Baik, Anna. Aku akan ke sana, bersama Livia.."
Mendengar namaku disebut, aku berbalik menoleh pada Jason yang ternyata sudah selesai dengan percakapannya.
"Ada apa?"
"Anna dan Nathan memiliki informasi bagus. Ikutlah denganku,"ucap Jason sambil meraih tanganku.