BAB 07 : Ada apa dengannya

Setelah kejadian yang ricuh tadi di kelas, sekarang Ibu guru Meldi berhadapan langsung dengan Kepala sekolah.

Sedangkan di ruang guru, para guru cukup iba terhadap Saka atas sikap Ibu Meldi tadi.

"Saya merasa kasian pada saka, dia memang nakal tapi tidak seperti itu juga perlakuannya sebagai guru." Ujar sang guru mapel IPS

"Saya juga pikir begitu, Ibu Meldi benar-benar memalukan para guru."

"Bukan para guru saja, mungkin sekolah ini." Timpal guru lainnya

"Kalian tidak baik berbicara seperti itu buk Meldi juga bagian dari kita, Saya sebagai guru olahraga yang juga mengajar saka tidak ambil pusing dengan sikapnya."

"Saya yang juga mengajar saka, harus banyak-banyak memiliki kesabaran. Kita juga seorang guru, harus bisa memberikan contoh yang baik pada murid²."

"Terkadang seorang anak yang memiliki sikap seperti saka itu, awalnya tidak senakal itu mungkin faktor masalah keluarga atau yang paling sering faktor pergaulan."

"Ya mungkin saja, kebanyakan seperti itu."

Sedangkan di ruang Kepala sekolah sekarang, Ibu Meldi mendapatkan teguran dari sang kepala sekolah.

"Anda seorang guru disini dan tugas anda adalah mengajar, bukan memberi hinaan pada murid sendiri, dan anda telah mengungkit masalah pribadi orang lain. Jika anda di perlakukan seperti itu, apa anda menerimanya begitu saja?." Jelas sang Kepala sekolah

Yang memiliki nama Reagan.

"Saya minta maaf pak, saya telanjur emosional tadi." Ucap Guru Meldi

"Untuk apa anda meminta maaf pada saya?, Seharusnya itu ke saka."

"Saka ibu minta maaf, ibu benar-benar salah karena sudah menjelekkan kamu." Sambil memelas

"Apa anda tahu, saya orang pemaaf tapi ucapan anda tidak akan pernah saya lupakan, sampai kapanpun itu." Balas Saka masih terlihat marah.

"Ibu minta maaf ya, Ibu mohon padamu saka maafkan ibu." Langsung menangis

"Saya memaafkan ibu tapi jangan ulangi lagi apa yang telah ibu katakan ke saya, pada murid lainnya atau bahkan orang lain. Saya permisi!." Saka langsung keluar dari ruangan itu

Orang yang hanya menyimak itu, ikut keluar dari ruangan kepala sekolah itu.

"Dia kenapa?" Batin Reagan

Sedangkan di luar!

"Tunggu!." Langsung menarik tangan saka untuk mengikutinya

"Jangan maen narik!." Saka hanya bisa mengikuti Evans, ya itu adalah Evans yang sedang menarik tangan Saka.

Evans langsung membawa saka masuk ke ruangannya itu, ruang OSIS pribadinya.

"Duduklah." Kata Evans, menggiring saka untuk duduk di sofa

Evans mengambil sesuatu di tas kecil dan mengeluarkannya, yang ternyata itu adalah makanan kotak.

"Apa lapar?." Tanya Evans, lalu duduk berdampingan dengan saka sambil memasang senyumannya

"Gua tanya, lu ngapain bawa gua ke ruang OSIS ini?."

"Pipinya memerah, apa masih sakit?." Evans tidak menjawab pertanyaan saka, dia menyentuh pipi saka yang bekas tamparan itu

Sedangkan saka hanya diam, mungkin bagi saka sangat jarang orang yang peduli dengannya apa lagi di sekolahan, mungkin yang peduli ada teman tongkrongan dan Tante Ela saja.

"Saya pasti memberi hukuman pada Guru Meldi itu nanti." Ujar Evans

Saka menghentikan tangan Evans yang ingin mengompres pipinya menggunakan batu es.

"Gak usah, Ibu Meldi juga gak salah dia cuma emosi dan itu hal biasa. Emangnya lu siapa berani ngomong buat ngehukum Guru Meldi." Remeh Saka, sambil mengangkat alisnya

"Siapa saya?, Ini--." Ucapan Evans terpotong dengan kehadiran seseorang

"Oh ternyata kamu disini saka, saya mencari kamu." Ucapnya yang namanya Reagan kepala sekolah sendiri

"Kenapa?."

"Apa kamu lebih baik?, Saya minta maaf atas tindakan dari Guru Meldi terhadap kamu saya sebagai kepala sekolah sendiri merasa bersalah akan hal ini." Jelas Reagan

"Tidak apa, saya tidak mempersalahkan hal itu."

Evans menatap datar orang yang memotong ucapanya tadi, Reagan hanya mengacuhkan tatapan tajam dari Evans.

"Kalau begitu saya keluar dulu, nikmati waktu kalian." Reagan langsung melangkah pergi dan menutup pintunya kembali

"Kepala sekolah aneh bener?." Saka menatap aneh kepergian Reagan

"Tidak usah peduli dengan itu, apa kamu tidak makan?."

"Ok lah mana makannya, gua bisa makan sendiri." Saka langsung mengambil makanan yang sudah di buka Evans lalu memakannya

Evans hanya bisa menatap saka yang sedang makan, bagi Evans itu adalah pemandangan yang indah.

"Lu beli nasi kotak ini cuma satu?." Tanya saka menatap Evans yang terdiam

"Ya khusus untuk kamu." Jawab Evans dengan tersenyum dan mengacak rambut Saka

"Khusus buat gua? Oh Makasih makanannya, dan suka bener lu ngacak rambut gua ya."

"Kamu menggemaskan." Singkat Evans

"Seterah lu, nah buka mulut lu makan bareng gua." Saka tidak peduli dengan tangan Evans yang mengelus-elus rambutnya, dan memberi sodoran makanannya ke mulut Evans.

Evans dengan senang hati menerima suapan dari saka, dia mengunyah kan makanannya dan tatapan matanya tidak lepas dari saka saat ini.

Saka terus menyuapkan makanan ke Evans, sedangkan saka apa dia merasakan sesuatu? Oh tentunya biasa saja, memang ada yang istimewa?.

"Dah habis lu minum aja dulu, masa iya lu terus minum bekas gua." Ucap saka menyodorkan minumannya

"Sebaiknya kamu dulu, saya tidak masalahkan itu."

"Suka-suka lu dah." Saka langsung meneguk air minumannya, setelah merasa cukup saka menyodorkan botolnya pada Evans.

"Nah minum."

"Ya saya akan meminumnya."

"Gua dah bilang ya, gak usah formal ngomongnya kalok ama gua, rasanya gua gak nyaman aja gitu."

"Saya tidak bisa, memang seperti ini saya berbicara ya."

"Seterah lu, gua mau balik ke kelas dulu makasih makanannya." Saka langsung bangkit dari duduknya

"Kenapa cepat?."

"Ini dah istirahat, gua mau balik ke kelas buat tidur."

"Tidur disini saja."

"Gua gak pengen ngerepotin lu terus, vans." Saka langsung keluar dan meninggalkan Evans sendirian

"Sial!." Umpat Evans