BAB 25 : Masalah

Terlihat para murid berhamburan keluar dari kelas, waktu pulang sekolah sudah berbunyi.

Dan juga terlihat cuaca saat ini, masih mendung. Rintik-rintik hujan pun turun secara perlahan.

Di dalam kelas, sosok saka sudah bangkit dari bangkunya, menyusul yang lain. Lalu dengan gara, dia menghampiri Ronal yang sedang sibuk membereskan alat tulisnya.

"Ehh Ron lu hari ini mau..." Gara mengakhiri kalimatnya dengan nada kecil, karena Ronal langsung melangkah keluar kelas setelah selesai membereskan alat tulisnya.

Gara memasang wajah murungnya, rasanya cukup sakit di abaikan begitu saja, sambil menatap kepergian Ronal.

"Sak tunggu gua!." Gara menyadarkan diri, dan menyusul saka yang sudah keluar dari kelas.

Saka berjalan menuju tempat parkir, lumayan jauh parkirannya dengan arah kelasnya.

"Saka!." Menepuk pundak saka

Saka menoleh pada orang yang menepuk pundaknya, ternyata itu gara sepertinya dia berlari barusan.

"Apa?."

"Tunggu lah, capek gua ini."

Saka memutar bola matanya, lalu melanjutkan langkahnya.

"Aduh, gua bilang tunggu malah di tinggal." Kesal gara, sambil ikut menyusul langkah saka.

Saka tidak menjawab ucapan dari gara, terus melangkahkan kakinya.

"Sak si Ronal kenapa ya?." Dengan ekspresi murungnya.

"Apanya?." Tanpa menatap kearah gara yang sedang berbicara itu.

"Itu dia cuek bener, apa Ronal punya masalah ya?."

"Dengerin, cuek bawaan tapi cuekin itu sengaja."

"Dih malah ngelawak lu, lagi galau gini."

"Kalo ama gua beda cerita." Ucap saka, tidak terasa mereka sudah sampai di parkiran.

"Kenapa sih, selalu suka bikin orang penasaran ama omongan lu itu." Dengan usilnya gara mencubit lengan saka.

"Aduh sakit sat!." Saka memegang lengannya yang baru di cubit oleh gara, sedangkan orang usil itu tertawa terbahak-bahak melihat wajah kesal saka.

"Hahahaha, lu pengen bilang bangsat kan haha?." Sambil memukul-mukul pundak saka.

Saka memasang wajah datarnya, tiba-tiba di kejutkan oleh tamparan keras yang mengenai pipinya, saka langsung menatap orang yang menampar dirinya.

Plak!

Gara juga terkejut melihat seorang siswi yang menampar saka, dia memberhentikan tawanya dengan tatapan kaget.

"LU EMANG SIALAN." Ucapnya dengan lantang, membuat orang yang berada di parkiran mengalihkan perhatiannya.

Saka memegang pipinya yang terasa lumayan panas, karena tamparan orang itu tidak main-main.

"Maksud lu apaan?." Saka mencoba menenangkan emosinya, saat ini yang dia hadapi adalah seorang perempuan.

"MAKSUDNYA APA, INI LIAT!." Siswi itu menunjukkan saka sedang berciuman dengan seseorang.

Gara yang juga melihat terkejut, melihat saka sedangkan berciuman dengan seseorang, gara merasa kenal dengan orang yang di ajak berciuman oleh saka di gambar itu.

Saka mengerutkan dahinya, menatap gambar yang menunjukkan dirinya sedang bercumbu dengan seseorang, dan itu adalah Louis?.

Tunggu, saka merasa aneh dengan gambar yang dia lihat, bukankah itu adalah dia yang saat itu termenung di kelas sendirian, dan itu sekitar dua minggu lalu.

"Ini buktinya, lu emang sialan. Lu udah ngambil Evans, deket ama Raditya, terus sekarang lu ngedeketin orang yang gua suka, maksudnya apa!." Perempuan itu menatap saka dengan penuh kemarahan.

Saka mengepal tangannya, jika bukan perempuan mungkin dia sudah menghajarnya.

"Kenapa diem lu, jawab!."

"Ahhh, gua gak tahu maksud lu." Ucap saka dengan nada bicara santai dan helaan nafas.

"Sak!." Gara menatap saka tidak percaya.

"Diem dulu gar, ini urusan gua!."

Orang-orang yang juga berada di sana, malah menonton keributan itu.

"Lu bilang gak tahu?."

"Emang gua gak tahu." Balas saka

"BANGSAT!." Perempuan itu ingin melayangkan tamparan lagi, tapi langsung di cegah oleh seseorang.

"MAKSUD LU APAAN!." Langsung menepis tangan perempuan itu.

"Jolie." Saka menatap Jolie, memang Jolie lah yang langsung mencegah orang itu.

Sedangkan Jolie tidak menghiraukan panggilan dari saka barusan, dia malah mendorong bahu orang itu.

"Ada masalah apa lu, ama saka hah!." Lantang Jolie, menatap datar perempuan yang di hadapinya itu.

"Lu gak usah ikut campur, ini urusan gua ama saka." Balasnya juga

"Masalah saka adalah urusan gua lah!." Jolie memandang orang yang ada di hadapannya sekarang ini, dan melipat kedua tangannya di dada.

"Jolie stop!." Saka menepuk bahu Jolie, ia menyuruh Jolie untuk mundur.

Gara menjauhkan dirinya dulu, demi keselamatan dirinya agar tidak dapat masalah juga.

"Apa lu tahu, itu gambar hasil dari editan?." Ucap saka, membuat orang dihadapannya itu menatap tidak suka.

"Mana ada editan, ini asli.!"

"Gua tanya dari mana lu dapet gambar itu?."

"Entah gua gak tahu, orang yang ngirim."

"Nah, sekarang lu langsung percaya gitu?."

Perempuan itu terdiam dengan ucapan saka.

"Lu bilang, kalo lu suka ama Louis kan?."

"Iya emang kenapa?." Menatap saka dengan sangar.

"Apa lu habis di tolak ama Louis?."

"Dari mana lu tahu?."

"Tanpa lu sandar, lu kepancing ama umpan itu orang."

Orang-orang yang mendengarkan itu, menatap tidak percaya pada Charly si murid yang di kenal ratu paling anggun di sekolah, dengan wajah yang cantik.

Bisa berbicara seperti itu.

"Terus, orang itu emang sengaja mancing lu buat emosi biar orang-orang yang ngeliat gak percaya ama sikap asli lu sebenernya." Ucap saka, dengan wajah sesantai mungkin.

"Gua emang kenal ama sosok Charly tapi gak ama sifatnya." Lanjut saka

Yang di sebut itu, menatap sekelilingnya ternyata orang-orang menatap kearahnya dengan tatapan terkejut, dan mulai berbisik-bisik tentang dirinya.

"Gua."

"Kenapa?, mungkin orang itu benci ama lu dan dia tahu kalo lu habis di tolak ama Louis, biar lu kepancing dia sengaja ngedit foto yang ada Louis ama gua. Tapi emang pinter juga itu orang, milih umpatnya gua." Jelas saka

"GAK, ITU GAK BENER LU ITU EMANG ORANG SIALAN!." Charly menatap saka dengan kemarahan yang meluap-luap, dan malah mendorong dada saka.

"Saka!."

"Sak!"

Kedua orang itu berlari menghampiri saka, dan menangkap tubuh saka yang hampir terjatuh ke belakang.

"Lu gak apa-apa?." Tanya mereka bersamaan, dan mulai menyadari lalu menatap satu sama lain.

Saka membenarkan posisinya, hampir saja dia terjatuh, dan menatap kedua orang itu.

Ternyata itu adalah, Dralen dan Raditya mereka terlihat saling menatap satu sama lain dengan tatapan bingung.

"Lu siapa jir!." Ucap Dralen, dengan tatapan bingungnya.

"Lah lu yang siapa?." Timpal Raditya

"Len tumben lu sekolah?." Ujar saka memecahkan obrolan bingung kedua orang itu.

"Iya nih, baru selesai urusannya." Dralen menjawab dengan cengengesan.

"Oh." Saka hanya membalas dengan ohhan.

Dralen ini adalah teman seangkatannya saka, Dralen kelas XI MIPA III, yang juga segeng dengan saka.

"Sak lu kenal ama dia?." Ujar Raditya

"Temen." Singkat saka

"Oh kirain siapa tadi."

"Lu temenan ama kakak kelas saka?." Tanya Dralen

"Hmm."

Charly yang merasa di abaikan, sangat kesal dan mulai berbicara penuh kekesalan.

"BERANI, LU NGABAIN GUA!."

Dralen dan Raditya menatap kearah Charly, berani membentak saka ternyata!

"Heh si ratu anggun, baru liat gua ternyata kakak bisa marah juga." Ucap Dralen dengan wajah konyol, si Charly ini adalah kakak kelasnya XII MIPA I.

Charly yang mendengar itu menggertak giginya, merasa seperti di jatuhkan harga dirinya.

"Sak dia ada masalah apa?." Tanya Raditya, mendekatkan dirinya pada saka.

"Orang stres!." Jawab saka, membuat Charly semakin kesal terhadap Saka.

"MAKSUD LU NGOMONG GITU, APAAN HAH!."

"APA!." Sekarang Saka tidak bisa menahan kekesalannya juga, pada perempuan di hadapannya itu.

"Ck rendahan!."

"Should I care?."

"Lu!."

"Just look at him, you don't think he's watching this show.?." Ujar saka sambil menunjuk kearah seseorang.

Charly menolehkan kepalanya, mengikuti jari telunjuk saka yang ternyata menunjuk Louis, Pranwin, Ken dan Evans yang sedang menatap kearah mereka.

"Aku tahu kau marah dengan tindakan Charly, benar tidak Matthew?." Ujar Pranwin menggoda sahabatnya itu.

"Diamlah!."

"Pranwin jangan memancing emosi." Celetuk Ken, membalas ucapan Pranwin

"Aku pasti memberinya pelajaran nanti!." Ucap Louis, dengan nada kalimat penuh penekanan.

Louis menatap dengan ekspresi datarnya, Charly yang melihat itu cukup merasa takut, lalu kembali menatap kearah saka lagi.

"Urusan kita belum selesai!." Ketus Charly, mencoba pergi dari sana tapi di cegah oleh saka.

"Agar kau tahu berhadapan dengan ku, akan mendapatkan balasannya. Jangan pernah bermain-main dengan Seiya ingat aku yang ini berbeda hehe." Bisiknya tepat di telinga Charly

Bisikan itu membuat bulu kuduk Charly merinding, dengan perkataan saka.

Charly langsung menyadarkan diri, dia mendorong saka agar sedikit menjauh darinya, lalu Charly pergi dari hadapan saka menuju mobilnya.

Dia yang melihat kepergian Charly barusan ini, hanya tersenyum dalam diam, tunggu waktu permainannya di mulai!.

"Sak apa yang lu bisikin ama itu orang?." Tanya Jolie

"Hmm cuma hal kecil." Jawab saka

"Saka lu bisikin apa ama kakak kelas itu, langsung pergi aja?." Ujar Dralen

"Hal kecil."

Raditya menepuk bahu saka dengan memberi ancuan jempol.

Saat ini suasana hati saka merasa bagus, jadi dia bisa dengan mudah mengendalikan emosi dalam dirinya.

"Gua balik dulu."

"Ehh sak tunggu, gua boleh nginep di rumah lu buat malem ini aja?." Ucap Raditya, memelas

"Tumben?." Saka mengernyitkan keningnya mendengarkan ucapan Raditya.

"Biasa ada masalah."

"Gak terima, gua Dralen juga ikut nginep semaleman aja boleh ya saka?."

"Seterah lu pada, asal jangan ngerepotin gua!." Balas saka berjalan kearah motornya.

Jolie yang mendengarkan itu mencoba membisu seribu bahasa, dia beranggapan bahwa hanya sekedar teman, dan semoga tidak lebih begitulah pikir Jolie.

Empat orang yang menyaksikan keributan tadi, masih berdiri di tempatnya, tapi arah mata mereka tidak lepas dari sosok saka.

"Did you see that saka was smiling, his eyes were so sharp, with that lopsided smile?." Ucap Ken, dia terus menatap saka yang mulai menjauh dari area sekolahan dengan motornya.

"I do not see it?" Tanya Pranwin seperti orang bodoh.

"If you don't understand, then it's better not to!." Celetuk Ken, malas mendengarkan ucapan bodoh dari Pranwin.

"Tanpa di sadari saka juga melirik kearah kita tadi, walaupun matanya terlihat menuju ke Charly. You sure that she will be yours Matthew?.'' Sambung Louis

"Alright let's go, I have things to do!"

"Ok." Jawab mereka bersamaan, lalu mereka melangkah pergi dari tempat itu menuju mobil masing-masing, dan berlalu dari lingkungan sekolahan.