5. Pesawat.

Athena duduk di sebelah seorang pemuda, pesawat yang ia naiki telah Take off dan berada di langit sekitar satu jam yang lalu.

Athena menyesuaikan diri terlebih dahulu, sudah lumayan lama ia tidak berpergian menggunakan pesawat.

Ia merasa kembali mual, setelah menonton film, menyantap burger dan tadi take off pesawat membuat Athena merasa mual di perutnya kambuh.

Pesawat telah terbang dengan mulus, pramugari juga terlihat berlalu-lalang kesana-kemari memenuhi permintaan para penumpang.

Pemuda di samping Athena melirik Athena terus menerus. Bagaimana tidak? Athena terlihat sangat pucat dengan keringat yang bercucuran dari kening hingga lengan nya.

"Anda baik-baik saja?" tanya Pemuda itu agak ragu.

Athena yang sedari tadi menutup matanya kini membuka matanya kembali. Ia menatap pemuda yang bicara dengan nya ini.

"Saya—" ucapan Athena terpotong, ia menutup mulutnya dengan punggung tangan.

Tanpa bicara kembali, Athena berlari ke kamar mandi.

Pemuda tadi pun menghela napas lega, setidaknya ia berhasil membuat Athena merasa nyaman di perjalanan kali ini.

Athena membersihkan tangan dan menyiram bekas muntah nya, ia terlihat lebih baik setelah pergi ke kamar mandi.

Setelah memastikan bahwa ia sudah baikkan, Athena bergegas kembali ke tempat duduknya.

"Nona memerlukan sesuatu? Kami akan menyiapkan nya."

Begitu Athena duduk, seorang pramugari langsung bertanya dengan nada suara yang terdengar khawatir.

"Tidak, aku sudah baikkan." jawab Athena.

Pemuda di samping nya menyela.

"Maaf tapi sepertinya anda memerlukan air hangat dan obat pereda nyeri." ucap pemuda tersebut.

Athena menatapnya.

"Oh, iya. Aku minta yang itu." ucap Athena pada pramugari tadi.

Pramugari tersebut mengangguk, ia pergi untuk mengambil keperluan Athena.

"Sudah benar-benar baikkan?" tanya pemuda di samping Athena.

"Iya, sudah baikkan. Terima kasih atas perhatian nya." jawab Athena.

"Baguslah kalau begitu. Aku Aeolus, senang bertemu dengan mu." pemuda tadi mengenalkan diri sembari mengulurkan tangan nya.

Athena menatap uluran tangan pemuda itu agak ragu, tapi tetap ia balas.

"Aku Athena, senang bertemu dengan mu juga." ucap Athena.

"Kau sendiri saja? Sedang jalan-jalan?" tanya Aeolus.

"Iya aku sendiri, ada acara keluarga saja." jawab Athena.

Aeolus mengangguk.

"Kau sendiri? Jalan-jalan saja?" tanya Athena.

"Tidak juga, aku dan satu teman ku memiliki tugas untuk mengobserfasi suatu negara." jawab Aeolus.

"Dimana teman mu?" tanya Athena lagi.

"Ah, kami berbeda kabin." jelas Aeolus.

Athena mengangguk. Tak ada lagi percakapan, beruntung pramugari tadi datang dengan pesanan yang Athena minta tadi.

"Terima kasih banyak." ucap Athena pada Pramugari tersebut.

"Ini sudah pekerjaan saya, jangan sungkan untuk meminta bantuan." pramugari itu pamit pergi untuk membantu penumpang lain.

Athena mengambil obat dan meminumnya.

"Kau seperti tak mempersiapkan diri, ada yang salah?" tanya Aeolus.

"Oh? Tidak, hanya saja aku terbiasa bersama teman ku kalau berpergian. Biasanya dia yang menyiapkan semua kebutuhan kami." jelas Athena.

"Lalu, kemana teman mu?" tanya Aeolus.

"Tidak ikut, acara keluarga ini terlalu mendadak, sepertinya dia tak boleh ikut." jawab Athena sembari meletakan minumnya.

"Omong-omong, mata mu indah." puji Aeolus pada Athena.

"Ah, terima kasih banyak." ucap Athena gugup.

"Kalau boleh tau, kau kelas berapa?" tanya Aeolus lagi.

Athena memberi jeda sebelum menjawab, ia agak terkejut dengan pertanyaan tiba-tiba yang jadi seperti kuis dadakan.

"Aku kelas tiga SMA." jelas Athena.

"Ah, kau lebih tua dari ku rupanya." ucap Aeolus sembari tersenyum kikuk.

"Benarkah? Kau kelas dua?" Athena memastikan.

Aeolus mengangguk sambil menggaruk kepalanya.

"Maaf kalau aku kesan nya tidak sopan ya." Aeolus mengalihkan pandangan nya.

"Tidak masalah, aku malah berterima kasih karena ada kau yang mengajak ku mengobrol." jawab Athena.

"Tapi, sepertinya aku harus tidur, kepala ku terasa berat." ucap Athena sembari memejamkan matanya secara perlahan.

"Ah, obat pereda nyeri nya mengandung obat tidur ya? Baiklah, tidur saja. Akan ku bangunkan kalau sudah ada tanda-tanda akan landing." ucap Aeolus.

Athena pun mengangguk ia mulai terlelap dalam tidurnya.

Aeolus menatap Athena yang tertidur sambil menyenderkan kepalanya di kursi.

Sayangnya, leher Athena terlihat pegal namun Athena tak bangun sebab obat tidur tersebut.

Aeolus mengambil inisiatif untuk memberikan bantal lehernya pada Athena.

Aeolus meletakan bantal leher miliknya di leher jenjang Athena.

Karena perjalanan masih lumayan lama, Aeolus pun memutuskan untuk tidur dengan tangan sebagai tumpuan lehernya sendiri.

[—————————————–————————]

Setelah dua jam setengah perjalanan, pramugari memberi peringatan pada setiap penumpang bahwa pesawat akan landing sebentar lagi.

Aeolus bangun dari tidurnya lebih cepat dibandingkan Athena. Ketika pemuda itu terbangun, Athena masih tertidur dan bahkan terlihat lebih nyenyak.

"Um, Athena, pesawat akan landing sebentar lagi, kau harus bangun." ucap Aeolus sembari menggoyangkan tubuh Athena lumayan kuat.

Athena membuka matanya perlahan, matanya sangat berat, ia masih butuh istirahat.

"Ah, terima kasih." ucap Athena.

Tak lama dari itu, Pesawat memulai landing nya. Rasanya sangat menakutkan, untuk beberapa saat para penumpang berdoa untuk keselamatan mereka masing-masing.

Athena berpegangan pada baju yang ia pakai, Athena masih senantiasa menggunakan bantal leher milik Aeolus.

Setelah berhasil landing dengan selamat, Athena langsung tersenyum lega.

Selang sepuluh menit, para penumpang sudah diperbolehkan untuk turun dari pesawat.

Athena turun dengan tas kecil serta bantal leher milik Aeolus. Saking senangnya Athena, ia sampai lupa untuk mengembalikan bantal leher milik Aeolus.

Athena kehilangan jejaknya, pemuda yang menemaninya mengobrol saat di pesawat kini tak lagi terlihat, Athena terus saja menggerutuki kebodohannya sembari terus mencari Aeolus.

Athena berharap dapat bertemu Aeolus, mengembalikan bantal lehernya serta bertukar nomer telepon.

Disisi lain, Aeolus tersenyum tanpa henti ketika ia telah bersama seorang temannya.

"Ada apa dengan mu?" tanya teman Aeolus.

"Hihihi, aku bertemu dengan titisan dewi Afrodit." ucap Aeolus tanpa berhenti tertawa.

"Dewi kecantikan maksud mu?" Ttanya teman Aeolus lagi.

Aeolus mengangguk cepat. "Namanya saja sangat indah." jelasnya.

"Siapa namanya?!" tanya Teman Aeolus penuh semangat.

"Tidak akan ku beritau." Ucap Aeolus.

"Apa?! Curang kau!" kesal teman nya itu.

Aeolus senang, ia bahkan tak keberatan dengan bantal lehernya yang tidak kembali padanya.

Setidaknya bantal leher itu akan menjadi bukti bahwa Aeolus pernah mengobrol, membantu, dan bertemu dengan seorang tititsan dewi kecantikan — dewi Afrodit.

"Hei gila! Kau tak mau memberi tau ku?!" tanya Teman Aeolus kesal.

"Tidak, dia punya ku, tak akan ku bagi dengan mu walau hanya namanya." jawab Aeolus.

Athena merasa hidung nya gatal, ia bersin hampir tujuh kali dalam semenit, dan itu adalah rekor barunya.

"Athena!! my darling! you finally arrived." ucap mama Athena sembari berlari dan memeluk putri tunggalnya.

"Kami berdoa agar kau sampai dengan selamat, beruntung kau sampai disini tanpa luka sedikit pun." ucap papa Athena sembari mengelus kepala putirnya.

Athena mengangguk dan tersenyum, sebelum melanjutkan perjalanan nya ia mengambil handphone dan mengirim pesan pada Karina kalau ia sampai tanpa luka sedikit pun.