6. Mimpi?

setelah dijemput dibandara, Athena langsung pergi menuju kediaman keluarga besar mamanya, ia menaiki mobil. perlu sekitar empat puluh menit untuk sampai disana.

"Honey, you can sleep you must be tired." ucap Mama Athena setelah menatap gerak gerik putri tunggalnya dari arah spion mobil.

Athena mengerjapkan matanya beberapa kali, ia mengantuk. sepertinya pengaruh obat tidur itu belum sepenuhnya menghilang.

jalanan sepi dan bagus, musik lembut serta kursi mobil yang empuk membuat Athena lebih cepat tertidur. Athena tertidur masih dengan bantal yang sama yang dipinjamkan Aeolus untuknya tadi.

[——————————————————]

Sudah lebih dari tujuh belas tahun lamanya, kondisi semesta ini tak juga membaik. tak ada seorang pun yang berhasil menaklukkan Mabuz.

Ntah Mabuz yang terlalu kuat, atau bagian dari kami yang melemah. Mabuz semakin menggila, ia merampas hampir semua yang kita punya.

Banyak dari mereka yang menghilang dan berubah bentuk menjadi batu. Mabuz benar-benar meremehkan kita, ia bahkan membiarkan batu-batu itu tergeletak di tempat yang sama selama lebih dari lima belas tahun.

ditempat yang sama itu, tak ada seorang pun dari kami yang dapat mengambil serta melawan Mabuz. tak ada yang dapat menyaingi kekuatan dan kekuasaan nya.

Mabuz bagaikan dewa yang mengatur semesta. hampir setiap inci dari semesta sudah Mabuz taklukan dengan sangat mudah.

Dia yang kehilangan arah sebab kekuatan, keserakahan, serta pengkhianatan. ia berubah menjadi tak terkalahkan. ia yang tetap berada di tempat yang sama yang hampir rubuh saking sudah tuanya.

Si Pemilik Kastil kematian, Mabuz.

Athena mengerjapkan matanya cepat, napasnya terengah-engah. ntah suara siapa dan berasal darimana, tapi Athena mendengar semuanya.

Athena mencoba menetralkan napasnya, namun ia tak bisa. masih sangat sulit bahkan untuk bernapas sekalipun.

Athena mencoba berpikir jernih, ia mencoba mengatakan pada dirinya sendiri bahwa suara yang ia dengar hanya mimpi dan bagian dari film yang ia tonton bersama Karina dirumah.

Athena menghela napas. ia menatap jalanan diluar yang menjadi gelap.

"Kita belum sampai, ya?" tanya Athena pada kedua orang tuanya.

tak Ada jawaban, tapi kedua orang tua Athena ada tepat di depannya.

"Ma, Pa?" panggil Athena.

"Oh? sayang. Sudah bangun?" tanya Mama.

Athena bersyukur, yang sejak tadi ia rasakan tentang keanehan orang tuanya hanya kekhawatiran biasa.

"Iya, ma. Kita belum sampai juga?" tanya Athena.

"Kau benar sayang. Ayo, pa, lebih cepat." Mama Athena nampak tersenyum miring.

Papa Athena pun tertawa, ia menginjak pedal gas dengan tiba-tiba. Mobil yang mereka kendarai melaju begitu cepat, Athena sampai terdorong kedepan.

"PAPA! MAMA! KENAPA MELAJU TERLALU CEPAT!?" panik Athena ketika banyak mobil yang harus menabrakkan diri mereka sebab Papa Athena membawa mobil ini begitu cepat.

"KITA AKAN SEGERA SAMPAI, SAYANG!" teriak Mama Athena dengan nada suara yang bahagia.

Athena tau pasti bahwa jalan yang mereka lewati berada di dekat danau yang begitu luas di bawahnya.

Papa Athena menambrakkan mobil ke pagar pembatas jalan dengan sengaja. Athena terdorong sangat kuat sampai dasbor mobil.

Mobil yang Athena tumpangi tenggelam begitu saja tanpa pertolongan. kepala Athena terbentur sampai ia hampir tak sadarkan diri.

suhu udara menjadi dingin, Athena sulit bernapas. ia membuka matanya, gravitasi terasa lebih rapat dibanding biasanya.

hal pertama yang Athena lihat adalah permukaan danau di balik kaca depan mobil dengan cahaya yang perlahan menghilang seiring dengan Athena yang semakin jauh tenggelam kedasar danau.

ia merasakan kepalanya berdenyut nyeri, ia kehabisan Napas. Dengan panik, Athena mencoba berenang kepermukaan laut. ia mencoba memukul-mukul kaca mobil yang menghalanginya.

Athena berhasil memecahkan kaca mobil yang sedari tadi menghalanginya, Athena mencoba berenang ke permukaan danau dengan sisa napas yang ia punya.

Kepala Athena terasa lebih berat, napasnya habis, padahal tinggal sedikit lagi mencapai permukaan.

Dengan sisa kekuatan yang ia punya, Athena mendorong dirinya ke permukaan danau. baru saja dapat bernapas, ia dikejutkan dengan wajah seseorang yang berada dua inci di atas wajahnya.

wajah merah dengan kedua—keempat mata yang berwarna hitam pekat.

Athena terpental saking terkejutnya, ia berteriak layaknya seseorang yang terkena sengatan listrik.

[———]

"Athena?! kenapa sayang?!" tanya Mama Athena panik begitu putrinya berteriak.

Mama Athena memang berniat membangunkan Athena saat itu juga karena mereka telah sampai dikediaman keluarga besar mamanya Athena.

Athena langsung memeluk ibunya, keringat dingin bercucuran dari keningnya.

"Syukurlah, kita baik-baik saja." ucap Athena lega.

Athena langsung dibawa ke teras rumah, ia langsung meminum air mineral yang diberikan papanya.

"katakan, ada apa sayang?" Papa dan Mama terlihat sangat cemas.

"Mungkin Home Sick, ma, pa. Aku kan jarang ada disini." bohong Athena.

Papa Athena mempercayai perkataan putrinya, ia mengelus kepala Athena dengan halus dan penuh kasih sayang.

"Belum ada satupun sepupu mu di dalam, kau jalan-jalan disekitar sini saja dulu." saran Mama Athena.

Athena mengangguk mengiyakan, ia perlu udara segar untuk saat ini. Athena diberi uang saku untuknya jikalau ingin jajan ketika berjalan-jalan disekitar kediaman keluarganya.

Athena tersenyum sebelum pergi dari area kediaman keluarga besarnya Mama Athena.

Athena menghela napas, ia merindukan Karina. seseorang yang sangat mengerti dirinya bahkan lebih dari diri Athena mengerti dirinya sendiri.

Athena masih bingung, siapa orang itu? siapa Mabuz? kenapa ia bermimpi hal seperti itu? Kenapa harus dia?

pikiran itu terus berputar diotaknya, Athena bahkan tak sadar ketika ia menabrak seseorang.

"Sorry, im so Sorry." ucap Athena sambil menghadap kebelakang menatap orang yang ia tabrak tadi.

Athena mencoba menenangkan diri dengan membeli cokelat dan minuman di minimarket yang ia jumpai di ujung jalan.

setelah membeli Cokelat dan Minuman dingin, Athena duduk di kursi depan yang minimarket itu sediakan.

Athena memakan cokelat itu dengan gelisah, andai ada Karina, ia tak akan merasa se-gelisah ini.

Athena mengecek kantong baju serta celananya, berharap ia membawa handphone untuk mengirim pesan pada Karina.

sayang sejuta sayang, Handphone nya ia tinggalkan di tas di dalam mobil. yang ia bawa hanyalah airpods untuk mendengarkan lagu.

Athena mengacak-acak rambutnya, ia merasa sangat tidak tenang. ia merasa kalau ia tak seharusnya memimpikan hal itu, ia tak seharusnya mendapat mimpi buruk itu.

Athena berniat pulang kekediaman keluarga besar mamanya, namun, sesuatu menarik perhatian Athena.

mainan mesin capit di depan minimarket yang sebelumnya tidak Athena perhatikan.

Athena kembali kedalam minimarket untuk membeli koin mesin capit tersebut. Setelah mendapat koinnya, Athena mencoba bermain mesin capit tersebut.

mainan yang ia inginkan adalah mainan boneka serigala berukuran sedang dengan mata hitan dan putih yang menarik perhatiannya.

setelah mencoba sekitar tujuh kali dalam waktu sepuluh menit, Athena berhasil mendapatkan boneka yang ia inginkan.

Athena merasa lumayan senang, ia memeluk boneka itu dan berjalan pergi dari sana.

lagi, untuk kedua kalinya ada yang menghentikan Athena pergi dari tempat itu.

"Nona, milik mu tertinggal didalam." pegawai toko memberikan Airpods milik Athena dengan senyum ramahnya.

Athena langsung mengangguk dan membalas senyuman nya. ia menerima Airpodsnya kembali.

"Terima kasih ... " Athena menjeda kalimatnya untuk mencari name tag di pakaian pegawai toko tersebut.

"Mabuz?"