11. Kembali Seperti Dulu?

Athena membuka matanya, hampir seluruh anggota keluarga ada disana. Kamar Athena dan Mira begitu penuh oleh anggota keluarga yang khawatir pada Athena.

"Athena? Akhirnya kau sadar." mama Athena yang pertama kali menyadari bahwa putrinya telah sadar, ia langsung memeluk Athena.

Papanya Athena langsung berlari kearah istri dan putrinya, ia begitu lega namun masih merasa ada yang mengganjal.

Papa Athena ikut memeluk putrinya. Untuk sesaat, Athena bingung apa yang harus ia lakukan. Ia lupa apa yang terjadi, ia juga tidak tau mengapa ia ada disini.

"Kau kenapa, sayang?" tanya Mamanya Athena sembari menangkup pipi putrinya.

"Apa kau sakit? Katakan saja, kita akak pergi kerumah sakit." ucap papa Athena juga.

Athena merasa aneh, ia melihat sekeliling, dari haru sampai neneknya, mereka semua ada disatu ruangan ini.

"Aku ... tidak tau, mungkin hanya kelelahan." Athena akhirnya membuka mulut dan menjawab.

"Bagaimana bisa kau kelelahan? Apa yang kau lakukan saat malam hari?" tanya mamanya Athena.

"Aku kadang tidak bisa tidur." jawab Athena.

"Tapi aku baik-baik saja, aku hanya pingsan karena kelelahan. Percayalah." Athena menyentuh tangan mamanya yang senantiasa berada dipipinya itu.

"Lain kali, kalau kau tidak bisa tidur, minum saja susu hangat, atau mencari posisi yang tepat untuk tidur." Papanya Athena mengelus punggung Putrinya, ia akhirnya dapat bernapas lega.

"Baik-baik. Maafkan aku karena membuat kalian semua khawatir." ucap Athena sembari tersenyum.

Setelah itu, semua orang pergi ke ruang makan untuk makan malam, Athena memang pingsan lumayan lama, ia sampai melewatkan makan siang.

"Jangan pingsan seperti itu lagi, kak." ucap Haru.

"Kau menakuti." timpal Mira.

"Hmm ... Aku minta maaf ya." ucap Athena.

"Yang penting kau baik-baik saja." ucap Kai agak peduli namun agak tidak peduli juga.

"Kau benar, aku baik-baik saja. dan kita akan main Playstation malam nanti!" ucap Athena seakan tak peduli dengan kondisinya yang baru sadarkan diri.

"Kau serius masih mau main?" tanya Mira.

"Kenapa memangnya?" Athena bertanya balik.

"Kau baru sadar, payah." ucap Kai.

"Boleh kan, ma?" tanya Athena.

"Tidak." jawab mamanya Athena.

"Ayolah, aku sudah baik-baik saja. kami tak akan tidur lebih dari jam tiga pagi." ucap Athena.

"tidak, tetap tidak boleh." balas Mamanya Athena lagi.

"Kami janji tak akan tidur terlalu malam!!" Athena bersikeras untuk membujuk mamanya agar ia diperbolehkan main Playstation bersama sepupunya.

"Ayolah, ma. Besok siang aku sudah harus kembali kerumah, sekali ini saja. boleh ya???" Athena nendekati mamanya yang sedang menyiapkan makan malam.

"Hanya sampai jam dua belas! aku janji!!" Athena tetap saja bersikeras agar mamanya menyetujui hal itu.

"Sampai jam sepuluh." ucap mamanya Athena.

"Sebelas?" tanya Athena.

"sepuluh tiga puluh." ucap mamanya Athena.

Athena pun langsung menciumi pipi mamanya, ia langsung kembali ke ruang makan dan duduk di tempat awalnya.

"Boleh! kita akan bermain Playstation malam ini!" ucap Athena senang.

"Wow, kau berani sekali." ucap Kai.

"Kak Athena memang sedikit tidak wajar." ucap Haru.

Mira tertawa. "Aku suka kosa-kata mu itu. tidak wajar." ia terus tertawa.

"Nika kau jadi ikut kan?" tanya Athena.

Nika yang dari tadi hanya diam menjadi terkejut.

"Eh? memangnya boleh?" tanya Nika.

"Tentu saja boleh. Kau kan jarang terlihat main, jadi ayo kita main untuk yang terakhir kalinya." ucap Athena.

Nika ingin tersenyum, namun mamanya, Aunty Bella berdeham keras di sebelahnya.

Nika tak lagi bicara, ia diam sembari menunduk secara perlahan. Aunty Bella berdecit kesal, ia membuang muka dan pergi dari ruang makan sambil menarik putrinya, Nika.

"Kenapa Ma?" tanya Nika.

Ia terpaksa berlari mengikuti mamanya yang terus saja menarik lengan kanannya.

"Tak perlu kau melihat anak penuh drama itu. Lebih baik kau catat materi pelajaran mu untuk esok hari." ucap aunty Bella.

"Ma, besok saja aku masih disini. Memangnya perlu tetap mempelajrinya? lagi pula, aku sudah belajar kemarin." ucap Nika. Ia ingin membantah, namun ia tidak terlalu berani melakukannya.

Mamanya Nika—Aunty Bella menatap anak sulungnya dengan tajam. Ia mendekat dengan tatapan marahnya.

"Kau berani membantah?! Mau jadi apa kau besar nanti?! If you really don't want to learn, you should have said that a long time ago! you're wasting my money!! damn it." Aunty Bella mencengkram pipi Nika dengan kasar, ia begitu terobsesi membuat anaknya menjadi nomer satu.

Nika menunduk, lalu bicara.

"Tidak, bukan begitu maksud ku. aku hanya ingin bermain ... satu kali, kali ini saja."

Nika yang awalnya nenunduk memberanikan diri untuk menatap mamanya.

"Sialan! kau tak boleh bermain! semua yang kau pelajari akan hilang dari otak kecil mu itu! lebih baik teruskan saja belajar!" Aunty Bella membentak putri sulungnya.

"Nika sudah pintar, tanpa belajar pun dia pasti mendapat nilai yang bagus." ucap Kai yang datang secara tiba-tiba.

Nika langsung menoleh ke sumber suara.

"Makan malamnya sudah siap. Ayo." kali ini Athena yang bicara.

Athena berjalan dari arah pintu menuju Nika, ia menggenggam lengan sepupunya itu.

"Ayo makan, setelah itu akan bermain sampai malam!" ucap Athena.

"Athena Naidhruf Arleth! Jangan membuat putri ku membantah perintah ibunya! Menjauhlah darinya." bentak Aunty Bella.

"Kau menyebut diri mu sebagai ibu? ibu mana yang memperlakukan putri sulungnya seperti boneka sempurna, hah?!!" kesal Athena.

"Sialan! kau dan ibu mu sama saja! Kalian membuatku muak!" Aunty Bella mengangkat tangannya, ia berniat menampar Athena.

"Jauhkan tangan mu darinya, Bella." Mamanya Athena datang setelah Kai memanggilnya. Kai mengucapkan ada kekacauan dilantai atas.

"Aku sering diam, tapi kalau kau menyakiti putri ku, aku tak akan pernah memaafkan mu." Hera mencengkram lengan Bella. Hera adalah kakaknya Bella, dan Runa adalah anak terakhir.

"Athena, Nika, Kai. pergi saja, makan duluan." ucap Hera.

Kai pun mengangguk, ia menarik tangan Athena dan Nika lalu pergi dari kamar tersebut.

"Mama mu menyeramkan sekali." ucap Athena.

"Dia benar, bagaimana bisa kau sanggup menghadapinya?" tanya Kai.

Nika tak menjawab, ia menunduk menahan tangis. Nika tak sekuat itu, ia tak sejahat itu, ia juga tak pernah membenci Athena.

"Hei? kau kenapa?" tanya Kai.

"Kalian aneh! Harusnya biarkan saja aku!" ucap Nika sembari mulai menangis.

Kai gugup, ia tak tau caranya mengatasi orang yang sedang menangis.

"Kau yang aneh, kenapa sekarang menangis?" tanya Athena Santai.

"Sekarang kita memang renggang, Tapi jangan lupakan ketika kita kecil dan sering bermain bersama. Kami tak membenci mu, kami hanya mencari waktu yang tepat untuk membantu mu." ucap Athena agak panjang.

"Aku, Kai, Mira, bahkan adik mu Haru merindukan waktu kebersamaan kita. kita hanya berenam, kita tak punya sepupu yang lebih dekat dibanding satu sama lainnya. Makanya, kami selalu ingin membantu mu keluar dari kekangan mamamu itu." lanjut Athena.

"Maaf ya? kami pasti terlambat." Athena yang sedari tadi menatap ke atas atap kini memberanikan diri untuk menatap ke arah Nika.

Athena melihat Nika yang tak lagi menangis, ia terlihat kagum dan juga terkejut dengan seluruh perkataan Athena. Sedangkan Kai yang mengacungkan jempol atas ucapan keren Athena tadi.