Aku menuliskanmu pada selembar naskah pelita, berharap itu bisa melengkapi terang yang kamu miliki.
—Hiraeth.
***
Cahaya pagi datang dengan sinarnya yang menyilaukan, Fara sudah duduk di pinggiran kasur hanya untuk melihat matahari terbit dari lantai dua rumahnya. Tanpa tau bahwa tubuhnya lelah minta untuk diistirahatkan kembali. Dia menguap berkali-kali karena jadwal tidurnya yang berantakan.
'Aku harus pergi sekarang'
Fara mengedipkan matanya saat dirasa matahari itu sudah sangat terang dan panasnya mulai terasa menyengat.
Hari ini bis biasanya akan datang pada pukul tujuh pagi, jarak halte dan rumah Fara sekitar sepuluh menit jika naik motor. Fara lebih suka berjalan kaki dan itu memakan waktu hampir dua puluh menit karena dia jalan dengan sangat lambat mengalahkan langkah kaki kura-kura.
Saat sudah siap dengan pakaian kerjanya, Fara keluar rumah dan mengunci semua akses masuk ke dalam. Tidak ada yang tinggal bersama dengannya, tetapi dia memiliki seseorang yang mengharuskan dirinya untuk pamit jika hendak pergi kemana-mana.
"Udah mau berangkat?" orang yang Fara maksud sudah berada di depan gerbang rumahnya.
Fara mengangguk menjawab.
"Bunda buatkan roti panggang sama di dalam tuh ada sayuran nya, semacam sandwich,"
Fara menarik sudut bibirnya, kemudian dia mengangguk. Tangannya bergerak untuk menunjuk ke arah halte, pria yang paham dengan gerakan tangannya pun tersenyum mengangguk.
"Mau aku antar?" tanyanya menawarkan diri.
Fara menggeleng, jika pria itu mengantarkan dirinya, Fara akan cepat sampai ke halte dan dia akan menunggu lama untuk naik bus.
"Yasudah kalau tidak mau, take care," ucapnya, melambaikan tangan dan berbalik arah.
***
Pria itu memiliki nama yang indah, Haikal Araqsa. Dia selalu menungguku untuk berangkat karena sering kali aku melupakan dirinya. Sedih saat tau kenapa aku terlalu sering melupakannya. Tetapi, Haikal berkata padaku untuk tidak terlalu banyak memikirkan tentang hal tersebut, dan dia berjanji akan membuatku terus mengingatnya.
Aku awalnya merasa beruntung karena bisa mengingat Haikal. Pria itu memenuhi isi kepalaku setiap harinya, tidak ada hari tanpa tawa dari Haikal Araqsa. Tetapi ternyata bukan karena itu, tetapi karena itu adalah Haikal. Meski ada orang yang sifatnya sama seperti Haika, aku belum tentu bisa mengingatnya.
***
Yang kutau pada awalnya adalah seorang gadis kecil yang menempati rumah besar sendirian tepat di samping rumah milik keluargaku, aku pikir awalnya mungkin orang tuanya sibuk dan tidak memiliki waktu untuk diam dan tidur di rumah sejenak. Ternyata setelah bertanya pada bunda, bunda bilang bahwa gadis yang tinggal di samping rumah kami tidak memiliki keluarga dan katanya dia juga bisu.
Aku berinisiatif mengajaknya bermain karena gadis itu tidak pernah keluar rumah dan hanya terus menatap dari luar jendela. Ya, gadis itu adalah Fara Andara.
Umur sepuluh tahun dia pindah dari Jakarta ke Bandung, bersama dengan bibi nya, kata bunda. Tetapi selang beberapa hari, bibi dan suaminya pergi meninggalkan Fara sendirian di rumah. Saat aku menghampiri Fara untuk memberikan makanan yang bunda masak pertama kali saat Fara menempati rumah itu sendirian, dia bilang bahwa sudah biasa memiliki rumah yang nomaden, berpindah-pindah. Dia menuliskannya pada selembar kertas.
"Tulisanmu bagus," percakapan itu yang aku ucapkan saat pertama kali melihatnya.
Fara menjawab dengan senyumannya, tipis dan manis. Dia sopan dan aku menyukainya sejak pertama kali dia menatapku.
"Bunda yang memberikan ini, jangan lupa dimakan. Rumahku tepat di samping pagar tinggi rumahmu, kalau ada apa-apa, kau bisa mampir ke sana saja," ucapku pada saat itu berharap sesekali Fara akan berkunjung, tetapi ternyata gadis itu tidak pernah mengunjungi rumahku bahkan sampai sekarang. Itu alasan kenapa aku selalu mencegat nya di depan gerbang rumah saat dia hendak pergi bekerja.
***
Fara sampai di halte bus, 'Jam tujuh kurang lima menit' dia menyempatkan diri untuk duduk sejenak.
Fara bekerja sebagai guru di salah satu sekolah dasar swasta di kabupaten Bandung. Dia akan pulang dan berangkat menaiki bus yang sama, kenapa Fara tidak melupakan hal ini? Karena dia sudah mencatatnya di buku, saat pertama kali tau penyakit yang dia derita berkaitan dengan memori otaknya, Fara menyalin semua yang dirasa penting dalam hidupnya.
1. Bekerja pagi
2. Sekolah Dasar Swasta
3. Menaiki bus pukul 07.00 pagi
4. Memberi makan selly, kucingku.
5. Bertemu Haikal Araqsa
6. Kembali ke rumah pukul 22.00
Fara menarik sudut bibirnya saat melihat bus datang, dia akan membuat otaknya ingat apa yang harus dia ingat dan melupakan apa yang tidak penting untuk diingatnya.
Fara tidak memiliki kekurangan karena dia sempurna dan dia spesial, kata kasar yang sering dia terima perlahan akan memudar seiring dengan ketidakpedulian nya. Itu yang selalu Fara tanamkan pada dirinya sendiri dan untuk memastikan bahwa dia akan hidup dalam jangka waktu yang lama, bersama dengan hal-hal dalam catatannya.
***
Fara bekerja di lembaga pendidikan alias sekolah dasar seperti yang disebutkan tadi, dia senang mengajar anak-anak disini. Mereka memiliki sopan santun yang baik, itu sangat jarang terjadi di kalangan anak muda jaman sekarang. Apalagi sekolah swasta, dimana semua fasilitas dibayar, dan bahkan guru pun dibayar menggunakan SPP anak-anaknya.
Sejak awal lulus S1, Fara sudah mendapatkan pekerjaan disini. Jadi, terhitung sudah hampir empat tahun dia mengajar anak-anak sekolah dasar. Ada hampir empat angkatan yang diajar olehnya, Fara mengajar mata pelajaran seni budaya, bagian menari daerah. Fara mahir dengan itu, dan dia bangga dengan kemampuannya sekarang.
'Aku harus makan siang, karena tadi belum sempat sarapan, dan sekarang aku lapar' Fara bergumam dalam hatinya, dia teringat bekal yang Bunda Haikal buat untuknya.
'Terlihat lezat' tidak ada satupun makanan Bunda yang tidak enak, lagipun Fara bersyukur karena bisa merasakan masakan rumahan yang biasa di masak oleh Bunda. Mirisnya Fara tidak pernah merasakan masakan dari tangan ibu nya sendiri.
'Apa sih' Fara menyeka air mata yang mendadak sedikit keluar, dia pergi ke kantin untuk memakan bekal yang dia bawa.
***
Jam kerja Fara termasuk padat, dia akan kembali pukul 19.00, belum lagi dia harus menunggu bus jam 19.30 jadwalnya. Selain itu dia juga harus pergi ke supermarket untuk membeli makanan untuk makan malam, dia tidak meminta Haikal untuk mengirimkan makanannya. Dia bahkan menolak saat pria itu menwarkan makanan untuk makan malam.
'Omg, please. Aku ga se muka tebel itu, malu. Minta makan setiap hari gitu?'
Fara bergegas menaiki bus yang baru saja tiba, dia akan pergi langsung ke supermarket dan kembali ke rumah.