Foto Kaori dengan orang tua kandungnya menjadi penutup kenangan di dalam album itu. Ia menaruhnya kembali di atas meja. Kini, tangannya meraih surat dari Kei. Perlahan, ia membuka amplop coklat itu dan menarik keluar dua lembar kertas putih yang terlipat rapi.
“Bisakah kau membacanya untukku?” tanya Misaki.
Kaori mengangguk. “Tapi, bagaimana jika aku menangis? Mungkin akan ada tulisan Kei yang membuatku sedih.”
“Kita akan menangis bersama.”
Kaori menarik napas panjang, seolah menyiapkan diri untuk menghadapi apa saja yang Kei tulis di kertas itu. Ia membuka lipatan kertas-kertas itu perlahan. Matanya menyapu baris pertama, lalu berhenti sejenak.
Untuk Kaori dan Misaki,
Jika kalian membaca surat ini, mungkin aku sudah pergi jauh dari panti.