#07

Ana sedang berjalan ke arah rak minuman saat ponselnya kembali berdering. Ia langsung menerima panggilan itu.

"Halo?"

"Bonsoir, Mademoiselle." Sapa penelepon sopan.

"Oh, Tuan Martel. Ada apa, Tuan?" Ana senang mendengar suara dan juga Bahasa Perancis dari Hubert Martel, kepala pelayan neneknya.

"Apakah anda sudah kembali ke apartemen?"

"Belum, Tuan. Saya masih berbelanja di supermarket. Ada apa Tuan?"

"Saya ingin mengantarkan hadiah anda, Mademoiselle."

"Oh… Anda bisa mengantarnya langsung ke sana. Saya akan telpon Laura dan juga nyonya Delphine untuk menerimanya." Kata Ana sambil memasukan beberapa kotak teh celup dengan berbagai varian ke dalam kereta belanjanya.

"Saya harap, saya bisa bertemu anda secara langsung untuk memberikan hadiah-hadiah ini." Kata Hubert sopan.

Ana berhenti sebentar. Ia menengok belanjaanya. Perasaannya masih belum puas. Ia lalu berjalan terus menuju tempat makanan ringan.

"Kalau begitu, anda bisa tunggu di sana. Sebentar lagi saya akan selesai." Kata Ana akhirnya.

"Apakah anda berbelanja di supermarket yang ada di perempatan, agak jauh dari apartemen anda itu?" Tanya Hubert.

"Iya…"

"Apakah anda membawa mobil?" tanyanya lagi.

"Tidak."

"Berarti, anda akan cukup lama. Baiklah." Kata Hubert mengerti. "Mademoiselle…"

"Oui?"

"Anda tidak perlu membeli kue ulang tahun." Kata Hubert akhirnya lalu menutup telpon.

Ana langsung tersadar. Yang membuatnya merasa belum puas berbelanja adalah karena daftar belanjaannya yang kacau. Ia merasa seperti harus membeli sesuatu, namun sepupunya sudah mengirimkan untuknya, dan juga Tuan Martel menyuruhnya untuk tidak membeli kue. Fokusnya terpecah karena berbelanja sambil menerima telpon.

Akhirnya Ana memutuskan untuk mengakhiri belanjanya setelah mengambil beberapa makanan ringan kesukaannya, dan juga beberapa kotak bir kaleng. Ana segera membayar ke kasir.

Saat akan keluar dari supermarket, Ana terkejut melihat Hubert yang sedang berdiri di pintu masuk supermarket.

"Tuan Martel?" sapa Ana yang kebingungan.

"Bonsoir, Mademoiselle. Mari." Kata Hubert sopan, lalu mengambil semua barang belanjaan Ana dan memasukannya ke mobil.

Pandangan Ana mengikuti pria itu, hingga melihat sebuah Range Rover lain di belakang Range Rover yang digunakan Hubert.

"Apakah mobil anda tidak menghalangi jalan, Tuan Martel?" Tanya Ana lalu menunjukan mobil Range Rover yang di balakang.

"Oh, tidak, Mademoiselle. Itu adalah mobil yang membawa hadiah-hadiah anda. Mari." Jawab Hubert tenang lalu menuntun Ana untuk masuk ke dalam mobil.

Ana terkejut melihat sebuah kotak yang berada di kursi penumpang. Ia duduk dengan hati-hati tanpa menyentuh kotak tersebut.

"Itu adalah kue ulang tahun dari grand-madame." Kata Hubert sopan lalu mengarahkan supir untuk berangkat.

Hati Ana menjadi hangat seketika. Tak disangka, tahun ini juga Ia dapat menikmati kue ulang tahun buatan tangan nyonya Voland dari resep Neneknya, Anaïs, yang Ana yakini pasti sangat kesal dengan kelakuannya. Ana kembali tersenyum.

Tidak berapa lama, mobil yang ditumpangi Ana sudah masuk di lantai dasar tempat parkir gedung apartemennya. Hubert keluar dari mobil bersama Ana yang keluar dengan membawa kue dari neneknya.

Hubert memerintahkan para pria di mobil satunya untuk membawa turun hadiah yang harus disimpan di gudang. mereka keluar dari mobil, membuka bagasi dan mengeluarkan satu kotak kayu penuh wine dan sebuah keranjang bambu berisi segala jenis keju.

Ana menuntun mereka masuk ke gudang penyimpanan. Ia membuka ruangan itu dengan kunci otomatis. Mereka masuk dan meletakan keju dan wine itu bersama dengan jenisnya.

Ana berjalan mendekat dan memeriksa kotak wine dari Henri. Beberapa botol Château Gruaud Larose, Château La Conseillante, N°1 Saint-Cernin vintage, ada juga Château Duhart-Milon, dan sisanya adalah Domaine du Vissoux. Semuanya adalah wine terbaik di Perancis.

"Mengapa kak Henri tidak sekalian membelikanku kebun anggur saja?" kata Ana lalu tertawa. "Oh! Atau dia memang sudah membeli sebuah kebun anggur?!" Ana tiba-tiba penasaran dengan aset kakak laki-laki Adelie itu.

Hubert hanya tersenyum melihat reaksinya. Ana akhirnya mengambil satu botol Château Duhart-Milon, lalu berjalan ke keranjang keju dari Aimee. Ada keju Galbani, Lovilio, dan Coop, dengan segala jenisnya. Ana mengambil mozzarella, parmigiano-reggiano, dan ricotta, lalu berjalan keluar diikuti Hubert.

Di luar, para pria berjas hitam tadi sudah menunggunya dengan beberapa bingkisan paper bag, dan sebuah boneka beruang besar, lebih besar dari pria yang membawanya, dan sebuah bouquet bunga raksasa yang tidak bisa mereka bawa. Hubert pergi menggendong bouquet bunga tersebut, dan mempersilahkan Ana untuk berjalan lebih dulu.

Ana tertawa melihat pemandangan itu. Ia segera membuka pintu lift, mempersilahkan Hubert untuk pergi lebih dulu. Setelah lift kembali, pria yang menggendong boneka beruangnya pergi lebih dulu. Setelah itu, barulah Ana naik bersama supir yang membawa belanjaannya, dan pria satu lagi yang membawa bingkisan-bingkisannya.

Mereka bertiga terdiam di dalam lift hingga lift itu sampai di lantai 6, di mana apartemen Ana berada. Begitu pintu lift terbuka, Ana melihat Nyonya Delphine, pembantunya dan Laura, asisten pribadinya, sedang menunggunya di depan pintu.

Nyonya Delphine segera menerima bungkusan belanjaan Ana dari sang supir, Laura menuntun pria satunya masuk, dan Ana berjalan masuk mengikuti mereka. Di dalam, Hubert sedang memisah-misahkan bouquet bunga raksasa yang tadi dia bawa, dan meletakkan mereka di tempat yang berbeda-beda di segala penjuru apartemen Ana.

"Tuan Damond meminta saya untuk mencarikan bunga untuk anda. Saya kira, anda suka bouquet dari Arôm ini." Kata Hubert.

Ah… jadi ternyata Damond mengirimkan bunga karena kehabisan ide? Ana tertawa yang membuat semua orang bingung dan terdiam.

"Iya, saya suka Arôm." Jawab Ana sopan. "Tapi apakah anda tidak memborong semua bunganya? Mereka mungkin tidak membuka tokonya hari ini, karena semua bunganya anda bawa ke Manchester." Goda Ana.

"Ah… Tuan Damond sudah memintanya sejak tiga hari yang lalu. Dan, mereka tidak kehabisan bunga, Mademoiselle. Jangan khawatir." Jelas Hubert.

"Lalu, apakah Hollywood yang mengirimkan boneka beruang raksasa itu?" Tanya Ana sambil menatap boneka yang sekarang sedang berada di ruang tamunya itu.

"Nona Alice mengoceh di telpon, mengatakan boneka beruang raksasa, jadi saya mengabulkannya."

"Anda sudah seperti jin Aladin ya, Tuan Hubert." Komentar Ana lalu tertawa.

"Mademoiselle, mari duduk dan saya jelaskan bingkisan dari sepupu anda yang lain." Kata Hubert yang langsung dituruti oleh Anna.

Keduanya duduk, lalu Hubert mulai menjelaskan satu persatu bingkisan yang Ia bawa jauh-jauh dari Perancis.

"Ini adalah produk kecantikan yang dikirim langsung dari Seoul oleh Nona Fay." Katanya lalu memberikan dua paper bag berwarna baby pink.

Ana mengeluarkan isinya, membuatnya tertawa. Sepupunya yang satu itu sangat menyukai Korea. Ana pasti akan memakai semua make-up dan produk perawatan kulit yang telah Fay kirimkan untuknya ini.

"Ini adalah bingkisan dari Nona Adelie." Kata Hubert lalu memberikannya tiga paper bag besar berwarna hitam.

Ana membuka mereka satu persatu. Ada dua pasang sepatu dan beberapa buah kaca mata hitam dari Louis Vuitton. Ana mencoba kedua sepatu dan merasa senang karena mereka sangat pas dengan kakinya, dan tentu saja cantik. Ia juga mencoba salah satu kaca mata hitam dan mendapat pujian dari Laura dan Nyonya Delphine.

"Yang ini adalah bingkisan dari Nona Belle." Kata Hubert sambil memberikannya dua paper bag berwarna krem.

Ana membukanya dan mendapati dua buah handbag Prada yang sangat cantik. Ana membawa kedua tas itu ke depan cermin besar yang ada di ruang tamunya itu, lalu bergantian memakai mereka. Keduanya terlihat sangat cantik. Ana harus mengirimkan ucapan terima kasih pada semua sepupunya setelah ini.

"Sepertinya mereka menelepon langsung ke toko yang ada di Perancis, karena pagi tadi, orang-orang dari toko segera menelepon saya untuk mengambil bingkisan anda." Jelas Hubert. Ana mengangguk paham.

"Dan yang terakhir, ini adalah dari Madame Beatrice, dan ada surat dari grand-madame." Kata Hubert sambil menyerahkan sebuah paper bag kecil berwarna hitam.

Ana menengok ke dalam paper bag tersebut, memastikan semua yang disebutkan Hubert masih ada di dalam. Ia lalu meletakkannya di meja.

"Merci, Tuan Martel. Terima kasih karena sudah mengantarkan mereka semua sampai ke Manchester dengan selamat." Kata Ana bersungguh-sungguh.

"Kalau begitu, saya permisi dulu. Selamat ulang tahun, Mademoiselle. Selamat menikmati malam anda." Pamit Hubert lalu keluar bersama dengan semua pria yang membawa bingkisan-bingkisan Ana.

Ana mengantar mereka sampai di lift, lalu masuk kembali ke apartemennya. Laura telah membawa semua bingkisan ke lemari Ana, Nyonya Delphine juga sudah hampir selesai memasak makan malam untuk Ana.