#09

Ana dan Elizabeth baru saja selesai makan siang. Keduanya lalu berpindah ke café untuk membeli minuman hangat. Cuaca semakin dingin memasuki bulan desember.

"Sabtu kemarin aku diajak makan malam oleh suamiku, bersama dengan semua anggota departemennya." Elizabeth terlihat santai.

"Apakah mereka hanya membicarakan tentang karang gigi?" goda Ana.

Elizabeth tertawa. "Hampir saja. Untung ada aku di sana, jadi para dokter dan perawat-perawat itu mencoba membicarakan hal lain."

"Contohnya?"

"Contohnya, apakah aku dan Robert berencana untuk punya anak sebelum atau sesudah malam tahun baru… Apakah perawat yang belum menikah sedang berkencan atau tidak… Bagaimana tipe ideal mereka, dan sejenisnya." Cerita Elizabeth. Ana hanya tertawa.

"Dan… Aku menemukan soul mate-mu." Kata Elizabeth ringan lalu duduk bersandar, memperhatikan reaksi Ana.

Ana terdiam, mencoba mencerna perkataan Elizabeth barusan. Ia ikut bersandar di kursinya dan menatap Elizabeth.

"Apa maksudmu? Aku tidak punya soul mate." Kata Ana tak mengerti.

"Kau bilang semua orang punya soul mate dan jika mantan-mantanmu bukanlah soul mate-mu, berarti akan ada soul mate yang benar-benar akan kau temui, kan?"

"Oke… Lalu?"

"Saat makan malam bersama dengan mereka, aku menemukan soul mate-mu. Kalian mempunyai vibe yang sama, Ana. Oh! Kecuali semua barang mahal yang kau gunakan." Kata Elizabeth sambil melambai pada scarf dan sarung tangan kasmir dari Chanel milik Ana.

Ana tertawa. "Wah… Apakah akhirnya aku akan mengikuti jejakmu, Beth?" goda Ana.

"Tentu saja, Elle. Yang kau butuhkan hanyalah menerimanya dan membiarkannya menyayangimu." Jawab Elizabeth serius.

"Aku akan lihat orang itu dulu." Jawab Ana tak acuh.

"Benarkah?!" Elizabeth tiba-tiba sudah menggenggam tangan Ana, membuatnya terkejut.

"Apa?"

"Apa kau serius ingin melihatnya dulu?" Mata Elizabeth berbinar penuh harap.

"Jangan coba memikirkannya, Beth!" kata Ana serius.

"Aku akan menjadwalkannya. Kau tunggu saja." Jawab Elizabeth lebih serius.

Ana tidak percaya dengan Elizabeth. Ibunya mungkin tidak terlalu memaksa Ana untuk segera menikah, tapi Nenek dan Elizabeth sangat tidak sabaran tentang hal itu. Mereka sangat aneh.

Namun, apa boleh buat? Jika Elizabeth benar-benar merencanakan pertemuanya dengan pria itu, maka Ana akan menurutinya. Siapa takut? Ia hanya harus berhati-hati dalam pakaian, agar tidak menunjukan kemewahan.

* * *

Liburan akhir tahun telah di mulai. Ana sedang bersantai di apartemennya saat Elizabeth tiba-tiba meneleponnya.

"Halo?" jawab Ana.

"Ana, aku sudah membuat jadwal acaranya. Pastikan kau tidak sibuk tanggal 24 nanti ya…" kata Elizabeth bersemangat.

"Baiklah. Di mana kita akan bertemu?" Ana tidak bisa menolak jika Elizabeth sesenang itu.

"Evuna Deansgate, jam 6 sore."

"Baiklah."

"Sampai ketemu, Elle cantikku." Kata Elizabeth senang lalu menutup telepon.

Ana menghembuskan napas. Hari sudah mulai dingin. Besok pasti salju akan turun. Ana memikirkan untuk mengendarai salah satu mobilnya ke sana, namun di sana Ia akan bertemu orang lain selain Elizabeth.