Pagi ini Ana keluar dari kamarnya dan segera menuju kamar neneknya. Ana melihat neneknya yang sudah lebih segar dan sudah berpakaian rapih dan bersih, setelah dibantu oleh para pelayan.
"Selamat pagi, cantik." Goda Ana.
"Tolong jangan iri." Jawab Anaïs yang membuat mereka berdua tertawa.
"Ayo sarapan." Ajak Ana.
Hubert Martel masuk dengan membawa kursi roda. Ana yang melihatnya seketika merasa tidak tenang.
"Tidak apa-apa, Ana. Aku hanya malas berjalan sendiri." Kata Anaïs menenangkan.
Ana membantu Hubert mendudukan Anaïs di kursi roda. Ana bisa merasakan berat badan neneknya yang mulai berkurang. Wanita yang sangat ia kagumi itu, tiba-tiba terasa lebih rapuh dari minggu kemarin. Anaïs seakan merasakan pikiran Ana dan menggenggam tangannya.
Ana berjalan di samping Anaïs yang duduk di kursi roda yang didorong oleh Hubert, sambil terus menggenggam tangannya. Mereka menyusuri koridor panjang itu menuju ruang makan. Suasana sangat tenang hingga saat mereka mendekat, mereka bisa mendengar suara denting peralatan makan yang sedang disiapkan oleh para pelayan.
"Ada apa? Mengapa ramai sekali?" Anaïs merasa terganggu.
Mereka memasuki ruang makan dan sangat terkejut melihat keberadaan orang tua Ana. Beatrice dan Micheal terlihat santai mengobrol. Micheal membaca koran dan Beatrice membaca majalah.
"Selamat pagi." Sapa Micheal yang lebih dulu melihat kedatangan Ana dan Anaïs.
"Papa! Mama!" seru Ana.
Ana langsung melepaskan tangan Anaïs dan berlari memeluk Micheal. Beatrice juga langsung memeluk Anaïs.
"Bagaimana keadaan mama?" Tanya Beatrice khawatir.
Anaïs membelai wajah Beatrice dengan lembut. "Aku tidak apa-apa." Jawabnya singkat.
Hubert memposisikan Anaïs di meja makan; Beatrice kembali ke tempat duduknya. Ana melepaskan pelukan dari Micheal dan bergantian memeluk Beatrice, lalu duduk di sampingnya.
"Kapan kau datang?" Tanya Beatrice pada Ana.
"Kemarin."
"Bagus. Anak pintar." Kata Beatrice lalu mencium pipi Ana.
"Haruskah aku mengirim dokter kemari?" Tanya Micheal pada Anaïs.
"Tidak perlu. Aku tidak bisa bahasa Irlandia dan bahasa Inggrisku juga tidak terlalu bagus." Tolak Anaïs.
"Kata nenek, Ka Damien yang datang memeriksa nenek malam itu." Kata Ana.
"Oh! Damien. Sudah lama tidak melihatnya." Sahut Beatrice.
"Jika bukan cucuku, sudah ku jodohkan dengan Ana." kata Anaïs santai.
"Tapi Mama tahu kan, kalau itu tidak mungkin?" sahut Beatrice.
"Ya… Dan aku juga tahu bahwa Ana sekarang sedang dekat dengan seseorang." Pancing Anaïs.
Beatrice dan Micheal langsung menatap Ana. Anaïs tertawa melihat Ana yang menatapnya dengan tidak percaya. Jelas sekali Ana belum menceritakannya pada orang tuanya.
"Kami belum dekat, hanya baru berkenalan saja. Itupun karena Elizabeth yang mengaturnya." Jelas Ana.
Beatrice dan Micheal langsung tertawa. Mereka tahu seperti apa Elizabeth itu. Mereka sangat senang Ana bisa mempunyai teman dekat perempuan seperti Elizabeth. Mereka sudah seperti saudara dan bukan lagi teman.
"Sepertinya aku harus bertemu dengan Elizabeth ini. Kurasa dia adalah orang yang luar biasa." Komentar Anaïs yang membuat mereka semua tertawa lagi.