Ana yang merasa sangat senang dengan kehadiran orang tuanya sibuk menanyakan bagaimana bisa mereka sudah ada di ruang makan, kapan mereka datang, mengapa tidak membangunkannya jika mereka tiba malam tadi, dan lain lainnya.
"Mengapa Kak Margot dan Rupert belum sampai?" Tanya Beatrice tak mengerti.
"Jangan Tanya aku. Semua orang suka membuat kejutan, sama seperti kalian. Mari kita sarapan saja." Jawab Anaïs tak acuh.
"Boleh kami ikut sarapan juga?" sahut Henri dari pintu ruang makan yang mengejutkan semua orang.
Ruang makan seketika ramai saat mereka menyambut Henri Archambeau yang datang bersama istrinya, Camille Lambert, beserta Rupert Archambeau dan Gail Sherwood.
Semua orang berdiri dan saling berpelukan. Mereka yang baru datang juga memeluk Anaïs dan menanyakan kabarnya, karena berita tentang pingsannya yang sudah tersebar.
"Kak Beatrice, sudah lama tidak bertemu, masih tetap cantik." Puji Gail.
"Aunty Gail juga tetap cantik, pasti karena sudah ada kak Camille yang mengurusi Kak Henri. Kak Henri kan yang paling merepotkan. Iya kan, Aunty?" Sahut Ana.
"Oh, Ana! Jika aku punya anak, kurasa Henri akan ikut menangis jika anak itu menangis." Sahut Camille.
"Hey! Dua lawan satu? Itu tidak adil." Protes Henri.
"Selamat datang di rumah." Kata Ana lalu mengedipkan satu matanya.
"Kau lupa, Ana. Jika aku yang paling merepotkan, lalu Adelie itu apa?" jawab Henri.
"Oh!" seru Rupert lalu tertawa.
Semua orang tahu bahwa Adelie adalah little miss France di keluarga mereka. Apa yang ia inginkan harus selalu dikabulkan dan apa yang tidak dia inginkan, tidak akan Ia lakukan. Ana tertawa mengingat si bungsu.
"Tapi semua orang sayang padanya." Jawab Ana santai.
"Lalu, siapa yang sayang padamu?" Tanya Henri.
"Ouch!" kata Ana.
"Itu mengapa selain Adelie, aku juga mau menjadi temanmu." Kata Henri lalu mengedipkan satu matanya pada Ana. "Satu sama." Katanya lagi.
Mereka semua tertawa melihat interaksi kakak-beradik itu. Wajah Anaïs terlihat semakin segar. Baru beberapa orang saja dia sudah bahagia seperti ini, apalagi jika mereka semua sudah sampai.
"Ayo sarapan." Tegur Anaïs akhirnya.
Para pelayanan datang membawa teko-teko berisi jus, kopi, teh, dan susu. Kemudian diikuti oleh beberapa nampan berisi pain au chocolat dan keranjang berisi croissant.
Anaïs menatap mereka semua yang duduk di hadapannya, saling bercerita dan bercanda, sambil mengambil sarapan mereka; hatinya menjadi hangat.
Tiba-tiba salah satu putrinya, Margot Archambeau masuk ke dalam ruang makan.
"Apa aku terlambat?" katanya lalu memeluk Anaïs.
"Oh! Aunty Margot!" seru Ana lalu memeluknya.
"Kau rajin sekali datang ke Fontvieille, tapi tidak pernah singgah ke Paris. Anak nakal." Kata Margot berlagak kesal.
"Prioritasku itu nenek, Aunty. Aku bahkan jarang pulang ke Limerick." Jawab Ana.
Beatrice dan Micheal mengangguk, membenarkan.
Margot lalu memeluk Beatrice yang ada di dekatnya. "Bagaimana bisa kau datang lebih dulu, dibanding aku yang hanya berjarak sejam ini?"
"Karena aku lebih jauh, makanya mengambil inisiatif untuk datang lebih dulu." Jawab Beatrice.
"Rumah sakit, aman?" Tanya Margot sambil menyalami Micheal.
"Klien aman?" balas Micheal.
Margot segera bergabung bersama mereka di meja makan.
Anaïs sangat senang karena tahu Margot dan Rupert tetap tinggal di Perancis. Namun karena pekerjaan dan keluarga mereka yang terpusat di Paris, membuat mereka tidak bisa tinggal bersamanya di Fontvieille. Melihat mereka berdua berada di rumah, membuat Anaïs lega. Tinggal menunggu yang lain ikut bergabung.
Hari semakin dingin dengan salju yang semakin menebal, namun mansion besarnya terasa hangat dengan kedatangan mereka. Anaïs tiba-tiba merasakan sentimen yang aneh. Ia menahan dirinya untuk tidak menangis. Natal ini mungkin saja adalah natal terakhir untuknya. Moment ini bisa saja menjadi moment terakhir dia bisa mengobrol heboh dengan keluarganya secara utuh.