#17

Setelah kedatangan Fay Archambeau sore kemarin, pagi ini satu per satu anggota keluarga mulai berdatangan.

Charlotte Archambeau dan suaminya, Charles Clifford Wright datang dari Hollywood bersama anak pertama mereka, Wylie Wright, yang membawa istrinya Evangeline Parker, dan tiga anak mereka, Noah, Oliver, dan Alice. Ana tidak sekalipun melepaskan Alice dari pelukannya.

Kemudian Pierre Archambeau datang dari Swiss bersama Istri cantik tercintanya, Alodie Jacqueline Bellamy.

Di susul oleh putra kedua Charlotte, Damond Wright yang datang bersama istrinya, Emily Thorne yang sedang hamil, dan putri pertama mereka, Lucy.

Ketika semua orang sedang minum teh sore bersama, Adelie tiba bersama kekasihnya. Hubert Martel mengikuti mereka sejak turun dari mobil, hingga berdiri di depan semua orang, di ruang keluarga.

"Hai semua, ini pacarku, Tyler." Kata Adelie memperkenalkan.

Tyler tersemyum canggung sambil melambaikan tangannya pada semua orang.

Semua orang menyambut mereka berdua dengan senyum palsu yang dipaksakan. Mereka senang Karena Adelie telah tiba, tapi tidak mengharapkan adanya tamu tambahan.

Adelie melihat Ana dan Henri yang menatapnya datar.

"Kalian berdua, ikut denganku." Kata Adelie sambil menunjuk pada mereka.

Ana dan Henri langsung bangun dari tempat duduk mereka dan mengikuti Adelie.

"Jika kau tidak memanggil kami, kami yang akan menyeretmu pergi." Bisik Ana.

"Sayang, kau tunggu di sini ya…" kata Adelie manis pada Tyler, lalu pergi bersama Ana dan Henri.

Mereka sudah sampai di pintu depan mansion saat Adelie berdiri di hadapan mereka, menatap mereka tajam sambil melipat tangannya.

"Ada apa dengan tatapan kalian tadi?" tanyanya kesal.

"Apa kau kesal?" Tanya Ana.

"Apa kau kira kami tidak kesal melihatmu datang bersama 'Tyler'?" Tanya Henri.

"Kalian tidak suka Tyler?" Tanya Adelie lagi.

"Menurumu siapa yang menyukainya?" Henri balas bertanya.

"Mentang-mentang kau sudah punya istri, kau bisa sombong. Bagaimana jika kak Ana yang datang membawa pacarnya?" tantang Adelie kesal.

"Kau yakin aku akan datang membawa pacarku kemari?" Ana menantang balik.

Adelie menghembuskan napasnya dengan kasar. Ia menyerah berdebat dengan kedua kakaknya ini. Adelie sadar, bahwa jika dua orang ini tidak menyukai atau menyetujui pacarnya, berarti anggota keluarga yang lain pun akan begitu. Mereka berdua seperti tolak-ukur baginya.

"Apa kau membayar tiketnya kemari?" Tanya Henri akhirnya. Adelie menggangguk.

"Aku akan berikan tiket untuk dia pulang. Kau tinggal bicarakan saja dengannya." Kata Henri tenang.

"Tapi apa yang akan kukatakan padanya? Masa aku harus bilang bahwa keluargaku tidak menyukainya dan dia diusir?!" Adelie kebingungan.

"Yasudah, tidak apa-apa. Jika dia tidak berulah, biarkan saja. Tapi, jangan biarkan dia memotret apapun di sini. Paham?" kata Ana mengingatkan.

"Bahkan jika dia hanya ingin memotretku?" Tanya Adelie memelas.

"Tidak." Jawab Henri tegas.

Adelie tertunduk sedih. Ia mengira bahwa Tyler akan menjadi kekasih yang nanti ia nikahi. Adelie pikir, keluarganya akan menyukai kekasihnya ini. Tyler adalah kekasih yang berani Ia bawa ke rumah, dibanding para mantan kekasih yang lain.

Henri merangkul Adelie sambil berjalan masuk kembali ke dalam mansion. Ana mengikuti lalu menggenggam tangan Adelie.

"Bagaimanapun, selamat datang di rumah." Kata Ana.

Adelie tersenyum manis padanya. Antara New York ke Paris dan Manchester, mereka bertiga berpisah cukup jauh. Adelie senang karena akhirnya bsia bertemu dengan kedua kakaknya lagi. Senang bisa berada di rumah.

Makan malam berjalan seperti biasanya. Semua orang menahan diri untuk tidak bertanya macam-macam pada Tyler, demi menjaga perasaan Adelie. Sedangkan Adelie sendiri berusaha sekuat tenaga untuk menghindari tatapan Ayah dan Ibunya, juga Neneknya.

Sejak mereka tiba, Anaïs hanya sekali menanyakan kabar Adelie, setelah itu, tidak ada apapun yang beliau bicarakan padanya ataupun Tyler. Adelie sadar bahwa neneknya mendiamkannya karena alasan tertentu. Ia akan berusaha untuk membicarakan hal tersebut dengan neneknya secepatnya.