Angin yang berhembus mulai menghangat. Tunas-tunas baru mulai bermunculan. Musim dingin mulai berganti dengan musim semi. Ana baru saja selesai mengembalikan buku-buku ke rak, lalu kembali ke mejanya saat Elizabeth sudah bersiap untuk pergi.
“Ayo!” ajak Elizabeth.
Ana membereskan mejanya, lalu meraih tas YSL nya, dan mengikuti Elizabeth. Mereka berjalan kaki santai sebuah restoran.
Hari ini mereka berdua mendapat undangan spesial untuk makan siang bersama Robert dan paramedis lainnya.
Ana juga terkejut saat Samuel meneleponnya pagi ini, mengajak makan siang bersama. Untung saja Elizabeth dan Robert juga akan bersama-sama mereka.
Semenjak telepon terakhir mereka saat natal, Ana dan Samuel mulai aktif berhubungan. Samuel cukup rajin mengirim pesan dan menelepon Ana saat Ia sedang tidak bekerja. Ana selalu berusaha membalas pesannya atau menerima teleponnya saat Ia sempat.
Sejauh ini, Samuel tidak menanyakan tentang keluarganya dan itu membuat Ana sedikit merasa santai dengannya. Anaïs sangat senang setiap kali Ana datang saat akhir minggu dan selalu menanyakan perkembangan hubungan mereka, tapi Ana selalu mengatakan bahwa tidak ada apapun di antara mereka.
* * *
Suasana restoran tiba-tiba ramai saat sekelompok paramedis masuk. Pelayan segera mengantar mereka ke meja yang telah dipesan. Ada beberapa dokter senior dan dokter muda, juga para perawat dari berbagai departemen yang datang.
Mereka cukup ramai dan sibuk mengobrol hingga saat Elizabeth dan Ana memasuki restoran, membuat beberapa orang tercengang melihat mereka.
“Wow! Apakah mereka model?” kata salah satu dari mereka, membuat semua orang ikut menoleh.
Robert terlihat tersenyum bangga mendengar pertanyaan itu. Samuel tersenyum senang melihat Ana yang datang memenuhi undangannya.
Robert tersenyum senang melihat ekspresi Samuel. Sepertinya, Ana adalah hadiah terbaik untuknya dari pada makan siang yang digelar ini.
“Itu istriku dan teman baiknya di perpustakaan.” Jawab Robert santai.
“Wow. Aku tidak tahu jika pustakawan bisa secantik dan semodis itu.” Komentar salah satu dokter muda wanita.
“Benar. Kukira semua pustakawan adalah wanita tua yang membosankan.” Tambah seorang perawat muda laki-laki.
“Aku tidak tahu jika istri dokter Robert secantik itu.” Kata salah seorang perawatnya.
Mereka hanya tertawa mendengar komentar-komentar itu. Samuel tidak berkomentar apapun dan hanya terus melihat Ana dan Elizabeth yang mulai mendekat pada mereka. Ia tidak bisa menyembunyikan senyumnya.
“Selamat siang, semua.” Sapa Ana.
“Maaf kami terlambat.” Kata Elizabeth.
“Tidak, tidak. Kami juga baru sampai. Lihat, makanan juga belum disajikan.” Jawab seorang dokter senior dengan cepat.
Semua orang tahu bahwa dokter itu sangat suka mencari muka, apalagi pada para wanita cantik. Sayang sekali Ana harus duduk tepat di hadapannya. Namun syukurlah, Ana dan Elizabeth duduk diapit oleh Samuel dan Robert. Kedua pria itu akan memastikan bahwa kedua wanita mereka tidak akan disentuh oleh siapapun.
“Jadi, anda berdua adalah pustakawan?” Tanya dokter yang ada di hadapan Ana.
“Iya. Kami adalah pustakawan di John Ryland’s Library.” Jawab Elizabeth.
“Apakah anda keturunan bangsawan?” Tanya seorang dokter perempuan pada Ana.
Ana cukup terkejut dengan pertanyaan itu. Ia sangat khawatir jika ia secara tidak sengaja berpenampilan berlebihan.
“Tidak. Ada apa?” jawab Ana.
“Anda terlihat sangat anggun.” Kata dokter itu.
“Mungkin karena saya memakai baju biasa. Saya yakin jika semua orang di sini berpakaian biasa juga pasti akan terlihat anggun.” Jelas Ana sopan.
“Menurutmu begitu?” Tanya Samuel.
“Menurut orang lain begitu. Tapi aku lebih suka jika kalian memakai baju kerja seperti ini. Kalian terlihat sangat keren.” Katanya sambil merapihkan baju Samuel.
“Kenapa? Apakah tipe ideal anda adalah seorang dokter atau perawat?” goda seorang dokter senior.
“Ayahku dulu adalah seorang dokter. Aku suka melihatnya memakai baju seperti ini saat pulang kerja.” Kenang Ana.
“Apa anda sudah punya pacar?” Tanya dokter yang duduk di hadapan Ana.
Semua orang yang mendengar pertanyaan itu, termasuk Samuel, langsung menatap Ana, menunggu jawabannya. Elizabeth dan Robert menahan tawa mereka melihat Ana.
“Tidak.” Jawab Ana singkat.
“Jika anda tidak keberatan, apakah-” Tanya seorang perawat.
“Jangan coba-coba.” Potong Samuel. “Ini adalah ulang tahunku, tolong jangan merusaknya.”
“Baiklah. Kalau begitu, apakah anda juga akan datang saat ulang tahunku, Nona?” perawat itu tidak menyerah.
“Maaf, tapi aku pasti lebih memilih untuk kencan bersama pacarku saat itu.” Jawab Ana berlagak sedih.
Samuel menutup mulutnya, menahan tawanya agar tidak meledak. Elizabeth dan Robert terlihat sangat kaget dengan jawaban Ana. Elizabeth selalu tidak bisa membayangkan perkataan apa saja yang bisa Ana katakan untuk menghentikan segala perhatian yang tertuju padanya.
Obrolan mereka terpotong saat para pelayan mulai datang membawakan makanan mereka secara bergantian. Makanan enak, tidak terlalu berat, dan tidak ada alkohol sama sekali. Setelah ini mereka masih harus kembali bekerja.
“Pa… Pacar?” Tanya perawat itu lagi, saat para pelayan telah selesai.
“Maaf, tapi cukup tentang saya. Hari ini harusnya tentang Samuel, the birthday boy.” Potong Ana.
Elizabeth, Robert, dan Samuel langsung tertawa mendengar perkataan Ana.
“Dia bukan boy, Ana. Hari ini Samuel berulang tahun ke-30.” Kata Robert.
Ana berbalik menatap Samuel seakan tidak percaya. “Wow! Respect.” Katanya.
“Respect?” Robert terlihat tidak mengerti.
“Ya, karena dia sama sekali tidak terlihat seperti pria berusia 30. Kukira kami seumuran.” Kata Ana lalu
mengangguk-angguk pada Samuel yang sedang tertawa melihatnya.
“Benarkah? Lalu bagaimana denganku?” Tanya Robert sambil tersenyum manis.
“Well, kau terlihat persis seperti pria berusia 30 tahun.” Kata Ana yang membuat Elizabeth tertawa.
Dokter narsis di hadapan Ana kemudian berdiri sambil mengangkat gelasnya yang berisi kola, membuat semua orang memperhatikannya.
“Sebelum jam makan siang kita selesai, mari kita bersulang dan segera makan, teman-teman.” Katanya.
Semua orang ikut mengangkat gelas mereka, termasuk Samuel. Semua orang memusatkan perhatian pada dokter itu, namun Ana dan Samuel hanya saling menatap satu sama lain sambil tersenyum.
“Kita bersulang untuk Samuel yang hari ini berulang tahun ke-30. Semoga semuda doa baik terkabulkan dan semua yang Ia cita-citakan dapat tercapai. Selamat ulang tahun.”
Semua orang bersulang, mengucapkan selamat ulang tahun pada Samuel, lalu mulai ramai makan.
“Aku tidak membelikan bunga seperti yang kau berikan saat ulang tahunku, jadi hadiah apa yang ingin kau dapatkan?” Bisik Ana.
“Nanti akan ku beri tahu.” Jawab Samuel.
Mereka menikmati saat-saat makan siang bersama yang ramai itu. Semua pertanyaan yang ditujukan pada Ana selalu ditangkis oleh Elizabeth, Robert, Samuel, dan Ana sendiri. Para pria terus mencoba mendekati Ana, namun Samuel terus-menerus bertindak seperti tameng.
Elizabeth dan Robert sangat senang melihat mereka berdua. Elizabeth bersumpah bahwa Ia tidak pernah melihat aura Ana secerah ini sebelumnya. Ia sangat senang karena telah mengenalkan mereka berdua.
Setelah selesai makan, mereka sama-sama harus kembali ke tempat kerja masing-masing. Robert menahan Elizabeth sebentar saat Samuel menahan Ana.
“Akhir minggu ini, bisakah kau ikut denganku?” Tanya Samuel.
“Apakah ini hadiah yang kau inginkan?” Ana balik bertanya.
“Hadianya akan kuminta saat kau ikut denganku.”
Ana berpikir sebentar. Ia terikat janji untuk selalu menemui neneknya setiap akhir minggu. Tapi ini demi Samuel yang berulang tahun. Tapi dia bisa saja menolaknya. Dia bisa saja mengganti hari. Iya, kan?
“Apakah kau sudah ada janji?” Tanya Samuel lagi, melihat Ana yang berpikir cukup lama.
“Aku akan coba mengatur ulang jadwalku. Akan segera kukabari.” Jawab Ana akhirnya.
“Baiklah. Hati-hati. Bye!” kata Samuel lalu melepas Ana pergi bersama Elizabeth.